Rianti seperti terhipnotis. Ia tidak sadar kalu Ardi sudah hilang dari pandangannya. Ia memegang bibir dan merasakan dadanya mulai bergemuruh.
Kenapa jantungku berdegup kencang? Kakiku lemas, badanku terasa panas dingin.
Sesekali ia menyentuh pipi leher dan dada yang berdetak cepat.
Apa pria tua itu menulariku penyakit jantung? Kenapa perasaanku jadi gak karuan begini?
Rianti pun langsung masuk rumah dan menutup pintu. Ia menuju dapur dan meminum 2 gelas air putih di sana.
Kenapa detak jantungku belum normal?Apakah aku perlu istirahat, gumam Rianti. Ia pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar.
Rianti menyimpan dua kotak kado di atas meja rias, merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Ia terdiam dan kejadian tadi melintas dengan sangat jelas di ingatan. Terlihat senyuman yang begitu merekah dan pipi yang mulai merona menghiasi wajah cantik Rianti
Rianti menyentuh bibirnya.
Apa itu yang namanya ciuman? Rasanya aneh, kenyal-kenyal gimana ... gitu.
Rianti mengambil guling, memeluknya dan sesekali menggigit gemas pada guling itu. Ia pun seperti menyatu dengan guling, berguling ke sana kemari dengan senyuman yang masih terlihat di wajahnya.
Setelah merasa sedikit lelah, ia pun menghentikan aktivitas yang tak lazim itu.
Ia mulai duduk di depan meja rias dan melihat pantulan wajahnya di dalam cermin.
Kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum? Apa ini yang namanya jatuh cinta? Aku tidak menyangka jatuh cinta akan sebahagia ini.
Rianti memegang pipinya yang terlihat memerah. Ia merasa suhu tubuhnya mulai menghangat tapi terasa menggigil di saat yang bersamaan.
Sesaat kemudian Rianti dengan cepat menampar pipinya dengan pelan.
"Tidak ... tidak ... tidak! Aku yakin ini bukan cinta. Aku bukan cewe mesum yang hanya gara-gara di cium, membuatku jadi jatuh cinta. Aku tidak ingin menjadi budak cinta dari pria tua itu." ucap Rianti seraya mengepalkan tangan.
Kini perhatian Rianti teralihkan. Ia menatap dua buah kotak kado yang ada di depannya.
Ia mulai membuka hadiah dari Andra.
"bagus banget liontin ini. Coba aja kalau ada pasangannya. Pasti aku kasih Shinta," ucap Rianti dengan nada yang terdengar sedikit menyesal.
"hmm."
Rianti menatap kado dari Ardi.
"Kira-kira apa isinya ya?" ucap Riati sambil memutar-mutar kotak kado itu.
Dengan hati yang kembali berdebar, ia memberanikan diri untuk membuka kotak kado yang berukuran keci itu.
Dan setelah dibuka, mata Rianti membelalak dan mulut yang menganga, tapi cepat-cepat ia menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Rianti mulai mengeluarkan isinya dan melihat dengan takjub benda kecil berwarna silver itu.
Apakah ini yang namanya berlian? Cantik dan berkilauan ... begitu indah ....
Senyuman kembali terukir di wajahnya. Ia memasang cincin itu ke jari manis dan mencoba menggerak-gerakkan jemarinya serta membolak-balikkan telapak tangan.
Tapi setelah beberapa saat, ia mulai menghentikan senyuman dengan mata yang mulai menatap tajam ke arah cermin. Terdengar seperti ada yang berbisik di telinganya.
Sejak kapan kau jadi menyukai yang bling bling begini Rianti. Bukankah tadi kau mengatakan dengan tegas padanya, kalau kau bukan cewe matre. Tapi sekarang apa? Kau begitu bahagia hanya dengan cincin. Kemana harga dirimu Rianti.
Wajah Rianti terlihat muram. Ia lepaskan cincin berlian itu dari jarinya. Lama ia menatap cincin yang ada dihadapannya. Namun akhirnya ia pasang kembali cincin itu. Senyuman pun mulai terlihat kembali.
"Ahh bodo amat ... kan aku gak pernah minta di beliin. Barang ini terlalu indah, sayang kalau hanya dianggurin. Lagi pula dia sendiri yang bilang kalau dia itu si duren sawit. Pasti dia punya lebih banyak duit dan gak mungkin bangkrut hanya gara-gara cincin ini," ucap Rianti dengan penuh keyakinan.
Kini ia beranjak dari tempat duduk dan memeluk boneka beruang yang hampir sama besar dengan tubuhnya. Tersenyum dengan lepas dan melangkah ke sana kemari seolah-olah sedang berdansa.
Ia bahkan tak menyadari berapa lama ia telah melakukan aktivitas tak normal itu. Hingga ibunya masuk kekamar dan mendapati dirinya yang berdansa dengan boneka.
Pergulatan batin yang panjang tak menghentikan langkah Rianti untuk menikmati saat-saat yang menurutnya perlu untuk dirayakan. Semakin keras otak mengatakan 'Jangan,' semakin kuat pula hati mengatakn 'iya'.
****
Di hari minggu pagi.
"Kamu mau jogging?" tanya Andra yang sedang duduk di teras depan. Ia melihat Shinta yang sudah siap dengan baju olahraga dan topi yang berwarna pink.
"Iya Bang, udah lama gak jogging," jawab Shinta sambil menyelesaikan ikatan sepatunya.
"Bang Aan jadi berangkat hari ini?" tanya Shinta sambil ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.
"Iya, entar sore. Soalnya besok udah mulai ngajar," jawab Andra setelah menyeruput kopinya.
"Kalau udah di sana, traktir aku makan enak yah. Trus kenalin aku sama cogan-cogan di kampus," ucap Shinta sembari melepaskan senyum manjanya.
Andra yang mendengar celotehan Shinta langsung berdiri dan menjewer telinga adiknya itu.
"Kamu tuh ya, jadi cewe jangan centil-centil, gak baik."
"Iya ... iya," jawab Shinta yang meringis kesakitan, mencoba melepaskan telinganya dari tangan Andra.
Andra hanya tersenyum puas setelah memberi pelajaran pada sepupunya yang genit itu.
"Ya udah deh ... aku mau lari dulu mumpung masih pagi. Entar kalo udah siangan, kulit aku jadi item, trus gak bisa dapet cowok cakep," celetuk Shinta sambil tersenyum.
Andra yang mendengar ucapan shinta kembali ingin menjewer telinga gadis itu. Tapi buru-buru Shinta mengelak, dan berlari meninggalkan Andra yang masih kelihatan kesal.
Setelah beberapa saat, Andra pun tersenyum melihat Shinta yang perlahan hilang dari pandangnya.
"Ternyata kamu udah besar sekarang."
Shinta berlari mengelilingi komplek perumahan tempat tinggalnya selama ini. Ia tadi sudah menelepon Rianti untuk mengajak sahabatnya itu lari pagi bersama. Tapi Rianti menolak dengan alasan masih mengantuk.
Shinta sampai di taman komplek, ia mengatur nafasnya yang terengah-engah dan melihat ada beberapa orang yang melakukan aktivitas yang sama dengan dirinya.
drtt ... drtt ...drttt.
Ponsel Shinta bergetar, dan terlihat ada pesan yang masuk melalui aplikasi WA miliknya.
Pak Haikal.
Kamu lagi apa sekarang? Udah sarapan belum?
"Tumben nih si bos. Bales gak ya?" gumam Shinta sambil memegang dagunya.
Belum sempat Shinta membalas pesan itu, tiba-tiba masuk lagi pesan dari pak Haikal
Pak Haikal.
Kenapa gak di bales? Kamu udah bosen kerja sama saya!!!!!!
Shinta kelabakan melihat pesan dari Haikal. Apa lagi ia melihat begitu banyak tanda seru di pesan itu.
Wah ... sepertinya si bos marah, Ya udah lah bales aja. Sekarang cari kerja susah.
Shinta.
Gak kok Pak, tadi saya lagi jogging jadi gak tau ada pesan bapak masuk.
Pak Haikal.
Oh ... saya kira kamu udah dapat kerja di tempat lain. Jadi kapan kamu masuk kerja?
Shinta.
Besok saya OTW Pak, jadi lusa udah bisa masuk kerja.
******
Jangan lupa like nya.
Kalau ada yang salah dalam penulisan dan tanda baca, mohon katakan di kolom komentar.
😊😊😊😊**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
France M Ati Balle
mulai nganjen deh haikal..
tar shinta jadi bulan bulanan istrinya Haikal, kasihan.
2022-12-18
0
Ida Lailamajenun
wah bahaya nih si Haikal,bau bau selingkuh
2021-11-02
0
Lia Wildan
wah2 lelaki dewasa naksir anak ABG
2021-10-31
0