Aku Berbeda Dari Kembaranku
.
.
Seoul, South Korea
BRAK
Suara pintu dibuka dengan kasar membuat anak lelaki yang berada dalam ruangan itu berjengit terkejut. Dia mulai ketakutan dan tubuhnya bergetar.
Seorang pria tampan duduk di depan anak lelaki itu, meski anak lelaki itu menundukkan kepalanya ia tau bahwa pria itu, ayahnya, sedang marah besar. Dia bisa merasakan aura dingin menyeruak di setiap sisi ruangan, seakan awan gelap menyelimuti di antara mereka.
Gelap dan dingin.
“Kau tau apa yang kau lakukan itu salah bukan?” suara dingin pria tampan itu membuat si anak lelaki kembali berjengit, ia semakin ketakutan, namun anak lelaki itu menganggukkan kepalanya karena refleks dan juga takut.
“Sepertinya kau sangat menyesal hingga tidak mau mengangkat kepalamu”
Mendengar itu si anak lelaki mendongak perlahan, menatap wajah tampan ayahnya yang terlihat begitu dingin, terlihat tak berekspresi namun dia tau ayahnya sedang marah.
“Ayah, aku – tidak menyesal..”
Terjadi keheningan beberapa saat hingga pria tampan itu kembali berkata “Tidak menyesal? Kau memukul mereka hingga babak belur dan kau bilang tidak menyesal? Kau ingin menjadi preman?”
Suara ayahnya meninggi, membuat anak lelaki yang baru masuk kelas tiga SMP itu tak bisa membendung airmatanya lagi. Dia tau dia sangat cengeng, sangat emosional dan berlebihan.
Namun, apakah ayahnya tidak mau melihat dari sisinya? Apa ayahnya pikir dia senakal itu hingga memukuli anak orang tanpa alasan?
“Lihat dirimu Hyunjin! Bagaimana bisa kau menjadi penerusku jika secengeng ini dan juga mudah memukul orang seenaknya, bagaimana mungkin pemimpin seperti itu?”
“Maafkan Hyunjin ayah, Hyunjin salah...”
“Harusnya kau berpikir dulu sebelum berbuat bukankah begitu? Tak peduli meski mereka yang salah memangnya kau berhak memukuli mereka? Itu kekerasan! Kau belum tau itu?”
“Tapi aku hanya memukul mereka sekali ayah, itupun saat guru datang setelahnya, jadi terlihat seperti aku yang salah padahal aku hanya membela diri”
Pria tampan itu berdecak kesal.
“Sudahlah, aku sudah membayar mereka jadi kau tidak akan dituntut lagi”
“Tapi mereka yang salah ayah! Aku tidak peduli mereka menganggapku salah, tapi kenapa ayah tidak mempercayaiku? Aku anak ayah!”
Tatapan pria itu kini melembut, kini dia tersenyum kecil menatap putranya yang sedang mengambil tisu dari atas meja untuk menghapus airmatanya.
“Hyunjin, anak lelaki tidak boleh cengeng”
“Tapi lelaki sekalipun bisa terluka, apalagi jika orang terdekat mereka tidak mau mempercayai mereka”
Pria itu tertawa mendengar kata-kata putranya “Kau belajar darimana kata-kata itu? Ayah percaya padamu”
Anak lelaki itu kembali mendongak menatap ayahnya “Sungguh? Ayah percaya padaku? Mereka mengganggu temanku ayah, tapi sebelumnya mereka baik padaku, namun tadi aku melihat mereka memukuli temanku, aku marah pada mereka. Harusnya aku melapor pada guru, bukannya marah dan memukul mereka, tapi mereka memukulku duluan.. jadi.. aku tau aku salah”
Pria itu berdiri dari duduknya, menghampiri putranya lalu duduk disampingnya dan memeluknya.
“Ayah bangga karena anak ayah sudah membela temannya, dan juga karena telah menyadari kesalahannya sendiri. Tapi, ayah tetap berpikir kau belum sempurna sebagai calon penerus pemimpin perusahaan kita. Maksud ayah, mungkin sebaiknya kau membujuk saudari kembarmu untuk mengikuti ayah”
Anak lelaki itu melepas pelukannya pada ayahnya, mendongak menatap bingung pada ayahnya “Maksud ayah Jihyun? Dia ada di Indonesia, dan kalau Ibu tau, pasti Ibu akan marah”
“Ibumu pasti melepas Jihyun jika itu sudah keputusan Jihyun bukan? Lagipula ini kesempatan yang bagus untukmu, untuk kembali bersama saudarimu, kau bisa sekolah disana dan menemaninya, tapi jika kau ingin kembali, ayah akan menjemputmu. Ayah tidak ingin memaksa kalian, yang bisa ayah lakukan hanya mengarahkan kalian saja”
Anak lelaki itu mengangguk “Hyunjin akan melakukannya, Hyunjin merindukan Jihyun ayah... jadi – kapan Hyunjin ke Indonesia?”
“Setelah kau bisa berbahasa Indonesia dengan baik, Paman Kim akan membantumu dan.. Oh! Ayah akan menyiapkan semua dokumen kepindahanmu”
Anak lelaki itu hanya diam dan menyetujui semua yang ayahnya katakan. Lagipula ia sangat merindukan saudari kembarnya, sudah lama sejak ayah dan Ibunya berpisah. Ayahnya membawa dia sedangkan Ibunya kembali ke negaranya membawa saudari kembarnya.
Mungkin ini sudah sekitar delapan tahun?
Ibunya tidak mau mengabari ayahnya maupun dirinya sama sekali,dia bahkan tidak tau bagaimana rupa saudarinya sekarang. Yah, karena mereka kembar, pasti mirip dengannya bukan? Mereka kembar indentik, namun jenis kelamin mereka saja yang berbeda.
Oh, mungkin sifat mereka juga berbeda, entahlah..
***
Malang, Indonesia.
Namanya Safaluna, biasa dipanggil Luna.
Ini sudah beberapa hari sejak dia masuk SMA. Jarak sekolah dan rumah yang baru dibelikan Ibunya sangat dekat. Ibunya memang sengaja membeli rumah di perumahan yang dekat dengan sekolahnya.
Ibunya sendiri memiliki butik dan jarang pulang ke rumah. Jadi tidak ada bedanya meski rumahnya pindah sekalipun, Luna tetap sendiri.
Yah, maksudnya tidak benar-benar sendiri juga. Ada seorang wanita yang menjaga Luna menggantikan Ibunya, yaitu bibi Yuli, yang sudah mengurusinya sejak ia pindah delapan tahunan yang lalu ke Negara ini.
Soal sekolah... sebenarnya tidak begitu baik. Luna gadis yang suka menyendiri dan lebih mementingkan membaca buku daripada berkeliling mencari teman baru.
Ada beberapa yang datang, namun Luna hanya menyambut mereka dengan baik tanpa berniat mempertahankan mereka sebagai temannya.
Banyak juga yang langsung pergi setelah itu. Mungkin karena penampilan Luna yang meskipun cantik tapi terlihat sekali dia cuek dengan penampilannya. Dan kacamata tebalnya membuat dia menjadi nerd, tapi apa yang bisa Luna lakukan? Dia memang nerd.
Ia pikir dengan tidak memiliki teman seperti itu akan membuat kehidupan sekolahnya damai dan dia bisa belajar dengan tenang.
Namun, ternyata dia salah.
Mungkin karena tidak punya teman di kelas, dia jadi bahan lelucon dan jadi diganggu anak-anak kurang kerjaan.
Sepulang sekolah, tiba-tiba anak lelaki paling populer di kelasnya mendatanginya lalu melemparkan secarik kertas lalu mengatakan hal-hal menyakitkan padanya.
Intinya, Luna ditolak.
Sepertinya ada seseorang yang mengirim surat cinta pada siswa populer itu atas nama Luna. Siswa pupuler yang Luna baru tau saat itu juga bernama Dion berpikir benar-benar Luna yang mengirim surat itu, dia langsung menolak Luna saat itu juga dan mengatakan Luna jelek dan cupu. Dia juga bilang Luna tidak tau diri.
Gadis-gadis yang menyukai si Dion itu menatap Luna jijik dan penuh permusuhan, mereka bahkan melempari Luna dengan kertas atau apapun yang ada di sekitar mereka.
Entah Luna harus bersyukur karena sudah waktunya pulang jadi dia bisa langsung lari dari sana atau tidak karena dia tidak siap untuk datang ke sekolah keesokan harinya.
Pasti banyak yang akan merundungnya besok.
Luna terus berlari menjauh dari gedung sekolah.
Dia sangat marah, malu dan ingin menangis... namun, ia tak mau menangis di depan banyak orang.
SRET
“Luna!”
Seseorang menarik lengan Luna hingga Luna berbalik, Luna mendongak menatap wajah tampan kakak kelasnya yang tersenyum padanya.
Jika Luna menyukai seseorang dan mengirimkan surat cinta yang manis dan puitis, pastilah Luna memilih dia.
Tetangga barunya, kak Lino.
Dibanding dengan Dion, Lino jauh lebih pupuler dan jauh lebih baik. Dan lagipula Dion tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Lino. Bagaimana mungkin Luna bisa ditolak oleh seseorang yang begitu angkuh seperti Dion? Padahal Luna saja tidak menyukainya seinchi pun.
“Ini, kau suka rasa matcha kan?” Lino memberikan pastik bening berisi boba milk tea rasa matcha lengkap dengan sedotannya “Untukmu, sebagai hadiah karena – karena.. eum, sudah jadi tetangga baruku?”
Luna menerima minuman itu, pikiran buruknya tentang kejadian sebelum ini menghilang sejenak.
Tentu saja, bagaimana bisa kau tidak merasa damai dan tentram hanya dengan melihat senyuman tampan meneduhkan milik Lino?
“Terima kasih, kak Lino.. aku – aku pergi dulu”
Lino yang sadar mengangkat tangannya dari lengan Luna “Oh iya.. aku juga mau main basket dengan Abin” Lino tersenyum canggung, Luna pun juga demikian, tidak bisa tidak canggung dan salting jika dengan Lino.
Akhirnya Lunapun pergi meninggalkan Lino yang masih berdiri ditempat yang sama sambil menatap kepergian Luna.
“Luna terlihat sedih, kenapa ya?” gumam Lino.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
putri sri andila
rasional donk tor. kembar identik ga mungkin beda jenis kelamin😄😄
2022-09-29
0
꧁༺Asyfa༻꧂
mampir kak Asyfa
2022-02-12
1
IG : pena.dyoka
ternyata ngambil set diluar,
2022-01-26
1