.
.
DUK
DUK
DUK
Suara bola basket begitu keras terdengar di tengah lapangan yang sudah hampir sepi ini, hanya ada dua siswa dan sedikit penonton saja, itu pun semuanya perempuan.
Saat bola itu dilambungkan tinggi menuju keranjang, lalu masuk begitu saja, teriakan segelintir penonton itu terdengar lagi.
Namun, bagi Lino, yang bermain basket.. teriakan itu begitu mengganggunya, membuatnya makin kesal saja. Tapi dia tak bisa mengusir para gadis itu begitu saja.
Karena sudah malas, Lino kembali duduk di pinggir lapangan, sudah ada temannya disana, Abin, menunggunya sambil meneguk air mineral.
Abin melempar botol air mineral pada Lino yang dengan sigap ia tangkap, lalu ia teguk minuman itu hingga kandas, kemudian dia ikut duduk di sebelah Abin.
“Kau terlihat aneh hari ini, kenapa?” tanya Abin.
Lino tersenyum kecil “Kau selalu tau suasana hatiku ya?”
Abin berdecak kesal “Tentu saja! Sudah berapa tahun aku jadi temanmu? Memang apa yang terjadi sih?”
Lino menoleh pada Abin, wajahnya terlihat serius saat ini “Kau tau Luna kan? Tetangga baruku?”
Abin berpikir sejenak “Yang rumahnya di sebelah rumahmu ya? Kenapa memangnya?”
Lino menghembuskan nafas lelah “Dia hari ini terlihat – apa ya? Seperti terluka.. mungkin ada yang mengganggunya di kelasnya”
Abin tertawa mendengar itu, Lino kembali menoleh padanya, menatapnya dengan tatapan kesal. Dilirik seperti itu membuat Abin merinding seketika, Lino sangat seram.
“Maaf maaf.. jadi karena dia kau seperti ini? Haha, kau menyukainya ya?” Abin menaik-turunkan alisnya menggoda, tapi lalu berhenti saat Lino mulai mengangkat botol air mineralnya.
“Oke oke jangan pukul aku!”
Lino menurunkan botolnya kembali, lalu meremas botol kosong itu, kemudian melemparnya begitu saja, namun tentu saja botol remuk itu langsung masuk ke tong sampah tidak jauh dari tempat mereka duduk.
“Nice shoot!” teriak Abin, Lino kembali meliriknya.
“Ehehe, Bang Lino yang ganteng jangan serem-serem gitu dong... ampun.. tapi bang”
Lino kembali menoleh pada Abin “Apa?”
“Itu.. mungkin saja dia memang diganggu.. eh, gini aja, mau aku bantu cari tau? kebetulan ada cewe di kelasnya dia yang lagi deketin aku, gimana?”
Lino menatap Abin dengan senyuman merekah, dia langsung mengangguk begitu saja “Boleh Bin, tumben pinter”
Abin tersenyum bangga “Iya dong! Abin gitu loh!”
Lino berdiri dari duduknya “Ayo pulang, udah sore nih” ajak Lino.
Abin ikut berdiri sambil menenteng ranselnya “Bang nginep dong... di rumah lagi sepi nih”
“Orangtuamu pergi lagi?” tanya Lino
“Iya bang, itu lho.. mereka mau buka cabang lagi”
Lino mengangguk mengerti. Orangtua Abin ini memang kaya raya, mereka punya perusahaan sendiri di bidang kuliner. Jadi biasanya Abin sering ditinggal orangtuanya untuk bisnis, dan biasanya jika sudah begitu dia akan menginap di rumah Lino atau sebaliknya, Lino yang menginap di rumah Abin.
Tapi meski orangtuanya memiliki bisnis kuliner, anehnya si Abin yang sudah kelas dua SMA ini payah sekali dalam urusan dapur, masak air saja bisa gosong.
“Hmm, cabang dimana lagi?”
“Di Lumajang katanya, tapi... Lumajang itu dimana ya bang? Kata papa deket”
Lino berpikir sejenak “Bukannya itu di bawah gunung Semeru ya Bin?”
“Gak tau bang, makanya nanya ini”
“Yaelah Bin”
***
Saat ini Sam dan Luna sudah berada di dalam rumah, ada bibi Yuli dan seorang pria tampan yang menunggu mereka.
Mereka duduk di ruang tamu, Luna duduk berdampingan dengan Sam, menunggu pembicaraan dimulai.
Beberapa cangkir teh telah tersaji di depan mereka, beberapa kue juga turut dihidangkan. Sepertinya, bibi Yuli yang menyiapkannya.
“Luna, ini Kim-ahjushi yang ikut kemari karena appa ingin aku dibantu dan diawasi seseorang. Kim-ahjushi orang kepercayaannya appa, dia sudah membantuku sejak lima tahun lalu setelah dia selesai wajib militer” kata Sam, memperkenalkan pria itu.
(ahjushi\=paman/om) (appa\=ayah)
“Nona bisa memanggil saya June” sahut June.
“Panggil aja Kim-jushi” Sam
“Ah..” Luna berdiri lalu membunguk sedikit “Mohon bantuannya Kim-jushi”
June terkekeh canggung, tidak percaya Luna akan ikut-ikut Sam memanggilnya Kim-jushi juga.
“Ternyata June pandai sekali berbahasa Indonesia ya” kata bibi Yuli
“Saya juga keturunan Indonesia, ayah saya berasal dari Bogor” jawab June “Selain itu, saya juga mengambil kuliah jurusan bahasa Indonesia” tambahnya.
“Kim-jushi yang mengajariku bahasa Indonesia beberapa bulan ini” sahut Sam, mendengar itu Luna menatap June kagum.
“Karena sekarang ada June, sepertinya saya bisa pamit pulang” kata bibi Yuli “sebulan lagi saya menikah, jadi harus pulang ke Banyuwangi”
Bibi Yuli ini masih berumur tiga puluh, selama ini terus bekerja dengan Ibunya Luna, tetapi sudah memiliki kekasih. Calon suami bibi Yuli sebenarnya orang Surabaya, namun bibi Yuli berasal dari Banyuwangi, jadi pernikahannya diselenggarakan disana.
“Saya pikir akan meninggalkan non Luna sendirian..” tambah bibi Yuli.
“Jangan khawatir, saya akan menjaga mereka berdua dengan baik, kapan berangkatnya?” June
“Besok sore naik kereta”
“Kalau begitu biar saya antar ke stasiun” June
“Eh? Tidak perlu repot-repot June”
“Tidak repot kok”
Setelah itu pembicaraan terus berlangsung, kebanyakan basa basi saja sih, atau saling menanyakan kabar.
Padahal yang Luna ingin tau adalah... kenapa tiba-tiba Sam bisa kemari?
Dan dari pembicaraan dengan June, sepertinya Sam bukan hanya liburan disini, tapi akan tinggal juga. Malah Sam sudah dipindahkan ke sekolah Luna, tadi saat Sam berada di taman itulah June mengurus kepindahannya.
Luna sudah masuk kamarnya, meletakkan ranselnya di kursi di depan meja belajarnya, lalu duduk di ranjangnya. Saat itulah dia menyadari ada sebuah koper besar warna baby pink tergeletak di lantai.
“Koper siapa ini?” gumam Luna sambil berdiri lalu mendekati koper itu, dia kemudian berjongkok dan memeriksa koper.
Ada tulisan ‘Hwang Jihyun’ dengan huruf hangul tercetak disana.
Ternyata milik Luna, mungkin Sam atau June yang menaruhnya disini.
“Sam!!” panggil Luna, dia berteriak tidak terlalu kencang, namun dia tau Sam pasti mendengarnya karena kamar Sam tepat berada di samping kamarnya.
BRAK
“Kenapa?”
Luna menatap Sam jengkel “bisakah kau membuka pintu dengan lebih lembut?”
Sam malah nyengir lebar, setelah itu menghampiri Luna “Oh! Koper itu untukmu, isinya beberapa oleh-oleh... eum, aku yang memilihkannya untukmu”
Mendengar itu Luna segera membuka koper, dan betapa terkejutnya dia setelah melihat isi koper.
Beberapa baju dan dress yang manis, terlihat sekali jika berasal dari brand terkenal.. pasti mahal. Selain itu ada sepasang sepatu warna putih, untungnya ukuran sepatunya pas... ada juga paket skincare yang terlihat mahal, satu set make up dari brand Korea yang cukup terkenal.
Luna mendongak menatap Sam “Kau memilih semua ini untukku?”
Sam mengangguk antusias “tentu! Dan –” Sam ikut berjongkok di depan Luna, lalu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam koper “Aku juga membelikan iphone untukmu! Agar kita punya handphone kembar! hehehe”
Luna menerima Kotak itu tidak percaya.
Sam melanjutkan “Appa menyuruhku membelikan sesuatu untukmu, tapi aku tidak tau apa yang harus ku beri, lalu meminta saran dari followersku – oh! Aku punya banyak followers di IG, jadi aku menerima semua saran mereka dan membelikanmu semua itu”
Luna tertawa mendengar penjelasan Sam barusan, Sam yang bingung hanya menatap Luna tidak mengerti.
“Kenapa tertawa?”
“Habisnya... kau tetap bodoh seperti dulu”
Sam cemberut “Aku gak bodoh ya! Memang aku tidak terlalu pintar dalam belajar.. tapi – tapi aku tidak bod –” Sam menghentikan ucapannya saat Luna tiba-tiba datang padanya dan memeluknya erat.
“Terima kasih... aku menyukai semuanya”
Kemudian Luna melepas pelukannya, mereka berdua tertawa entah apa yang lucu.
“Sebagai balasan.. eum, aku akan mengajakmu jalan-jalan saat weekend nanti”
“Beneran?! Yeay!! Janji loh ya” Sam menyodorkan jari kelingkingnya, yang segera Luna tautkan dengan jari kelingking miliknya “janji”
“Tangan Luna kecil banget ya”
“Tanganmu saja yang kebesaran!”
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ina Raina
hi june
2022-01-07
1
Ina Raina
tandas mungkin bukan kandas y 😁
2022-01-07
1
Ina Raina
jngn gitu dong Lino itu vans mu x 😁
2022-01-07
0