Kembar??

.

.

Tidak terlalu berbeda dengan di sekolah sebelumnya, semua perhatian tertuju padanya. Sam sudah terbiasa sih, namun... hari ini moodnya buruk. Sam tidak senang sama sekali dengan semua perhatian itu, terutama karena dia tidak sekelas dengan Luna.

Ada dua siswa pindahan hari ini, dua-duanya kelas satu. Tentu saja salah satunya adalah Sam, dan satunya lagi siswi pindahan dari Amerika. meski dari Amerika, tapi dia keturunan Asia.. kalau Sam tidak salah dengar dia keturunan China-Jepang-Indonesia yang kedua orangtuanya berbisnis di Amerika sejak dia lahir.

Dan masalahnya adalah, yang ditempatkan di kelasnya Luna adalah gadis itu, bukan Sam. Tentu saja Sam sangat kecewa, dia ingin protes tapi dia tau itu tidak akan berguna.

Semua siswa-siswi, terutama siswi di kelasnya

berlomba-lomba mengajaknya bicara dan mencari perhatiannya, namun semua itu malah membuat Sam jengkel.

Tapi Sam juga tidak ingin memiliki image buruk, jadi dia hanya tersenyum pada mereka semua dan menjawab sebisanya. Sam takut jika dia berbuat buruk disini, Luna akan kecewa padanya.

Saat bel istirahat akhirnya berdering, Sam sudah tidak sabar untuk keluar dan menemui Luna di taman samping gedung. Tadi pagi Luna sudah berjanji akan menemuinya disana, jadi Sam ingin cepat-cepat menghindari teman-teman sekelasnya dan kabur.

Namun saat dia keluar kelas, anak-anak kelas lain malah ikut penasaran dengannya.

Gimana ini? Sam ingin cepat menemui Luna.

Betapa bahagianya dia melihat Luna berdiri tidak jauh dari sana, di depan kelasnya sendiri, Sam sudah ingin menyapa, namun... ia ingat jika Luna melarangnya.

Tapi apa sebenarnya alasan Luna tidak ingin mengakuinya sebagai saudara?

Karena Luna memiliki sifat hampir mirip ayahnya, apa Luna memang malu karena Sam bodoh dalam pelajaran?

Tidak, tidak mungkin Luna seperti itu kan?

Tunggu! Siapa itu yang berbicara dengan Luna?

Seorang siswa yang terlihat pintar dengan kacamata bertengger di hidungnya, menurut Sam siswa itu cukup tampan. Mungkin jika Sam seperti dia, Luna akan mengakuinya sebagai saudara kan?

Mungkin Luna tidak merindukannya, tidak menginginkannya berada disini...

“Oppa mau kemana?” beberapa gadis menghalangi Sam untuk pergi dari sana.

“Aku harus pergi, nanti lagi ya” Sam menyunggingkan senyuman palsunya, namun hal itu berhasil membuat mereka menyingkir dan menepi, memberi jalan untuknya.

Sam terus berjalan cepat, melangkahkan kaki jenjangnya menuju taman yang dijanjikan. Seperti yang Luna bilang, ternyata taman ini memang sepi.

Sam memilih duduk di bawah pohon besar menunggu Luna.

Pikirannya melayang jauh kemana-mana.

Sam memeluk kedua lututnya, membenamkan wajahnya disana. Dia tidak ingin cengeng seperti dulu, dia sudah beranjak remaja... namun, Sam memang cengeng.

Orangtuanya bercerai dan lebih memilih menyibukkan diri dengan bisnisnya, siapa lagi yang bisa menjadi sandaran Sam jika bukan Luna? Akan tetapi... Luna tidak menginginkannya.

Sam merasa kesepian, ia pikir Luna akan menemaninya... tapi ternyata dia bahkan malu menganggap Sam sebagai saudaranya di depan banyak orang.

Sam mendengar langkah kaki mendekat, dia mendongak dan menemukan Luna berjalan ke arahnya.

“Luna!”

Itu bukan Sam yang memanggil nama Luna, tapi suara lain, Sam tidak mengenalnya. Tak lama kemudian, seorang siswa tampan yang terlihat sangat keren menghampiri Luna.

Luna tersenyum padanya, namun beda dengan saat bersama siswa kacamata tadi, kali ini Luna tersenyum malu-malu. Sam bahkan bisa melihat saudari kembarnya sedang salah tingkah.

Apa ini hanya bayangan Sam saja? Atau Luna memang terlihat menyukai siswa itu??

Oh, sekarang siswa tampan itu meraih kedua bahu Luna!

Sam tidak terima!

“Luna!” teriak Sam sambil berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat, setelah dekat, Sam menarik Luna menjauh dari siswa itu, menyembunyikan Luna di balik tubuh besarnya.

“Kau siapa?” tanya siswa itu.

“Harusnya aku yang bertanya, kau siapa? Kenapa kau menyentuh Luna!” balas Sam

Siswa itu terlihat canggung sekarang “It.. itu..”

“Sam” Luna keluar dari balik tubuh Sam, lalu berdiri di antara mereka “Ini tetangga kita, kak Lino... dan kak Lino, ini – eum.. kembaranku, Samudra”

Lino terlihat sangat terkejut “Kemba... kembaran?”

Tidak jauh berbeda dengan Lino, Sam juga terkejut.. ia tidak menyangka Luna akhirnya mengakuinya sebagai kembarannya.

Kemudian suara derap kaki mendekat terdengar, siswa lain yang lebih pendek mendekat, Sam menoleh padanya. Dia juga tampan, namun terlihat lebih seram dari Lino, kulitnya sedikit lebih gelap dan dia lebih berotot. Kalau Luna mengenalkannya sebagai preman sekolah Sam pasti langsung percaya.

“Bang ini tehnya – eh Luna! Ini siapa?” siswa yang baru datang itu menatap Sam bingung, namun beberapa detik kemudian dia kembali bersuara “OH! pasti ini cowok korea itu ya? Wah, pantesan satu sekolah langsung heboh – aww! Apaan sih bang!” dia protes karena Lino menyenggol rusuknya.

“Bin, ini kembarannya Luna.. Sam, dan ini Abin, temenku.. dia tetangga juga, tapi beda blok” kata Lino.

“Kembarannya Luna? Pantesan mirip.. salam kenal ya” Abin kembali mengerutkan dahi heran saat Sam malah bersembunyi di balik tubuh Luna, jangan bilang dia takut sama Abin..

“Eh... Sam? Aku gak gigit lho” Abin

Lino tertawa melihat reaksi Sam pada Abin, seakan bocah itu baru saja melihat penjahat. Yah, Abin memang mirip preman sih, walau aslinya dia sangat baik dan perhatian.

***

Mereka duduk di bawah pohon, di atas rumput kering. Tidak ada yang memulai pembicaraan, mereka hanya memperhatikan Luna yang membuka kotak yang ia bawa, yang berisi salad buah, dan satu sendok plastik.

“Temanku yang memberi ini” kata Luna, berusaha memulai pembicaraan agar tidak terlalu canggung.

“Siswa berkacamata yang berbicara denganmu di depan kelas?” tanya Sam, Luna segera menoleh pada Sam yang duduk di sebelah kanannya, lalu mengangguk “Iya, kok tau?”

“Aku.. gak sengaja lihat sebelum kemari” jawab Sam.

“Siswa?” tanya Lino, matanya menatap Sam seolah ia ingin penjelasan lebih, di tatap seperti itu Sam jadi bingung dan juga takut... karena Lino tiba-tiba jadi seram, seolah auranya menjadi hitam saat ini.

Atau mungkin itu hanya bayangan Sam saja.

“Iy.. iya.. pake kacamata, eum.. sedikit lebih tinggi dari Luna, kurasa dia lumayan” jawab Sam, berusaha mengingat kembali siswa yang beberapa menit lalu bicara dengan Luna, dan bahkan juga diberi senyuman oleh Luna.

“Namanya Randy, temanku..” sahut Luna, dia menyodorkan sendok berisi salad buah ke depan mulut Sam, yang langsung dilahap begitu saja oleh Sam tanpa pikir panjang.

“Dia memberiku ini untuk menyemangatiku” tambah Luna.

Sam diam saja karena aura di sekitar Lino jauh lebih menyeramkan dari sebelumnya, bahkan Abin saja menggeser duduknya sedikit menjauh dari Lino.

“Sepertinya dia baik padamu ya, Luna..” timpal Abin, yang langsung mendapat pelototan dari Lino seolah mengatakan ‘untuk apa kau memuji dia di depanku hah?’

“Benar.. hanya dia satu-satunya temanku di kelas” tentu saja Luna tidak menyadari perubahan mood Lino padahal dia duduk di depannya, Luna terus tersenyum memikirkan betapa baiknya seorang Randy.

“Ehem ehem.. kita kan juga temanmu, jadi jangan berpikir kau sendirian” kata Lino

Luna mendongak, menatap wajah tampan Lino di depannya. Sam saja bisa melihat perubahan wajah Luna, pipinya jadi sedikit merah dan dia terlihat malu-malu.

“Terimakasih kak Lino..”

“Kalo aku?” Abin menunjuk dirinya sendiri

“Dan kak Abin juga”

“Hehe dih, apaan sih bang” Abin kesal karena Lino tiba-tiba menyenggol rusuknya.

“Kalian baik sekali, eum – kalian mau jadi teman adikku juga kan?” pinta Luna

“Tentu, mulai sekarang Sam jadi teman kita juga, ya kan Bin?” Lino

“Eh? Iy.. iya..” Abin

Luna kembali menoleh pada Sam, lalu tersenyum “Jangan katakan pada yang lain jika Sam adalah saudara kembarku ya? Baru kalian saja yang ku beri tahu, aku boleh minta tolong untuk menjaga Sam selama disini?”

Lino dan Abin terdiam, mereka hanya menjawab Luna dengan anggukan. Mereka berdua juga bisa melihat raut wajah Sam berubah sendu.

Sepertinya mereka mengerti kenapa Luna tak ingin ada yang tau jika Sam adalah saudara kembarnya, tapi... melihat raut wajah Sam mereka jadi tidak tega. Apa Luna tidak peka terhadap perasaan saudaranya?

Luna menyerahkan kotak salad buah pada Sam lalu berdiri “Aku akan ke kantin.. sampai nanti”

Mereka bertiga hanya diam menatap kepergian Luna.

.

.

Terpopuler

Comments

Nesya Kairana

Nesya Kairana

kenapa Luna gak peka y padahal saudara kembar

2022-01-07

3

Creeper-Chan

Creeper-Chan

sam sadboy

2022-01-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!