.
.
Luna membenamkan wajahnya di dalam bantal, lalu berteriak disana, setelah lega ia kemudian meraih boneka kelinci putihnya dan memeluknya erat.
Wajah Luna masih merona berkat kejadian yang baru saja terjadi.
Mengapa ia bisa jadi semalu ini hanya karena memanggil Lino oppa.. huwaaa!! Luna memeluk bonekanya makin erat.
Lalu Luna memegangi pipinya, rasanya sedikit panas.. apa yang terjadi dengan dirinya sih??
Kenapa pula tadi saat duduk bersama dengan Lino dadanya berdebar kencang sekali.. Luna sampai merapat pada Sam, takut Lino akan mendengar debaran jantungnya yang aneh itu.
Luna mengigit bibir bawahnya, kembali ia membayangkan wajah tampan Lino.. lalu ia memanggil ‘Lino-oppa..’
Ia kemudian menggelengkan kepalanya “Apa yang kau pikirkan sih Luna! Huwaaa aku ini kenapa?”
Tiba-tiba Luna terduduk, menatap pintu kamarnya “Aku ingin melihatnya lagi.. astaga, ada apa denganku!!” Luna kembali berbaring, kakinya menendang-nendang tak tentu arah.
Apa dia sudah gila?
Astaga!
“Tapi..” senyum lebar Luna lenyap, bibirnya kini melengkung ke bawah “Aku tidak secantik itu, mana mungkin pantas untuk kak Lino..”
Kemudian Luna menggunakan bonekanya untuk menutupi wajahnya.
“Aku tidak tau diri banget...”
Kembali dia terduduk, ia letakkan kembali bonekanya lalu berjalan menuju meja belajarnya yang bernuansa merah muda, terutama baby pink. Luna sangat menyukai warna merah muda yang agak pudar, Luna menyukai sesuatu yang lembut seperti itu.
Kak Lino..
Dia sangat tampan, baik dan juga... Luna sangat menyukai saat dia tersenyum, terutama saat tersenyum untuk Luna. Senyuman itu terasa lembut dan manis, seperti ice cream.
Tanpa sadar, Luna tersenyum sendiri memikirkan Lino.
Kemudian dia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk fokus pada tugas-tugas sekolahnya. Tapi, bayangan wajah Lino terus membuatnya kehilangan fokus.
“Ugh.. fokus Luna.. fokus!” Luna memegangi kepalanya, seakan jika tidak dipegang otaknya akan terus berkeliaran dan kembali pada Lino, wajah tampannya, dan senyuman lembutnya.
“HUWAAAA aku tidak bisa fokus!”
Tok tok tok
Luna terperanjat di tempat duduknya, lalu ia berbalik menatap pintunya.
“Siapa? Masuk aja, gak di kunci...”
Siapa yang mengetuk pintunya? Apa June? Atau Sam?
Pintu pun terbuka dengan perlahan, jantung Luna rasanya berhenti untuk beberapa detik, lalu detik berikutnya berdetak dengan begitu kencangnya.
“Hei.. kau belajar? Aku, itu – mau teh hangat?”
Pandangan Luna turun pada secangkir teh yang Lino bawa, iya... yang mengetuk pintu Luna adalah Lino.
Tanpa sadar Luna mengangguk pelan, jadi Lino tersenyum dan masuk ke kamarnya, lalu meletakkan secangkir teh hangat di meja belajar Luna.
“Kau mengerjakan PR?” tanya Lino lagi, Luna harus mendongak untuk menatap Lino, karena Lino sedang berdiri dan Luna masih duduk.
Dilihat dari bawah begini Lino juga sangat tampan ternyata.. astaga! Fokus Luna.. fokus!
“Iy.. iya.. aku sedang mengerjakan PR MTK dan ada juga PR yang lain” jawab Luna, sambil berusaha untuk tidak terdengar gugup, padahal dia sangat gugup.
“Oh iya, kak duduklah..” tambah Luna
“Boleh?” Lino duduk di tepi ranjang Luna saat Luna mengangguk mengiyakan, lalu pandangan Lino tertuju pada luar jendela kamar Luna.
“Itu jendela kamarku kan? Wah, ternyata kamar kita bersebrangan” kata Lino, Luna juga ikut menatap keluar jendela, dia sudah tau jika itu jendela kamar Lino. Luna sering melihat Lino dari jendela kamarnya. Tapi saat ia melihat Lino sedang ganti baju, Luna langsung menutup tirai jendelanya. Mungkin karena itu Lino baru tau jika kamar mereka bersebelahan, karena Luna selalu menutup tirainya.
“Be.. benar..”
“Apa aku mengganggu? Kalau gitu aku turun ya? Abin sedang membantu Sam mengerjakan PR, entah mereka malah bercanda atau apa, minum tehnya ya.. aku yang membuatnya”
Luna sebenarnya ingin Lino tetap tinggal, rasanya berat membiarkannya keluar dari kamarnya begitu saja, tapi lidahnya terlalu kelu untuk memintanya tinggal.
Lino sempat mengusak kepalanya sebentar sebelum keluar kamar Luna, dia juga tersenyum tampan sebelum menutup pintu kamar Luna.
“Kak Lino..” gumam Luna setelah pintu kamarnya sudah di tutup oleh Lino.
“Aku ingin kau tetap menemaniku.. tapi aku juga berdebar-debar saat dekat denganmu” Luna menghela nafas lelah.
Setelah itu dia menempelkan pipinya di meja belajarnya yang dingin, kemudian senyuman terbit lagi di bibirnya, lalu ia memegangi kepalanya yang tadi sempat disentuh Lino.
“Hehehe.. kak Lino..”
Dia tampan dan juga perhatian, perlakuannya sangat lembut juga pada Luna... bagaimana bisa Luna tidak menyukainya? Di mata Luna dia sangat sempurna, sangat sempurna sampai rasanya sulit untuk digapai.
Jika menyukai seseorang sesempurna itu membuatnya jadi tidak tau diri, maka Luna ingin tidak tau diri, sekali ini saja.
Luna juga ingin tau bagaimana rasanya jatuh cinta.
Apakah indah?
Apakah menyenangkan?
Apakah... malah menyakitkan?
Luna ingin mengetahuinya.
***
Namanya adalah Marcelino Lee, dia mendapat marga Lee dari ayahnya yang keturunan Korea dan Ibunya yang keturunan China. Jadi sebenarnya Lino ini keturunan Indonesia, Korea dan China... tapi Lino sudah tinggal di Indonesia sejak dia lahir.
Kakek dan nenek Lino yang masih hidup berada di Korea sana, tiap berapa tahun sekali Lino dan orangtuanya akan berkunjung kesana. Saat ini kedua orangtua Lino sedang mengurus bisnis keluarga mereka, dan tak jarang mereka harus ke luar negri segala.
Lino sendiri memilih menetap di rumahnya saat ini hanya sampai lulus SMA saja, rencananya seperti itu, karena dia ingin kuliah di Korea sekalian menemani kakek dan neneknya disana.
Akan tetapi, keinginan Lino tersebut perlahan pudar setelah bertemu dengan Luna. Tapi dia juga tau, belum tentu Luna memiliki perasaan yang sama juga dengannya. Dia tidak boleh mengacaukan rencana hidupnya hanya demi seseorang yang tidak pasti.
Entahlah.. menurut ayah dan Ibunya, Lino tidak perlu terlalu buru-buru mengambil keputusan, lagipula orangtuanya tau Lino itu sangat cerdas, bahkan ayahnya sudah menganggap Lino mampu membantu bisnis keluarga mereka dari sejak Lino lulus SMP.
Malah, jika Lino mau ikut akselerasi, dia bisa saja.. namun dia lebih memilih menjalani kehidupan sekolahnya dengan normal, tidak mau buru-buru mengurusi bisnis. Lino juga tidak mau kehilangan masa mudanya yang memang sangat singkat tersebut.
Padahal Lino pikir, sampai dia lulus SMA pun ia tidak akan menemukan seseorang yang dapat mengisi ruang hatinya yang kosong.
Tapi semua pikiran itu lenyap sejak bertemu dengan Luna.
Luna yang sangat cantik dan sederhana, senyuman malu-malunya juga manis sekali.. tutur katanya lembut dan juga sopan santun. Lino tidak menyangka akan ada saat dimana dia luluh dengan senyuman seorang gadis.
Lino tidak masalah, karena itu Luna... dia sudah siap menjatuhkan seluruh hatinya untuk gadis itu.
Namun, masih belum tentu Luna akan menyukainya balik ya kan?
Lino menyadari itu, dia tidak sombong karena semua orang mengelu-elukan ketampanannya, kehebatannya.. karena semua itu masih belum cukup membuat orang jatuh cinta. Karena hati orang siapa yang tau?
Yang bisa Lino lakukan hanya berusaha dan terus berusaha.
Dengan bermodalkan sesama keturunan Indonesia-Korea, Lino jadi punya bahan untuk mendekati Luna dan menjadikannya teman. Lino sangat beruntung karena Luna terbuka dengannya.
Sahabat Lino satu-satunya saja, si Abin.. kadang tidak habis pikir, bagaimana bisa Lino yang selama ini dikenal tidak pernah luluh dengan gadis mana pun tiba-tiba menyukai tetangganya yang baru pindah.
Tapi setelah melihat sendiri dan mengetahui sendiri siapa dan bagaimana Luna, Abin mulai menerima hal itu. Tapi Abin juga khawatir, bagaimana jika Luna tidak menyukai Lino balik?
Abin tidak ingin sahabat sekaligus abangnya itu patah hati.
Tapi ya namanya perjalanan cinta juga pasti ada sakit-sakitnya juga, tidak semuanya akan bahagia bukan?
Rasa suka Lino pada Luna mungkin saat ini sudah dalam tahap gila.
Bagaimana tidak?
Dia sampai melakukan berbagai cara hanya agar Luna tidak diganggu oleh teman sekelasnya, sudah seperti guardian angel saja.
Dan yang Abin tidak habis pikir adalah, Lino bilang, Luna atau Sam tidak boleh mengetahui hal itu.
Bagaimana Luna bisa luluh pada Lino jika Luna saja tidak tau bagaimana perjuangan Lino untuknya? Abin benar-benar tidak habis pikir dengan Lino.
Dan hari ini, mereka berdua menemui seorang gadis keturunan Singapore-Indonesia, merupakan keturunan keluarga konglomerat Singapore dan juga selebgram... namanya Karina Yu.
“Kenapa kalian ingin menemuiku?” tanya gadis cantik itu.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rozh
😚
2022-02-01
2
Creeper-Chan
semua karakter penting keturunan indo-korea :v
2022-01-10
3
Nesya Kairana
semangat thor di tunggu lanjutan nya
2022-01-10
2