"Ri, ini seperti lamaran."
Apa? Siapa yang dilamar?
Batin Rianti bergejolak. Ia takut kalau-kalau yang ia fikirkan selama beberapa hari ini menjadi kenyataan.
Rianti sekali lagi menatap sekeliling seperti mencari seseorang.
Apa dia melamar kak Reka? Ya Allah, semoga bukan aku.
Dewi melihat Rianti yang hanya berdiri di dekat pintu.
"Kenapa berdiri saja, Ri? Ayo cepat masuk dan duduk sini, kita kedatangangan tamu," ucap Dewi sambil menepuk-nepuk pelan sofa mereka.
Rianti pun berjalan masuk mengikuti instruksi dari ibunya. Ia duduk bersebelahan dengan Ardi, Sedangkan Shinta duduk di Sofa yang berada di sudut dekat pintu masuk.
Ardi berbisik pelan ke telinga Rianti.
"Sekarang kamu adalah milikku!"
Mendengar bisikan itu membuat Rianti gugup, ia menoleh ke arah Ardi dan terlihat senyuman licik dari bibir pria itu
"Kak Reka di mana, Bu?" tanya Rianti mencoba menutupi kegugupan yang ia rasakan.
Ia tidak ingin orang tuanya curiga dan menjadi sedih setelah tau kebenaran yang Rianti tutupi.
Ia memang sudah menduga bahwa ini adalah konsekuensi yang harus ia terima. Tetapi tetap saja, ia berharap ini tidak terjadi mengingat banyak yang mengatakan bahwa duda yang ada di sebelahnya itu adalah orang baik.
"Lagi di dapur, bikin minum buat tamu kita," jawab Dewi menjelaskan kepada anaknya yang sudah 6 bulan tidak pulang.
"Kalau boleh tau Bapak ini siapa? Dan ada tujuan apa datang ke rumah saya?" tanya Ady sopan dan sembari memperlihatkan senyumnya yang ramah.
Ady sebenarnya juga tidak menduga akan kedatangan tamu yang tidak ia kenal. Terlebih lagi membawa rombongan dan banyak barang bawaan.
Mahendra yang duduk berhadapan dengan Ady juga melemparkan senyuman kepada pemilik rumah.
"Begini Pak Ady, nama saya Mahendra Abbas. Maksud dan tujuan saya datang malam-malam kesini adalah untuk meminang putri bapak yang bernama Rianti untuk putra saya yang bernama Ardi Mahendra Abbas."
Mendengar penjelasan dari Mahendra membuat Dewi dan Ady terlihat terkejut, namun mereka mencoba untuk tidak terlalu mencolok dengan ekspresi mereka agar tidak melukai hati tamu yang ada di hadapan.
Ady memandang Ardi yang juga berada di hadapannya. Ia tidak menyangka bahwa pria yang sudah kelihatan berumur itu berniat untuk menikahi anaknya yang masih muda.
Kemudian Mahendra mencoba memecah keheningan di antara mereka.
"Begini Pak Ady, walaupun anak saya ini duda dan berusia 32 tahun tapi dia sangat mencintai anak Bapak. Dia tidak akan menyia-nyiakan putri Bapak yang berharga."
Ady dan Dewi masih terdiam mendengar penjelasan dari Mahendra.
"Iya Pak, saya akan menjaga dan mencintai Rianti. Tolong berikan restu untuk kami, karena kami saling mencintai," ujar Ardi mencoba meyakinkan calon mertuanya itu. Ia menggenggam tangan Rianti dan memperlihatkan senyum yang tulus.
Ya Tuhan, situasi masam apa ini? Kapan kami saling mencintai?
Ia pun mencoba menarik tangannya yang digenggam Ardi, namun genggaman Ardi terlalu kuat hingga Rianti tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kalau boleh tau, sejak kapan kalian menjalin hubungan?" tanya Dewi penuh selidik karena dia masih tidak percaya kalau putrinya yang pendiam ini memiliki kekasih, bahkan siap untuk menikah.
"Sudah 6 bulan Tante," jawab Ardi berbohong.
"Iya kan," ucap Ardi lagi, sambil tersenyum dan meremas kuat jari Rianti.
Rianti meringis kesakitan tetapi mencoba tersenyum agar ibunya tidak curiga.
"Iya Bu, udah jalan 6 bulan," ucap Rianti terbata-bata.
Reka datang dari arah dapur dengan nampan yang penuh dengan minuman dan makanan ringan.
Ia tidak tau sebenarnya apa yang membuat raut wajah semua orang terlihat begitu serius.
Reka memilih duduk di dekat Shinta yang ada di pojokan rumah.
"Ada apa ini Shinta?"
"Rianti dilamar, Kak. Dilamar duda kaya," jawab Shinta sambil tersenyum.
"Oooo," jawab Reka singkat dan mengangguk-anggukan kepalanya.
Dewi masih tidak percaya dengan pengakuan anak gadisnya itu. Ia ingin mengintrogasi anaknya yang terlihat mencurigakan.
"Riri, ikut Ibu bentar!"
"Kamu juga Ka." panggil Dewi kepada anak sulungnya itu.
Dewi pun masuk kedalam dan di ikuti oleh kedua anak gadisnya dari belakang.
Di ruang makan, mereka duduk saling berhadapan, Seolah akan melakukan sidang negara.
Terlihat Dewi memasang wajah yang sangat serius, Rianti yang terlihat takut dan Reka yang terlihat bingung karena tidak tau apapun.
"Ri, jawab Ibu dangan jujur. Apa kamu hamil?" tanya Dewi tanpa basa-basi.
"Tidak, Bu. Rianti bersumpah tidak melakukan hal yang diharamkan agama," jawab Rianti yang terlihat sedih karena di tuduh yang tidak-tidak.
"Apa kamu dipaksa, atau kamu berhutang padanya?"
Rianti semakin gugup setelah mendengar kecurigaan ibunya yang ternyata memang benar. Rianti hanya tertunduk ketakutan dan meremas-remas jarinya.
"Apa kamu tidak bisa menunggu Reka dulu yang menikah?"
"Tidak apa-apa, Bu. Aku rela kok kalau Riri menikah duluan. Jodoh gak bisa kita tunda atau kita paksakan."
Reka mencoba menenangkan ibunya.
Dewi menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Seakan tak rela Rianti menikah muda.
"Ibu tanya sekali lagi Ri. Apa kamu benar-benar mencintai dan ingin menikah dengan dia?" tanya Dewi lagi. Kali ini suaranya sedikit lembut.
Rianti yang masih tertunduk hanya mengangguk pelan.
Merekapun kembali ke ruang tamu.
"Bagaimana Ri? Apa kamu menerima lamaran ini?" tanya Ady kepada anaknya.
Rianti hanya mengganguk pelan.
Terlihat kebahagiaan terpancar dari wajah Ardi dan ayahnya.
"Terima kasih banyak, Om." kata Ardi sembari tersenyum senang.
Setelah mendiskusikan banyak hal mereka pun pulang meninggalkan rumah Rianti.
Ady dan Dewi masuk ke kamar mereka dan mendiskusikan segala sesuatunya.
Sedangkan Rianti dan Shinta berada di kamar yang dipenuhi dengan banyak barang-barang hantaran yang terlihat mahal.
"Hufhhhh ...."
Terdengar napas Rianti yang begitu berat.
Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
"Jadi minggu depan kalian akan menikah!"
Suara Shinta terdengar memekik.
Rianti lagi-lagi hanya mengangguk tanpa bicara.
"Lalu bagaimana dengan Kerjaan kamu? Apa kamu akan berhenti?"
"Entahlah Shin, aku juga gak tau. Aku gak bisa mikir sekarang, kepala aku rasanya mau meledak. Bagaimana mungkin aku menikah dengan orang asing ...."
Terdengar suara hembusan napas Rianti yang terdengar begitu berat.
Shinta memeluk tubuh Rianti dan beberapa kali menepuk punggungnya.
"Sabar ya Ri, andai aja aku punya duit banyak."
"Mudahan ini yang terbaik, jalan yang Tuhan berikan untukmu. Diluaran sana banyak orang yang bahkan menjual diri demi bertahan hidup dan membayar hutang," ucap Shinta berusaha menenangkan Rianti.
"Lagipula firasatku mengatakan dia itu orang baik," imbuh Shinta lagi.
Rianti memutar bola matanya. Menatap Shinta dengan tatapan tajam.
"Firasatmu tidak pernah benar. Baru tadi sore kamu mengatakan kalau dia itu orang yang baik. Tapi apa nyatanya, dia memaksaku menikah dengannya bahkan berbohong kapada orang tuaku," gerutu Rianti.
"Iya deh ... maaf ...."
Tidak lama kemudian Shinta pamit pulang setelah meminta kunci rumah yang paman dan bibinya titipkan.
***
Visualnya Rianti author bayangin Yang zi. Hehehe ....
Jangan lupa like komen dan vote ya gaess ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anna Susiana
bagus ceritanya 😉
2022-04-14
0
Intan Pertiwi
visual
2022-03-09
0
Lia Wildan
keren thor
2021-10-30
0