Perpustakaan pribadi

.

.

Rumah Randy cukup besar, ada di perumahan juga tapi agak jauh dengan perumahan tempat Luna tinggal, tapi lebih dekat ke tempat bazar buku tadi. Ada tukang kebun di halaman rumah Randy yang sedang membuat taman mawar.

Saat mereka masuk, pembantu Randy menyapa mereka, rupanya keluarga Randy dan pekerja hubungannya baik satu sama lain.

Randy mengajak Luna ke lantai atas, dimana ada perpustakaan mini khusus untuk Randy belajar dan membaca buku. Perpustakaan mininya bagus, dengan jendela kaca agar bisa membaca sambil sesekali melihat pemandangan luar. Jika bosan membaca di dalam ruangan, bisa keluar ke balkon yang menghadap ke arah pemandangan yang indah.

Purpustakaan ini keren sekali!

Luna juga ingin memiliki perpustakaan seperti ini juga khusus untuknya sendiri.

“Kau punya banyak novel, kau sudah membaca semua ini?” tanya Luna, sambil menarik salah satu novel terjemahan cerita detektif.

“Yang disitu sudah semuanya, yang bagian rak sana masih baru, belum ku sentuh.. kalau kau mau kau bisa meminjamnya” kata Randy

“Keren! Aku akan meminjam beberapa buku, tidak apa?”

Randy tersenyum “tentu saja”

Siang itu mereka menghabiskan waktu disana, bibi yang mengurusi rumah Randy juga membawakan beberapa makanan dan minuman untuk mereka.

Luna dan Randy terlalu asyik membaca sambil sesekali mengobrol hingga tanpa sadar Luna ketiduran.

Randy tersenyum melihat Luna yang sedang tertidur, kepalanya bersandar pada sofa, buku masah ada di tangannya. Luna tertidur dengan tenang, Randy pikir Luna terlihat cantik saat tertidur seperti ini.

Kemudian Randy mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan anak rambut yang tertiup angin menutupi wajah Luna, lalu menyelipkan rambut itu ke belakang telinga Luna.

Randy tidak pernah berpikir akan menyukai Luna sebelumnya. Dulu dia hanya menganggap Luna sebagai rival karena mereka selalu kejar-kejaran nilai. Randy sempat tidak suka berada di satu kelas yang sama dengan Luna.

Tapi kini Randy menyukainya.

Mungkin rasa suka memang butuh proses.

Randy tidak mengerti gadis secantik Luna hanya karena jarang berdandan malah dibilang jelek. Maksudnya.. jelek dari mananya?

Bagi Randy, Luna lah yang paling cantik di kelas.. tidak, bahkan di sekolah. meski banyak yang bilang Karina lah yang paling cantik, tapi bagi Randy tetap Luna yang cantik. Meski dia sederhana dan apa adanya.

Tapi masalahnya.. sepertinya Luna tidak menyukai Randy seperti Randy menyukai Luna.

Randy menjauhkan tubuhnya dari Luna, kembali membaca buku dan membiarkan Luna tertidur di sampingnya.

Saking asyiknya Luna tertidur sampai tidak sadar jika hari telah beranjak sore.

Randy membangunkan Luna lalu menawarkan diri untuk mengantar Luna pulang, jadi Randy kembali mengantar Luna ke rumahnya dengan sepeda lagi.

Luna terlihat bahagia hari ini, dia mendapat buku fantasi dari bazar, juga meminjam beberapa buku dari Randy. Dia terus tersenyum lebar hingga sampai di depan rumahnya dan melihat yang lain sudah pulang.

Sam menatap Luna dan Randy dengan tatapan tajam, terutama pada Randy. Dia segera menarik Luna ke belakang tubuhnya.

“Terima kasih sudah mengantar Luna, kau boleh pulang” kata Sam, dengan nada seperti mengusir... eum – sebenarnya memang sedang mengusir.

“Sam, ajak ke dalam dulu, kau mau takoyaki Ran?” Lino keluar dari rumah Luna memakai apron merah, memasang senyuman terbaiknya. Meski begitu, Randy tau Lino tidak benar-benar menawarinya, malah yang dia tangkap sebaliknya, Lino ingin Randy segera pulang.

Sam menoleh pada Lino tidak percaya, bukankah harusnya Lino membiarkan Randy pergi? Tapi ini malah diundang masuk.

Randy menggeleng pelan sambil tersenyum kecil “Tidak perlu kak, ini sudah sore, lebih baik aku pulang saja, nanti merepotkan” kata Randy.

“Gak ngrepotin kok Ran, ayo masuk aja dulu” Luna keluar dari balik punggung Sam lalu menarik Randy untuk masuk ke dalam rumah.

Sam kembali menoleh pada Lino dengan tatapan kesal “Bang Lino kenapa dia disuruh masuk sih?” protes Sam dengan agak berbisik, karena Luna dan Randy baru saja masuk, kalau Randy dengar kan gak enak.

Mulai hari ini Sam memanggil Lino bang Lino, ikut-ikutan Abin.

Lino tersenyum pasrah “Karena aku pikir dia akan menolak”

“Lalu bang Lino pikir Luna akan membiarkannya pergi?”

Lino menghela nafas lelah. Dia cemburu, sangat cemburu, terutama saat Luna menarik Randy untuk masuk ke dalam.

Tapi tidak mungkin dia mengusir Randy, ini bukan rumahnya... dan juga Lino tidak ingin terlihat buruk di depan Luna.

Kemudian Lino merangkul bahu Sam “Sudahlah, lebih banyak orang lebih baik, kita pesta ikan!”

“Itu artinya jatah takoyaki makin dikit bang!” protes Sam, Lino hanya tergelak mendengarnya.

Hari ini Lino memang mengajak Sam, Abin dan June untuk memancing gurita di laut, meski begitu mereka juga mendapatkan ikan tenggiri. Gurita yang mereka pancing adalah gurita yang berukuran sedang, karena Lino dan June pandai memancing, jadi tidak aneh jika mereka pulang-pulang mendapat banyak gurita.

Selain takoyaki, sebenarnya Lino dan June berencana memasak olahan lain untuk makan malam, apalagi June juga membeli tiram.

Mereka akan makan malam dengan seafood.

Luna segera bergabung dengan June dan Lino memasak, dia berganti baju dengan baju santai rumahan. Yaitu kaos biasa warna putih lengan panjang dan juga celana pendek warna biru muda, tidak lupa Luna memasang apron pink miliknya.

Sementara itu Sam dan Abin juga membantu, karena mereka tidak bisa memasak, mereka hanya membantu potong-potong saja.

Randy? Dia juga membantu sedikit, moodnya agak hancur karena melihat Luna yang asyik memasak sambil bercanda dengan Lino. Dia ingin pulang tapi tidak enak juga, dia pun ingin merasakan masakan Luna.

Akhirnya semua masakan selesai tepat jam lima sore. Mereka memakan sambil ngobrol sesekali. Karena sudah larut, Randy akhirnya pamit pulang.

“Kamu tadi bersenang-senang?” tanya Luna pada Sam, saat ini mereka sudah kenyang, yang masih bisa makan hanya Abin saja. Mereka berkumpul di ruang tengah sambil menyalakan televisi yang menayangkan pertandingan bola.

Sam mengangguk “Iya, lautnya indah, aku sempat menyelam juga dengan bang Abin, bang Lino katanya takut air, udah kayak kucing aja”

TAK

Sam mengaduh kesakitan saat Lino tiba-tiba menjitak kepalanya “Aduh! Bang Lino sakit!” Sam mengusap kepalanya yang tadi Lino jitak.

“Aku gak takut air, cuma gak bisa masuk laut aja, aku bisa renang kok, jangan sembarangan ya” sahut Lino, dia berusaha duduk di dekat Luna, tapi karena Sam tidak peka, dia malah geser mendekat pada Luna. Jadi Lino tidak ada pilihan lain selain duduk di sebelah Sam.

“Iya iya maaf..”

“Aku juga gak berani menyelam di laut” sahut Luna.

“Kita sama berarti, mungkin jod –” Lino.

“Kebetulan aja sih bang” Abin menyahut dengan santainya, dia tidak melihat jika sekarang Lino menatapnya tajam, karena pandangan Abin hanya tertuju pada televisi.

“Aku masih inget dulu kalo pergi ke pantai, Luna cuma main pasir aja, gak mau deket-deket ombak, padahal udah di pantai lho.. harusnya renang juga” kata Sam, dia mengingat kembali saat dia dan Luna masih kecil pergi main ke pantai di Busan sana, Luna hanya duduk saja tidak mau ikut main dengan Sam. Untung saja Sam kenalan sama bocah lain yang juga ada di pantai. Maklum lah, Sam mudah sekali berteman dengan orang baru, beda dengan Luna.

“Aku gak mau basah-basahan” balas Luna.

“Gimana kalo kita ke pantai pas liburan nanti?” tawar Abin.

“Liburan kapan?” tanya Lino.

“Itu.. kan ada libur tiga hari seminggu lagi, jumat tanggal merah, kita bisa pergi ke pantai” balas Abin.

“Mau!!” teriak Sam antusias “Ajak yang lain juga ya biar rame” tambahnya.

“Gak janji ya... kalo ternyata pas nanti ada hal mendadak gimana” kata Lino.

“Tapi aku ingin pergi” sahut Luna.

“Okay kita pergi” Lino.

“Kalo Luna aja langsung iya” sindir Abin.

“Pilih kasih” timpal Sam.

“Bacot ya kalian” Lino.

Luna hanya tersenyum melihat interaksi mereka, dia senang Lino dan Abin makin akrab dengan Sam. Luna sangat senang Sam ada disini bersamanya.

Kemudian Luna memeluk lengan Sam. Sam yang bingung karena itu menatap Luna bingung “Luna kenapa?”

Lino hanya diam karena iri, tapi dia sabar saja karena kan Sam saudara kembar Luna sendiri, tapi dia mau juga dipeluk seperti itu oleh Luna.

Luna menggeleng, dia hanya menyandarkan kepalanya di bahu Sam.

Luna sangat menyayangi Sam, hanya Sam yang dia punya... karena kedua orangtua mereka lebih memilih kesibukan dan bekerja. Dia bersyukur Sam datang dan menemaninya disini.

.

.

Terpopuler

Comments

Seftya Lestari A'jays

Seftya Lestari A'jays

🥺

2022-01-25

1

Creeper-Chan

Creeper-Chan

prenjon pergi ajalu hush hush

2022-01-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!