Teman

.

.

Gara-gara Sam, Luna harus ke sekolah dengan penampilan yang tidak biasa dan terlambat dari biasanya. Jika dia biasanya paling tidak harus sudah berada di sekolah tiga puluh menit sebelum bel masuk, tapi berkat Sam.. dia masuk sekolah sepuluh menit sebelum bel.

Sepanjang perjalanan Luna menuju kelasnya, setiap mata mentapnya dan membuatnya risih. Luna pikir, mungkin mereka seperti itu karena kejadian kemarin. Pasti rumor menyebar sangat cepat bukan?

Mereka pasti sedang berlomba mencibir Luna saat ini.

Dengan menguatkan hatinya, dia berhasil masuk kelas dan duduk di kursinya sendiri. Kursi Luna ada di deretan tengah, dua meja dari depan. Karena penglihatan Luna buruk, jadi dia harus duduk di depan, meski dia sudah memakai kacamata.

“Heh Luna”

Luna mendongak mendengar namanya dipanggil, ternyata Liza... dia adalah orang yang paling sering mengganggu Luna, bahkan surat cinta kemarin pasti juga ulahnya. Luna bahkan tidak mengerti kenapa dia berbuat seperti itu padanya. Memang untung dia apa?

Liza tidak sendiri, dia bersama teman-temannya yang juga sering merundung Luna.

Mau apa lagi mereka? Apa masih belum cukup yang kemarin itu? Apa mereka akan berhenti jika Luna sudah keluar dari sekolah ini?

“Kita minta maaf atas perbuatan kita kemarin”

Apa? Luna tidak salah dengar? Liza meminta maaf padanya? Meski terdengar tidak tulus dan ogah-ogahan, tapi dia meminta maaf! Di depan kelas pula!

Apa Luna harus bertepuk tangan karena terlalu kagum?

“Surat kemarin adalah perbuatan kami, kami minta maaf” kata Liza lagi, matanya sempat melirik keluar jendela kelas. Seakan dia sedang diawasi seseorang.

Tapi Luna tidak terlalu peduli, dia hanya mengangguk kecil dan menggumam saja untuk menjawabnya.

Untungnya bel masuk berbunyi nyaring, jadi Liza dan teman-temannya kembali ke kursi mereka.

Diam-diam Luna tersenyum, jujur saja dia senang Liza meminta maaf dan mempermalukan dirinya sendiri di depan seluruh kelas... Luna berharap dengan begini dia tidak diganggu lagi.

Atensi Luna kembali pada keadaan kelas, ada Dion dan teman-temannya yang baru datang. Luna tidak menyukainya dan tidak peduli padanya, tapi entah itu hanya bayangan Luna atau apa.. tapi Dion sempat melirik padanya.

Dan lagi, kenapa wajahnya seperti baru saja dipukuli?

Luna mengedikkan bahunya, lagipula Dion bukan urusannya, mau dia berantem atau dipukuli sekalipun. Lagipula dia berhak dipukul, karena kemarin sudah berbuat buruk pada seorang gadis.

Menurut Luna, seorang lelaki sejati tidak akan berbuat kasar kepada gadis seperti itu, tidak peduli gadisnya tidak cantik sekalipun.

Dan Dion tidak gentle karena kasar pada gadis, dia berhak mendapat pukulan.

TEP

Luna berjengit saat dia merasakan sebuah tepukan di bahunya, dia segera berbalik pada seseorang yang duduk di belakangnya.

Namanya Randy, satu-satunya teman yang baik di kelas ini. Luna mengenal Randy karena sekelas saat kelas tiga SMP, dan hanya Randylah yang bisa menggeser tempat Luna di peringkat satu. Entah Luna harus lega atau kesal karena Randy kembali sekelas dengannya sekarang.

Pasti Randy akan mengalahkannya lagi, namun Luna juga lega karena setidaknya, ada orang baik seperti Randy di kelasnya.

“Ada yang ingin ku bicarakan nanti setelah bel istirahat” kata Randy.

Luna mengangguk “Baiklah” lalu dia kembali menghadap depan dan fokus mengeluarkan buku untuk pelajaran.

Tiba-tiba suara ribut di kelas meredam, Luna pikir mungkin gurunya sudah datang, jadi Luna tidak terlalu memperhatikan dan fokus dengan bukunya sendiri.

“Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru”

DEG

Murid baru?

Perlahan Luna mengangkat kepalanya untuk melihat siapa murid baru yang dimaksud gurunya.

‘Semoga bukan Sam.. semoga bukan Sam’pikir Luna panik.

Dan akhirnya dia menghembuskan nafas lega setelah melihat seragam perempuan.

Seorang gadis cantik dengan senyuman manis berdiri di  depan kelas, membuat siapa pun yang melihatnya akan langsung tertarik ke dalam pesonanya yang luar biasa.

Bahkan para siswi saja berpikir dia sangat cantik.

Sampai Luna saja tercekat, dia tidak menyangka bisa melihat gadis cantik dari jarak sedekat ini. Jika gadis ini yang menjadi saudari kembar Sam, maka semua orang pasti akan percaya.

Gadis itu cantik bagai seorang putri kerajaan.

Berbeda dengan Luna.

Atau, paling tidak itu yang Luna pikirkan.

“Baiklah, kamu bisa duduk di kursi yang kosong” kata pak guru di depan kelas.

Eh? Kok sudah disuruh duduk? Apa Luna melamun sampai tidak mendengar perkenalan gadis itu ya?

Sebenarnya di kelas ini ada dua kursi yang kosong, yang satu di sebelah Luna, yang lainnya ada di sebelah Liza dan teman-temannya.

Mungkin semua orang berpikir gadis itu akan duduk di antara Liza dn teman-temannya, bahkan Luna pun sangat yakin gadis itu akan duduk disana.

Namun, ternyata dia menghampiri Luna lalu duduk disebelahnya.

“Hai, aku boleh duduk disini kan?” tanya gadis cantik itu.

Luna refleks mengangguk.

“Namamu siapa?” tanya gadis itu “Oh iya, kau bisa memanggilku Lia” tambahnya.

Oh, ternyata namanya Lia.

Luna tersenyum kecil “Safaluna, panggil saja Luna”

“Mohon bantuannya ya, Luna”

“Te.. tentu”

***

Setelah bel istirahat berbunyi dengan nyaring, sorakan siswa dan siswi terdengar memekakkan telinga.

Luna membereskan buku-bukunya sampai Lia menarik lengannya “Ayo ke kantin!”

“Eh? Aku –”

“Jangan bilang gak mau ke kantin..” Lia memasang wajah cemberutnya, yang terlihat begitu cantik dan juga imut.

“Bukan, maksudku... biarkan aku membereskan

barang-barangku dulu”

Lia melepas pengangannya dari lengan Luna “Oh oke”

Segera setelah Luna selesai dengan barang-barangnya, Lia kembali menyeretnya keluar kelas. Namun baru saja mereka sampai di depan pintu kelas Luna berhenti, Lia menatapnya bingung “Luna kenapa?”

Sepertinya Luna melupakan sesuatu..

“Itu.. kamu duluan aja, aku lupa mengambil dompet”

Lia cemberut lagi, tapi kali ini dia mengerti dan melepaskan Luna “Oke kalo gitu.. aku duluan”

Luna pun membiarkan Lia pergi ke kantin, bahkan saat Liza dan teman-temannya mulai mendekati Lia untuk ke kantin bersama.

Sebenarnya Luna pikir Lia gadis yang baik, Luna ingin berteman dengannya.. tapi Luna juga masih takut. Jika dia terlalu dekat dengan seorang teman lalu dihianati lagi seperti dulu di SMP.

Bahkan sekarang saja Luna diganggu dan dikucilkan di SMA, kalau Lia berteman dengannya dan ikut dikucilkan bagaimana?

Setelah mengingat kenapa dia berhenti, Luna mulai sadar dari lamunannya dan ingin berbalik kembali ke kelas.

Namun, gerombolan yang baru keluar dari kelas sebelah mencuri perhatiannya.

Sontak siswa-siswi di sekitar sana langsung tertarik ke dalam gerombolan itu, bahkan ada juga yang mengeluarkan handphonenya untuk memotret segala.

Dan pusat dari kehebohan itu tak lain adalah saudara kembarnya, Samudra.

Luna dapat melihat bagaimana Sam kualahan dengan semua perhatian dan pertanyaan dari mereka.

Tapi Luna sudah menduga hal itu akan terjadi.. tentu saja, Sam sangat tampan bagaikan berlian paling mahal, sangat berkilau hingga membuat mata siapa pun silau.

“Luna” Luna menoleh pada asal suara, lalu tersenyum melihat Randy berdiri di sampingnya.

“Ran, apa yang ingin kau katakan?” tanya Luna.

“Oh itu..” kemudian Randy menyerahkan sebuah kotak berisi salad buah “Ini untukmu.. kau suka salad buah kan?”

“Jangan-jangan kau memberikan ini karena kejadian kemarin ya?” Luna menerima kotak itu dan tersenyum.

Memang, yang bisa ia percaya hanya Randy. Dia tidak pernah berusaha mendekati Luna atau memanfaatkan Luna, dia selalu jujur apa adanya.

“Aku pikir mereka tidak akan minta maaf dan akan mengganggumu lagi, jadi aku ingin memberimu semangat.. dan juga” Randy merogoh sakunya, mengeluarkan selembaran “Ada bazar buku yang berlangsung selama seminggu ini, karena kita berdua suka buku, aku tau kau pasti akan datang kesana”

Betapa bahagianya Luna menerima selebaran itu, tentu saja dia pasti datang ke bazar.

“Makasih Ran! Wah!”

Perlahan, senyuman muncul di wajah Randy.. dia bahagia melihat Luna kini benar-benar tersenyum dan tidak dipalsukan.

“Aku bisa saja datang sendiri kesana, tapi.. kau akan datang dengan siapa?”

Mendengar pertanyaan Randy barusan membuat senyuman Luna lenyap. Benar juga.. Luna pasti datang sendirian.

“Tidak apa, aku bisa datang sendiri Ran”

Tapi Randy menggeleng tidak setuju “Bahaya perempuan pergi sendiri, kalau kau mau akan ku temani”

“Serius?” tanya Luna tidak percaya.

“Luna.. aku tau di kelas hanya aku satu-satunya temanmu, jadi – kenapa kita tidak benar-benar berteman saja?” tawar Randy

“Tapi kan kau tidak dijauhi sepertiku.. bukankah lebih baik –”

“Tidak masalah mereka ikut menjauhiku, aku juga tidak ingin berteman dengan orang-orang seperti itu”

Luna kembali tersenyum, senyuman lega karena akhirnya ia punya seseorang yang ia percaya untuk menjadi temannya.

“Terima kasih, Randy”

.

.

Terpopuler

Comments

Ina Raina

Ina Raina

Lia sayang kenapa kau disini🤣

2022-01-07

1

Ina Raina

Ina Raina

waw mengakui kesalahan

2022-01-07

1

Ina Raina

Ina Raina

Liza jahaat

2022-01-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!