Barbie

.

.

Sam selesai menyisir rambut panjang Luna, rambut Luna sangat panjang hingga mencapai pinggangnya, dan itu pun rambutnya bergelombang, kalau diluruskan mungkin sudah sampai pinggul.

Setelah Sam memberi rambut itu perawatan yang layak, rambut Luna mulai terlihat benar-benar indah. Bukan hanya rambut, Sam juga merawat wajah dan kulit Luna. Sam tidak mengerti kenapa kembarannya yang notabene seorang gadis bisa sangat cuek dengan penampilannya sendiri?

Padahal Sam itu laki-laki, tapi lebih bisa merawat dirinya ketimbang Luna.

“Nah, selesai” Sam membalikkan kursi Luna menghadapnya, lalu ia sematkan sebuah jepit rambut berbentuk pita pink pada rambut Luna.

Kini penampilan Luna jadi lebih manis.

“Hehe, cantik!” Sam memeluk Luna gemas, kembarannya jadi terlihat seperti boneka barbie.. bahkan mungkin lebih cantik lagi! Itu menurut Sam.

“Oh iya!” Sam kembali pada peralatan make up yang ia belikan untuk Luna.

“Apa lagi Sam? Udah ya..” keluh Luna, ia merasa aneh karena Sam lebih bersemangat mendandaninya sementara dia sendiri yang didandani malah ogah-ogahan.

“Belum Luna.. harus pake ini dulu, lipbalm.. warnanya bagus lho, ayo pake” pinta Sam, Luna pun pasrah membiarkan Sam memoleskan lipbalm pada bibirnya.

Sebenarnya, bibir Luna dan Sam itu sudah merah alami, jadi Luna tidak mengerti mengapa harus pake lipbalm segala, tapi jika tidak dituruti Sam akan terus merengek.

“Sam?” panggil Luna setelah Sam selesai memoleskan lipbalm pada Luna, Sam menjawabnya dengan gumaman “Hmm?”

“Apa aku sejelek itu, sampai kau mendandaniku sampai seperti ini?” tanya Luna, sambil mendongak pada Sam yang sedang berdiri di depannya.

Luna mengerutkan dahinya bingung saat Sam malah tertawa mendengar pertanyaannya barusan.

“Aku melakukan ini bukan karena kau jelek.. ya ampun Luna, jika aku berpikir kau jelek itu artinya aku juga jelek kan? Wajah kita mirip jika kau sudah lupa” ujar Sam, kemudian dia berjongkok di depan Luna, lalu tersenyum menatap Luna.

Sam menyentuh pipi Luna dengan tangan kanannya “Kau cantik, dan sesuatu yang cantik itu harus dirawat.. agar tetap cantik”

Luna mengangkat tangannya untuk menggenggam tangan Sam yang masih berada di pipinya.

Dia menatap Sam tanpa berkedip.

Apa benar mereka terlihat mirip?

Apa iya dia mirip dengan Sam? Yah, mereka memang mirip... tapi kenapa Luna tidak pernah merasa dirinya begitu bersinar, seperti saat dia menatap Sam seperti ini?

Sam terlihat sangat bersinar di mata Luna, dan Luna tidak berpikir dia seperti itu.

“Luna? Kenapa melamun?” tanya Sam.

Luna menggeleng “Tidak..”

“Apa aku masih tidak boleh mengatakan kau adalah kembaranku pada orang lain?”

Luna mengangguk, Sam menghela nafas “Baiklah” Sam bangkit berdiri, menarik lengan Luna untuk ikut berdiri “Ayo berangkat”

Sam berjalan di depan Luna, jadi Luna hanya bisa menatap punggungnya dari belakang, namun meski begitu.. Sam tetap terlihat tampan dari belakang.

Luna pun sedikit berlari kecil untuk menyamakan langkahnya dengan Sam, kemudian dia menggenggam tangan Sam.

Diam-diam Sam tersenyum saat Luna menggenggam tangannya.

‘Mungkin Luna masih butuh waktu, tidak apa’

“Kau sudah mengerjakan PR mu?” tanya Luna

“Sudah, Abin-hyung dan Lino-hyung membantuku” jawab Sam, Luna tersenyum mendengar nama Lino disebut.

“Mereka baik sekali padamu”

“Benarkah?”

“Kau tidak berpikir seperti itu?”

“Tidak, aku juga berpikir mereka baik”

Sam menunduk untuk menatap Luna, sebenarnya dia ingin bertanya bagaimana perasaan Luna pada Lino, karena.. Sam pikir Luna menyukai Lino. Tapi Sam takut salah, lagipula... pasti Luna akan bercerita padanya jika dia menyukai seseorang kan?

Atau.. Luna masih canggung padanya dan tidak mau cerita?

Ataukah Luna belum sadar jika dia menyukai Lino?

Entahlah.. mungkin sekarang bukan saatnya, jadi Sam lebih baik diam saja dulu.

“Sam?”

“Hmm?”

“Kau tau.. bi Yuli tidak akan bekerja lagi untukku disini”

“Karena dia sudah menikah?” tanya Sam, Luna mengangguk “Iya..”

“Kau merindukannya?” tanya Sam lagi, Luna mengangguk lagi.

“Bukankah kita akan datang ke pernikahannya nanti? Kau akan bertemu dengannya lagi”

“Benar juga.. kau mau sekalian ke Bali?”

“Eh? Memangnya dekat ya?”

“Iya.. aku belum pernah kesana”

“Apalagi aku, aku hanya pernah ke Jeju”

“Aku belum ke Jeju”

“Nanti kita kesana bersama”

***

Maunya sih, Abin menemui Karina sendirian.. tapi Lino memaksa ikut. Masalahnya, Abin takut mereka berdua malah berakhir cekcok dan rencananya akan gagal. Karena Abin tau, sifat Karina tidak jauh beda dengan Lino, sama-sama tidak mau kalah.

Tapi ya gimana lagi? Jika Lino sudah memutuskan, maka Abin tidak bisa menolak.

“Jadi, kenapa kalian ingin menemuiku? Di kantin lagi.. mana kantin masih sepi banget” keluh Karina, tangannya ia lipat di bawah dadanya, menatap mereka berdua dengan tatapan khasnya, judes tapi juga anggun disaat bersamaan.

Memang putri Konglomerat beda vibesnya.

“Kami tau kau sedang mendekati anak baru itu, Sam” kata Abin.

Karina menatap mereka lebih tajam dari pada tadi, hanya Abin yang merasa sedikit terintimidasi, sementara Lino menatap Karina tak kalah tajam.

“Bagaimana kalian bisa tau?”

“Aku punya banyak informan – eh atau inforwomen ya bang?” Abin malah bertanya pada Lino, membuyarkan suasana serius yang baru saja terbangun.

“Jangan ngelawak! Lanjutin cepet” desis Lino, membuat Abin bergidik ngeri, ia pun melanjutkan.

“Pokoknya, aku tau aja, yang pasti.. kita ingin membantumu”

Karina menatap Abin tidak percaya “Membantu seperti apa memangnya? Aku bisa sendiri”

Lino menyeringai “Hah? Yakin? Memang kau tau Sam itu seperti apa? Aku adalah tetangganya sekaligus temannya”

Lino bisa melihat Karina mulai goyah “O.. oh ya? Jika memang bisa, aku akan menerima bantuan itu, tapi aku juga tau kalian menginginkan sesuatu dariku, iya kan? Tidak mungkin bantuan itu gratis”

“Tergantung dari caramu melihatnya, ini bisa terlihat gratis atau tidak.. yang pasti, tujuan kita sama, jelaskan Bin” Lino

Abin memulai penjelasannya “Oke, jadi gini Rin. Sam itu punya kembaran tapi perempuan.. belum ada yang tau selain kita berdua, dan masalahnya.. kembarannya Sam itu di bully di kelasnya –”

“Tunggu” Karina menghentikan penjelasan Abin “Maksudmu bukan Luna kan?”

Abin mengeluarkan smartphonenya lalu menunjukkan sebuah foto “Lihat ini, kurang kembar apa coba? Ini diambil tadi malem saat kita nonton film bareng”

Karina bisa melihat foto Luna bersanding dengan Sam, mereka berdua terlihat sedang serius menonton film dan juga terlihat sangat mirip satu sama lain.

“Baiklah, aku percaya.. aku juga sempat heran karena mereka masuk rumah yang sama – maksudku, kemarin aku gak sengaja lihat”

“Iya iya, terserah.. pokoknya, kalau kau mendekati Luna, kau bisa otomatis dekat dengan Sam, karena mereka berdua saling menyayangi. Dan kami melakukan ini sebenarnya hanya karena ingin Luna tidak diganggu lagi di sekolah ini” Abin melanjutkan penjelasannya.

Karina mengangguk paham “begitu.. tentu saja aku akan melakukannya, tapi –” gadis itu kembali menatap mereka berdua tajam “Kenapa kalian melakukan ini? Untuk siapa? Bukankah tidak ada untungnya bagi kalian? Oh! Atau jangan-jangan.. kalian menyukai Luna?”

Setelah menebak seperti itu Karina menyeringai, apalagi setelah melihat Lino langsung salah tingkah.

“Bukan aku, tapi bang Lino.. ADUH!” Abin mengusap rusuknya yang barusan disenggol Lino.

“Pantesan.. ngomong-ngomong, kirim fotonya ke aku dong” Karina

“Rin..” panggil Lino, Karina menoleh padanya “Apa?”

“Sam itu sangat sensitif, polos dan rapuh... kalau kau berani menyakitinya, kau akan berhadapan denganku” ucap Lino kemudian.

Jujur saja, suara Lino sangat menyeramkan di telinga Karina, apalagi tatapan tajamnya itu.

“Baru kali ini aku tertarik dengan seseorang, dan aku pun tidak akan memaksakan perasaanku padanya, aku hanya ingin dekat saja dengannya. Dan Luna.. setelah aku mendengar rumor tentang dia, aku sebenernya udah tertarik sama dia, soalnya yang nyari gara-gara ke dia itu si Liza.. aku ingin memberi pelajaran pada cewek gak tau diri itu”

Lino dan Abin tersenyum lega, ternyata mereka memang dari awal punya tujuan yang sama.

Setelah itu Karina pun berdiri dari duduknya “Udah kan? Duluan ya abang-abang sekalian! Jangan lupa kirim! Awas kalo enggak” kata Karina sebelum benar-benar pergi.

Abin bergidik “Dih, kok ada cewek serem kayak gitu”

“Bukan serem tapi badass” bantah Lino

“Serah! Aku gak nyangka kalian bisa kompak gini.. kirain bakal berantem, jadi apa nanti ini kantin kalo ada dua kucing garong berantem – eh iya iya ampun bang! peace” Abin menunjukkan dua jari berbentuk tanda peace untuk Lino saat Lino ingin memukul kepalanya. Kan bisa gawat kalo kepala Abin dipukul terus, bisa bego beneran nanti.

“Udah lah, ayok ke kelas” Lino pun berdiri dari duduknya lalu memakai ranselnya kembali.

“Tapi kita gak sekelas bang, beda lantai”

“Anggep aja selantai”

“Mana bisa gitu sih bang! Elah..”

“Bacot Bin, ayok berdiri gak!”

Abin pun terpaksa ikut berdiri, padahal dia ingin jajan dulu di kantin, tapi Lino buru-buru aja.

“Bang jajan dulu yok” pinta Abin, Lino pun berhenti, menatap Abin dengan tatapan tajamnya yang mau tak mau langsung membuat Abin menciut padahal dia sudah pendek.

“Somay aja ya, cuma itu yang udah buka” balas Lino kemudian, Abin lega ternyata Lino tidak menolak.

“Kuy lah bang!”

.

.

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

mampir membawa boom like...

jika berkenan mampir di novel ku judulnya Mentari
terima kasih 🙏

2022-02-14

2

Creeper-Chan

Creeper-Chan

udah bego dri lahir, trus ditambah bego lagi wkwkwk

2022-01-11

1

Nesya Kairana

Nesya Kairana

semangat kak di tunggu lanjutan nya

2022-01-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!