MASIH terlalu senja ketika perahu bersuara ringan itu menghampiri rumah Lila. Laz bergegas mematikan mesin lalu mencelupkan dayung dan mendekati halaman rumah panggung dengan wajah terang.
Anak-anak berhamburan mendekat tanpa lambaian tangan bahkan hingga kedua tamu itu melompat ke halaman.
Laz menanyakan apa yang sedang mereka rencanakan dan Lila menjelaskan kalau mereka hendak membuat Drone. Di ujung pintu, Sam hanya menanggapi dengan berpikir bahwa, dia sedang menemukan sisi lain dari kehebatan anak-anak muara.
“Boleh aku tahu kalian butuh apa saja?” tanya Laz.
Lila segera menunjukkan catatan Koh Alai dan Laz mulai mengamati.
“Dari mana kau tahu semua ini?” tanya dia.
“Dari buku,” jawab Lila.
“Maksudku harganya?”
“Semuanya mahal.”
“Bukan itu. Orang yang memberitahukan harga-harga ini?”
Lila mendesah dan segera mengerti maksud pertanyaan itu. “Dari Koh Alai.”
“Koh Alai?”
“Ya, Pak. Koh Alai.”
“Siapa dia?”
“Orang China.”
“Maksudku tinggal di mana?”
“Pedagang elektronik pasar Unit Dua Tulangbawang.”
Kemudian anak-anak itu mendengar kata-kata yang segera mengubah kekhawatiran menjadi rencana besar. Dan dalam kesempatan yang tak pernah diduga, Sam juga berkata: “Dua atau tiga hari besok kekurangan barang-barang ini akan tiba dan NGO akan membiayainya. Tapi sebelum itu, bisakah kalian meyakinkanku kalau kalian memang tak akan mengecewakan? Aku sedang membahas rencana Drone kalian ini.”
Lila, Agam, Gita dan yang lain hampir saja melompat kegirangan ketika Sam dan Laz menjadi terperangah menyaksikan beberapa bagian lengan Drone yang sudah dirangkai dan ditujukkan Lila dengan mata berbinar.
“Seharusnya kalian mengampelasnya lagi agar tampak lebih meyakinkan sebab penampilan tetap adalah hal terpenting bagi performa sebuah robot motorik,” kata Laz dengan sikap yang memperlihatkan seolah dia adalah seorang donatur. Sam tak lagi merasakan keraguan dan itu, tentu saja, membuat Lila segera mengambil kesempatan untuk meyakinkan hatinya.
“Kiranya, apakah kami sudah menunjukkan hal yang benar?” tanya dia.
“Dari ceritamu dan melihat semua ini, seharusnya Drone yang sedang kalian gagas ini bisa terbang dengan baik.”
Laz menyahut. “Dan NGO akan membantu untuk lebih cepat mewujudkannya. Ini adalah sebuah langkah besar sebab kalian tak pernah benar-benar mempelajarinya di bangku sekolah secara khusus.” Dia juga memberi penegasan dengan mencoba merasakan apa yang sedang menggantung dalam benak anak-anak itu dengan cara menggerakan bahan lengan Drone itu layaknya sebuah kapal yang sedang mengudara.
Sam kembali menyela. “Tapi mengapa aku tak melihat kalau ini adalah sebuah berita gembira?” dengan sudut mata memicing seperti sedang menemukan sebuah jalan setelah tersesat beberapa lama. Dia mencoba memposisikan diri seolah seorang penerjemah kesiangan.
“Maksud Sam, kalian sama sekali tidak tampak gembira,” lanjut Laz meski di wajah-wajah lengas itu sebenarnya ia sudah melihat sebuah kebinaran yang tak terbendung.
“Rasanya mau menangis,” jawab Arpan.
“Mataku sudah basah,” sahut Lila.
Lalu mereka tertawa dengan suara lepas atau tepatnya dengan segenap perasaan yang tidak benar-benar mengerti mengapa meraka melakukannya. Jeda beberapa menit yang menghadirkan semilir angin memberi semacam ruang bagi Sam dan Laz untuk meninggalkan anak-anak yang sudah membisu karena rasa girang yang meluap. Kemudian kedua tamu itu mengatakan kalau mereka baru akan bertolak ke Jakarta setelah menyempatkan singgah ke toko Koh Alai bersama Pak Ilyas. “Kalian tahu untuk apa?” tanya Sam.
Anak-anak itu hanya terperangah seperti melihat sirkus.
“Untuk mewujudkan cita-cita pembuatan Drone ini,” tegas Laz.
Maka ketika perahu yang sempat mengangguk-angguk itu mulai menjauh dan gejolak air bertubi-tubi menghantam tiang, sebelah tangan anak-anak itu sudah naik turun menghapus air mata. Tadi, Laz juga sempat mengatakan akan mengubah rencana kepulangan mereka sebelum beberapa dari anak-anak itu mahir menggunakan laptop. Juga Drone yang direncanakan benar-benar mampu terbang dengan baik. “Kami akan menjadi konsultan gratis,” katanya dan kalimat itu terus terngiang bahkan hingga perahu yang membawa keduanya hilang dari jangkauan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments