Pertemuan

.

.

Di sebuah taman yang sepi, Luna duduk di sebuah ayunan. Dia ingin menjernihkan pikirannya dari masalah di sekolah.

Dulu di SMP dia memiliki beberapa teman yang sebenarnya hanya mendekatinya karena dia pintar saja, jadi Luna bisa mereka manfaatkan. Karena Luna tak ingin itu terjadi lagi, jadi dia berpikir untuk jaga jarak dengan teman-temannya di kelas.

Tapi mana dia tau jika teman sekelasnya akan bekerja sama hanya untuk merundungnya? Mungkin ini salah Luna sendiri karena bukannya melawan, dia memilih diam dan pergi begitu saja.

“Apa seharusnya aku melawan mereka?” gumamnya kemudian.

Luna tidak mengerti mengapa mereka melakukan itu? Apa karena dia jelek? Apa dia terlalu menyebalkan di kelas?

Luna pikir dia tidak sejelek itu. Luna memiliki tubuh yang tidak pendek, tidak juga tinggi.. sekitar 160 cm dengan berat badan terakhir Luna ingat masih 45 kg. Tubuhnya biasa saja kok, malah Luna pikir tubuhnya cukup bagus, karena dia juga menjaga pola makan dan olah raga dengan teratur.

Malah Luna itu tergolong cukup atletis sebagai perempuan, nilainya di pelajaran olahraga selalu bagus, kecuali jika dia dinilai untuk bermainan voli. Luna tidak bisa voli dan tidak berminat sama sekali juga.

Mungkin yang bermasalah hanya wajahnya, tidak.. bukannya Luna jelek. Dia cuma tidak pandai merawat wajahnya juga berdandan. Beda dengan para siswi di kelasnya yang rata-rata berdandan, memakai bedak tebal dan liptint, bahkan beberapa sangat berlebihan hingga tak jarang mendapat teguran dari guru.

Tapi, apa hanya karena tidak berdandan dia di cap jelek?

Luna mengeluarkan handphone dari tasnya, menggunakannya untuk bercermin.

Luna memiliki dua jerawat di wajahnya, wajahnya juga kusam, belum lagi rambut yang hanya dikuncir satu dan itu pun juga berantakan.

Luna tau dia cuek sekali tentang penampilannya.

Luna menghembuskan nafas lelah.

Padahal beberapa orang tidak berdandan dan tetap terlihat cantik alami, kenapa Luna tidak?? Contohnya Lino. Dia bahkan hanya perlu cuci muka tanpa perawatan apapun, namun wajahnya bersih tampan dengan alami.

Luna ingin mengatakan ini semua tidak adil, namun dia juga tau itu semua sudah takdir dari Yang maha kuasa, makhluk kecil tak berdaya sepertinya bisa apa?

Saat Luna sibuk berpikir dan merenung seperti itu tiba-tiba sebuah teriakan tidak jauh dari tempatnya berada terdengar.

Seseorang terdengar sangat ketakutan.

Mungkin karena refleks, Luna pun berdiri untuk memeriksa siapa gerangan yang berteriak seperti itu di taman sepi begini.

“HUWAAA!!! JANGAN MENDEKAT!! GO AWAY!! Siapapun tolong aku.. salyo juseyo help me...”

Seorang anak lelaki yang terlihat seumuran dengan Luna terlihat ketakutan, dia terjatuh dan tubuhnya gemetaran. Di depannya terlihat seekor kecoa yang siap melompat ke tubuhnya kapan pun.

“Kau baik-baik saja?” Luna mendekati pemuda itu.

Dia segera menoleh pada Luna, lalu bangkit berdiri dan bersembunyi di balik tubuh Luna.

“D- d d dia ingin mem – membunuhku.. tolong” pemuda itu menunjuk kecoa dengan jari telunjuknya yang gemetaran.

Luna menatap kecoa itu datar, saat kecoa itu berjalan ke arahnya, pemuda itu berteriak lagi dan Luna terkejut karena dia berteriak di dekat telinga Luna.

Refleks Luna menginjak kecoa itu.

“Kecoanya sudah mati...” gumam Luna

Pemuda itu melepaskan Luna dan menatap Luna tidak percaya.

Luna baru sadar jika pemuda itu sangat tampan seperti baru keluar dari webtoon atau komik, terlihat tidak nyata. Tapi yah, namanya manusia pasti punya kekurangan, ternyata dia takut pada serangga.

“Kau membunuhnya” kata pemuda itu, kali ini ia menatap kecoa yang sudah mati itu dengan wajah pucat pasi.

“Ini bukan sepenuhnya salahku, kau berteriak sangat kencang jadi aku refleks menginjaknya” bantah Luna.

“Jadi.. aku ikut membunuhnya?” dia bertanya dengan suara gemetar “Aku sudah jadi pembunuh..”

Luna memutar bola matanya malas. Padahal tadi sangat ketakutan, giliran sudah mati dia malah begini... mau dia apa sih?

Karena kesal, Luna pun menyeret pemuda itu menjauh dari sana, lalu kembali duduk di ayunan. Ayunannya ada dua jadi pemuda itu duduk di salah satunya.

Luna mencoblos boba yang Lino berikan dengan sedotan lalu memberikannya pada pemuda itu “Kau mau?”

Ia langsung menerimanya lalu menyesapnya begitu saja “Terima kasih, oh iya namaku Samudra, karena terlalu susah panggil aja Sam” kata Sam, dia menatap Luna dengan senyuman tampannya.

Entah kenapa, Luna merasa sangat familiar dengan wajah Sam.

“Eh? Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Sam, karena Luna menatapnya intens.

Luna menggeleng cepat “Tidak, kau terlihat familiar, apa kau selebriti?”

Sam tertawa canggung “Hahaha tentu saja bukan, oh iya namamu siapa?”

“Aku Luna, Safaluna. Panggil saja Luna, kau baru disini?”

Sam mengangguk “Iya, baru saja sampai... aku juga berpikir kau familiar kok”

Luna kembali menoleh menatap Sam.

Beberapa saat mereka hanya saling tatap, tenggelam dalam pikiran masing-masing, sampai mereka sadar taman sudah

tidak sepi lagi.

Langit juga mulai berubah, semburat cahaya jingga menghiasi langit, menandakan hari sudah semakin sore.

Keduanya sadar mereka sudah harus pergi.

“Sudah sore, aku harus kembali ke rumah.. dimana rumahmu? Mau ku antar?” tanya Luna, dia segera berdiri dari ayunan, Sam juga ikut berdiri.

“Kau pasti menganggapku sangat lemah ya? Sampai ingin mengantarku, lihat wajah meremehkanmu ini” Sam menunjuk wajah Luna dengan kesal, Luna pun menurunkan telunjuk Sam dari depan wajahnya.

“Jangan menunjuk wajahku seperti itu, kalau tidak mau diantar, ya sudah.. aku jalan duluan” Luna bergerak meninggalkan Sam disana, tapi secepat kilat Sam mengikutinya dan berjalan di sampingnya.

“Tunggu dulu! Aku tidak bilang tidak mau.. maksudku, kalau ada serangga lagi gimana? Di Indonesia kan iklim tropis.. jadi pasti banyak serangganya, ya kan?” oceh Sam. Luna meliriknya dengan masih tanpa ekspresi, walau sebenarnya dia cukup sebal, tapi entah mengapa dia tidak terganggu sama sekali dengan Sam.

Seakan dia sudah terbiasa.

“Memang sebelumnya kau hidup dimana?Indonesia memang banyak serangganya, terutama di malam hari”

“Tuh kan!! Ugh.. serangga itu menakutkan. Aku baru saja datang dari Korea, ayahku orang Korea dan Ibuku orang sini, aku belajar bahasa Indonesia dengan keras beberapa bulan ini lho... jadi – eh? Kenapa berhenti?” Sam berhenti bicara saat Luna tiba-tiba berhenti berjalan, Sam ikut berhenti, menatap Luna bingung.

“Kau dari Korea?” tanya Luna

Sam mengangguk “Iya... Oh! Itu rumahku!” setelah melihat rumahnya sudah dekat, Sam meraih lengan Luna, menyeretnya dengan agak berlari agar cepat sampai rumahnya.

“Luna, ini rumahku!” Sam menunjuk rumahnya, yang terparkir sebuah mobil hitam mewah di halamannya.

“Tapi Sam, ini juga rumahku..”

Senyuman Sam luntur begitu saja, dia melepaskan tangannya dari lengan Luna, menatap Luna tidak percaya.

“Jangan-jangan.. kau ini Jihyun?” tanya Sam

Mereka terdiam, hanya saling menatap tanpa mengatakan apapun. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing, hingga tanpa sadar Luna mengeluarkan suaranya.

“Hyunjin? Itu kau?”

Cup boba yang Sam pegang terjatuh begitu saja, untungnya airnya tidak tumpah kemana-mana, karena juga sudah habis setengah.

Ini sudah berapa tahun mereka terpisah?

Delapan? Atau lebih? Sepertinya sudah lebih beberapa bulan, bahkan sudah hampir sembilan tahun bukan?

Mereka terpisah karena kedua orangtua mereka yang egois memilih ego masing-masing dan sudah merasa tidak cocok satu sama lain.

Tentu saja sangat sulit pada awalnya, mereka berdua masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi, mereka menangis berhari-hari karena terpisah dari kembaran mereka.

Namun saat semuanya sudah berlalu, mereka sudah punya kehidupan masing-masing dan hampir melupakan eksistensi masing-masing...

Mereka kembali bertemu.

GREP

Sam memeluk Luna erat, seakan takut Luna akan pergi dan meninggalkannya lagi jika dia melepas pelukannya.

“Aku merindukanmu..”

Luna membalas pelukan itu, tak terasa airmata yang sudah lama tak keluar dan kering kembali lagi, namun bukan airmata pedih dan menyesakkan seperti sebelumnya.

Ini airmata bahagia.

“Aku juga merindukanmu.. jangan menangis, kau masih saja cengeng”

“Kau juga menangis! Bodoh!”

“Kau juga bodoh kalau begitu..”

.

.

Terpopuler

Comments

IG : pena.dyoka

IG : pena.dyoka

puk puk puk tenang aja ga di penjara kok sabar ya

2022-01-26

1

pyaoliang

pyaoliang

yeeeee..... kirain karakter sodara kembarnya cowok banget, bisa belain Luna lha sama kecoa aja klenger

2022-01-20

2

🍷Jihan ❄️¹⁰

🍷Jihan ❄️¹⁰

plis pen nangis deh

2022-01-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!