.
.
“LUNA!!!”
Luna berbalik, menatap Sam yang berdiri di ambang pintu kamarnya menyunggingkan senyuman lebar, sepertinya Sam sangat bersemangat di hari pertamanya masuk sekolah. Mengingatkan pada Luna kejadian kemarin, dimana anak-anak kelasnya menatapnya jijik seolah dia adalah orang yang paling berdosa.
Bagaimana jika Sam ikut dikucilkan di sekolah nanti jika mereka tau Sam adalah saudara kembar Luna?
Tidak.. itu tidak boleh terjadi, Luna harus melindungi adik kembarnya, Sam tidak boleh di jauhi dan dibenci seperti dirinya. Sam sangat cengeng, dan tidak akan kuat diperlakukan seperti itu.
Masih dengan wajah cerianya, Sam berjalan mendekati Luna dengan agak tidak sabaran “Lihat seragamku! Bagaimana penampilanku?” Sam memutar-mutar tubuhnya seolah dalam peragaan busana.
“Kau.. terlihat.. eum – tampan?”
Jujur saja, seragam membosankan putih abu-abu klasik itu entah mengapa jadi terlihat begitu keren dipakai oleh Sam.
Tubuh Sam sangat tinggi, mungkin lebih dari sepuluh centi lebih tinggi dari Luna, tubuhnya proporsional seperti model. Belum lagi kulit putih bersih seperti porselen, bibir merah alami, rambut hitam legam, kedua mata yang menyorot tajam.
Sam seperti tokoh utama sebuah cerita romantis, seperti seseorang yang akan selalu bagus walau memakai baju murah sekalipun. Seperti tokoh pria utama drama sekolah yang namanya selalu dielu-elukan.
Berbeda dengan Luna.
Jika dibandingkan dengan Sam.. Sam bagaikan sebuah berlian yang sudah diproses dan terlihat begitu indah berkilauan, sementara Luna hanya seperti seonggok batu yang akan ditendang di jalanan.
Padahal mereka kembar..
Kenapa mereka bagaikan langit dan bumi begini?
“Luna? Kenapa bengong?” Sam meraih kedua bahu Luna, mengguncangnya sebentar agar Luna tersadar dari lamunannya.
Luna tersenyum tipis lalu menggeleng pelan “Tidak.. aku hanya terpana karena kau terlalu tampan, kau yakin kau ini saudara kembarku? haha”
Senyum di bibir merah Sam lenyap, digantikan dengan raut sendu, dia merasakan saudari kembarnya sedang sedih namun berusaha menutupinya dengan tawa canggung itu.
“Apa yang kau katakan.. kita ini kembar! Kau juga sangat cantik..”
Luna menyingkirkan tangan Sam dari kedua bahunya “Aku tidak cantik.. oh iya, bisa kau rahasiakan dulu jika kau saudara kembarku? Jangan sampai ada yang tau”
“Eh? Kenapa?” tentu saja Sam terkejut mendengarnya, memang apa salahnya memberitahu orang-orang? Padahal dia ingin mengenalkan dirinya sebagai kembarannya Luna di kelasnya nanti... kenapa tidak boleh?
Luna menggeleng pelan “Gak apa-apa kok..” Luna tersenyum pada Sam, namun Sam tau senyuman itu tidak tulus sama sekali.
Luna meraih ranselnya lalu memakainya “Ayo berangkat” baru saja Luna ingin melangkah keluar dari kamarnya, namun Sam menghentikannya dengan menahan bahunya.
Luna kembali berbalik pada Sam “Kenapa?”
Sam menggeleng pelan, lalu berusaha tersenyum “Ti.. tidak.. itu – oh, kau belum memakai sunscreen kan? Ayo pakai dulu!” Sam kembali menarik Luna untuk duduk di kursi.
“Dan kenapa rambutmu masih berantakan? Pakai vitamin rambut juga... eum.. mau pakai catokan?”
“Tidak.. tidak perlu”
Meski Luna sudah bilang tidak mau, tapi Sam tetap memaksa Luna untuk memakai sunscreen dan juga vitamin rambut.
“Aku membelikan semua ini untukmu, jadi dipakai ya? Kalau tidak aku akan mengatakan pada seluruh penghuni sekolah jika kau kembaranku” ancam Sam.
“Oke, aku akan pakai”
Sam menatap Luna dengan raut kecewa, namun Luna tak dapat melihatnya karena dia sibuk mengoleskan sunscreen pada wajahnya.
‘Segitu tidak inginnya kau mengakuiku sebagai saudaramu? Kenapa? Apa kau malu karena aku bodoh dan cengeng?’
“Sam? Hei!” Luna mengguncang bahu Sam yang tidak mendengar panggilannya dari tadi.
“Oh? Aku akan menata rambutmu”
“Duh, tidak perlu.. di kuncir biasa saja!”
“Woah rambutmu panjang sekali Luna!”
“Aku sudah bilang tidak perlu..”
“Hari ini rambutmu diurai ya? Rambutmu cantik sekali Luna...”
“Aku tidak cantik”
“Hmm? Aku tidak mendengarmu?”
“Lupakan”
***
“Bang Lino..” rengek Abin.
Lino menoleh bosan padanya “Diem deh Bin”
“Ini masih terlalu pagi Bang! Kita bahkan belum sempet sarapan –” ucapan Abin terhenti saat Lino menyodorkan kotak bekal padanya, Abin langsung menerimanya dan membukanya. Betapa bahagianya dia melihat beberapa potong roti isi daging di dalamnya.
Beda dengan Abin yang payah dalam hal masak-memasak, Lino ini pandai sekali memasak. Malah Abin rasa Lino itu pandai dalam segala hal kecuali berenang. Dia pandai semua permainan bola, seperti sepak bola, basket, voli... selain itu dia juga pandai bermain bowling, memanah, bahkan berkuda.
Abin pernah mengajak Lino main ke villa milik kakeknya, disana ada kuda dan mereka diajari menaiki kuda... Abin yang beberapa kali diajari saja masih kesusahan, tapi Lino langsung menguasainya meski itu adalah pertama kali baginya.
Jika itu sudah cukup bagi kalian maka kalian salah. Selain olah raga, Lino juga pandai dalam pelajaran selain bahasa Inggris, dia pandai memasak, membersihkan rumah, bahkan memancing ikan.
Abin sering mengajak Lino memancing di saat senggang karena ia tau Lino pasti mendapat sedikitnya lima ekor jika sudah memancing, sering juga menjuarai lomba pancing.
Pokoknya, banyak hal yang dapat Lino lakukan dengan baik, bakatnya banyak... belum lagi wajah tampannya itu, posturnya yang tinggi berotot dan terlihat kuat, kulitnya bahkan sudah putih mulus tanpa perlu perawatan.
Benar-benar sosok yang sangat curang. Jadi tidak aneh jika banyak gadis-gadis dari berbagai kalangan mengaguminya bahkan mencintainya, padahal Lino tak pernah mengenal mereka dan tak ingin mengenal mereka juga.
Meski banyak fansnya seperti itu, Lino tak pernah melirik gadis manapun. Padahal gadis-gadis yang mendekatinya banyak yang cantik, sexy dan berasal dari keluarga terpandang.. bahkan pernah juga ada seorang model yang sangat berprestasi sering muncul di TV dan majalah menyatakan cinta padanya, namun Lino menolaknya.
Ada pula seorang putri tunggal konglomerat yang cantik luar biasa, Lino menolaknya juga. Tapi semua hal itu bukannya menyurutkan popularitasnya, malah dia semakin banyak fansnya setiap hari.
Dan Lino yang seperti itu, baru kali ini peduli dengan seorang gadis. Gadis itu tetangganya, rumahnya tepat di sebelah rumah Lino, bahkan jendela kamar mereka pun berhadapan.
Lino mendekatinya duluan, mengajaknya berkenalan dan berteman.
Gadis itu namanya Safaluna, dipanggil Luna. Keturunan Korea-Indonesia, orangtuanya bercerai dan dia ikut Ibunya yang orang Indonesia disini. Dari yang Abin tau dari orangtuanya, Ibunya Luna memiliki butik tapi di Surabaya, jadi Luna ditinggal di rumah itu dengan seorang wanita yang sudah menjadi pengasuh Luna sejak Luna kecil.
Oh iya, sebenarnya rumah Abin juga di perumahan yang sama dengan Lino dan Luna, hanya rumahnya sedikit lebih jauh saja dan beda blok.
Menurut Abin, Luna itu sangat jauh dari perkiraan Abin akan Lino sukai. Luna memang cantik, namun gadis itu sangat tertutup dan pendiam. Dia tidak akan berbicara jika tidak diajak bicara duluan. Luna juga tidak memiliki banyak ekspresi, dia selalu menatap Abin dengan ekspresi datarnya, jarang tersenyum.
Abin bahkan tidak mengerti kenapa Lino bisa menyukainya.
Namun, Luna itu gadis yang pintar.. dari yang Abin dengar, Luna itu selalu menduduki peringkat satu atau dua di SMP nya. Mungkinkah hal itu yang membuat Lino menyukainya?? Karena dia pintar?
Entahlah... Abin juga ingin tau. tapi sebenarnya dia cukup lega karena gadis yang Lino sukai adalah gadis yang baik.
Oh iya... alasan Abin kesal pagi ini adalah karena Lino membangunkannya pagi sekali dan berangkat ke sekolah pagi sekali. Mereka bahkan belum sarapan juga.. untungnya ternyata Lino sudah membuatkan sarapan untuk mereka.
“Bang, kenapa sih kita berangkat pagi banget? bel masuk itu masih nanti jam setengah delapan dan ini masih jam enam bang!” keluh Abin lagi setelah menghabiskan sepotong roti isi.
Lino menoleh lagi padanya, menatapnya dengan wajah serius “Kita akan balas dendam Bin”
Oh iya, Abin lupa..
Kemarin malam, Abin sudah mendapat informasi dari kenalannya tentang Luna. Ternyata ada beberapa gadis yang mengganggunya, hingga satu kelas menjauhi Luna. Bukan hanya itu, kemarin gadis-gadis itu juga mengirim surat cinta palsu atas nama Luna pada salah satu siswa yang populer di kelas itu... dan membuat Luna dipermalukan di kelasnya.
Tentu saja Lino tidak terima.
Mungkin karena itu mereka berdua berangkat pagi, untuk memberi peringatan pada mereka yang sudah mengganggu Luna dan membuat Luna menangis.
Abin geleng-geleng kepala melihat Lino, cinta memang buta.
Eh tapi... Abin juga setuju sih, memangnya Luna berbuat apa pada mereka hingga dia diperlakukan seperti itu? Itu kan tidak adil.
“Bin, ayo temui mereka” Lino menyeringai sambil menatap handphonenya.
Abin menutup kembali kotak makannya lalu memasukkannya ke ransel “Ayo”
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
IG : pena.dyoka
aku suka kesalahpahaman yang awalnya kecil membesar jadi masalah, teruskanlah kesalahpahaman ini
2022-01-26
1
🍷Jihan ❄️¹⁰
sad banget
2022-01-09
1
baby_foxky
saya lanjut besok bacanya sekarang mata dh gk kuat besok sekolah juga
2022-01-06
3