Jangan sentuh

.

.

Drap Drap

Sam dan Luna menoleh pada June yang baru datang sambil berlari “Astaga anak-anak, kenapa kalian bisa sampai disini? Aku mencari kalian! Astaga...” kata June sambil masih mengatur nafasnya, pasti tadi dia panik karena Sam dan Luna tiba-tiba menghilang dari pengawasannya.

Memang saat Sam dan Luna berlarian seperti adegan drama, June sedang menunggu pesanan batagor mereka dibuat, jadi dia tidak sadar Sam dan Luna sudah raib.

“Maafkan kami kim-jushi” kata Luna, dia merasa bersalah membuat June berlarian panik mencarinya dan Sam.

June menggeleng lalu tersenyum “Tidak apa, yang penting kalian baik-baik saja – eh? Apa ini? Sam menangis?”

Mendengar itu buru-buru Sam menghapus

bekas air matanya dengan lengan sweaternya “Bukan! Tadi kelilipan aja kok, gak mungkin cowo ganteng kayak aku nangis”

Luna hanya terkekeh mendengarnya.

“Iya iya.. gak nangis tapi kelilipan..” June

“Ini beneran kok!” Sam

June ikut terkekeh bersama Luna, sementara Sam wajahnya sudah kembali memerah karena kesal.

Setelah dari car free day, mereka kembali pergi ke alun-alun kota. Mereka hanya berkeliling, mengunjungi toko-toko, kalau ada yang bagus dibeli. Sam membeli pakaian-pakaian yang menurutnya bagus, meski harganya selangit, dia beli saja. Bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk Luna juga.

Mereka juga membeli makanan lagi, kali ini burger dan dimakan di alun-alun.

June memotret mereka berdua tiba-tiba, Sam dan Luna yang terkejut pun protes, tapi tidak jadi setelah ternyata hasil potretnya bagus. Sam malah langsung menguploadnya ke akun media sosial miliknya.

Luna membiarkan saja dia ikut ada difoto, karena sebagian wajahnya juga tertutupi burger, jadi dia pikir aman.

Setelah dari alun-alun kota, Sam, Luna dan June mengunjungi salah satu tempat yang terkenal di kota ini, yaitu kampung warna-warni di daerah Jodipan.

Sebelum melihat-lihat disana Sam memaksa Luna untuk membersihkan mukanya dan memakai bedak, karena wajah mereka sudah mulai kusut hampir seharian main, dan juga karena Sam ingin berfoto-foto disana.

Padahal Luna sudah bilang agar dia tidak ikut, tapi Sam terus memaksa berfoto dengannya. Pada akhirnya Luna mengiyakan saja permintaan Sam.

June yang pada dasarnya memiliki sedikit bakat fotografi memotret mereka dan semua hasilnya sangat cantik.

Atau paling tidak, itu yang mereka pikir.

Menurut Luna, dia tidak puas dengan semua fotonya. Entahlah.. Luna tidak merasa dia cantik disana. Apalagi jika bersebelahan dengan Sam, sudah bagaikan pangeran dan rakyat jelata.

Akan tetapi Luna memendam pendapat itu untuk dirinya sendiri, yang paling penting adalah Sam tersenyum dan bahagia.

Lagipula hari ini Luna memang hanya ingin membuat Sam bahagia.

Sepulang dari tempat itu mereka mampir dulu ke salah satu restoran, itu adalah restoran ayam yang cukup terkenal, mereka menjual beberapa olahan ayam seperti ayam geprek, ayam panggang dan lain-lain.

Luna sangat senang saat ayam bumbu pedasnya datang, ayam itu dilumuri saus keju mozzarella di atasnya.

“Kelihatannya enak” kata Sam setelah memotret semua makanan mereka yang telah datang, Luna mengangguk setuju, semua makanan terlihat enak baginya.

“Luna tidak ingin membelikan sesuatu untuk tetangga kita?” tanya June.

Mendengar itu wajah Luna memerah, tapi kemudian dia pura-pura biasa saja “Oh.. eum, boleh saja, Sam bisa mengantarnya nanti untuk kak Lino”

“Kak Lino? Memang tetangga kita cuma kak Lino?” sahut Sam dengan nada jahil, Luna yang mendengarnya kembali memerah sampai ke telinga.

“Ka.. kan tetangga yang dekat cuma dia!” bantah Luna.

Sam dan June terkekeh melihat tingkah Luna, sementara Luna hanya cemberut dia digoda seperti itu, mereka berdua memang menyebalkan.

Akhirnya Sam mengirim Lino pesan, jika mereka ada di restoran, jika Lino menginginkan sesuatu mereka akan memberikannya.

Dan kebetulan menu yang Lino inginkan sama dengan menu yang Luna pesan, ayam pedas dengan saus keju mozarella. Kata Lino, dia bersama Abin juga disana main game.

Sepanjang perjalanan pulang, Sam terus saja menggoda Luna karena Lino menginginkan menu yang sama dengan Luna, membuat wajah Luna merah padam. Entah karena malu atau kesal, tapi Luna tidak mengatakan apapun.

Sesampainya di rumah, Sam mengatakan pada Luna jika ada menelfon, jadi lebih baik Luna saja yang memberikan ayamnya untuk Lino.

Luna yang berpikir Sam hanya bohong agar dia yang menemui Lino tidak menghiraukannya dan segera pergi, namun Sam menarik lengannya, lalu menunjukkan panggilan telfon yang benar-benar dia dapat.

Nama yang tertera disana membuat Luna terkejut, ayah mereka yang menelfon Sam.

Jadi Luna setuju saja untuk mengantar ayamnya ke rumah Lino, jadi Sam bisa mengangkat telfon ayahnya.

Lino yang membukakan pintu saat Luna datang, sejenak Luna terpana dengan senyuman Lino yang begitu tampan.

“Luna cantik sekali, baju ini cocok untukmu” kata Lino, kemudian dia menggeser tubuhnya agar Luna bisa masuk “Ayo masuk”

Sebenarnya Luna tidak ingin lama-lama, tapi karena Lino yang memintanya Luna jadi tidak enak untuk menolak, jadi dia masuk saja.

Ternyata memang ada Abin disana, dan bukan hanya Abin, ada beberapa anak laki-laki juga yang belum Luna kenal.

Tau begini Luna tidak mau ikut masuk, Luna merasa tidak nyaman dan gugup berada di dekat orang asing.

“Hey Luna, kenalin ini temenku Yanto” kata Abin sambil menunjuk seorang anak lelaki tinggi tampan di sebelahnya, anak yang dipanggil Yanto itu menimpuk kepala Abin dengan bantal sofa.

“Enak aja! Namaku Daniel, sejak kapan berubah jadi Yanto?” protes Daniel “Cowo ganteng baru dateng dari San Jose gini padahal” tambahnya.

“Heleh sok-sokan San Jose” cibir Abin.

“Eh, situ tau dimana San Jose?” tanya Daniel, Abin menggeleng karena memang tidak tau. Daniel menepuk dahinya, tidak.. bukan dahi Daniel tapi dahi Abin.

“ADUH!” Abin mengaduh sambil mengusap dahinya.

“San Jose itu di Amerika tauk! Padahal udah tau aku dari Amrik” sahut Daniel.

Lino menghela nafas lelah “Kalian ini berisik banget di depan cewek cantik” kata Lino.

Daniel dan Abin hanya nyengir seakan mereka tidak berdosa.

“Kenalin ya cantik.. aku Daniel, rumahku ada di sebelah rumah Abin, aku sebenernya orang sini, cuma ortuku ada pekerjaan di Amrik, makanya aku ikut, tapi sekarang kerjanya balik lagi ke Indo. Namamu siapa?” Daniel mengulurkan tangannya sambil memasang senyum tampannya.

PLAK

Lino menepis tangan Daniel “Gak usah sentuh-sentuh bisa kan?”

“Elah bang sensi amat” keluh Daniel.

“Aku Luna..” jawab Luna yang masih merasa gugup dan tidak nyaman.

“Cantik banget namanya” kata Daniel.

“Kalo pengen selamat mending jangan ganggu Luna deh bro, pawangnya serem” bisik Abin pada Daniel tanpa sepengetahuan Luna dan Lino, karena dua sejoli itu sudah pergi ke dapur untuk meletakkan ayam yang dibelikan June.

“Bang Lino suka sama Luna? Wah, keduluan nih.. tapi sebelum janur melengkung –”

“Yakin mau saingan juga? Ada lagi saingannya anak paling pinter di sekolah”

Daniel pun kicep mendengarnya “Ya udah, aku yang lain aja, yang ini berat kayaknya”

Abin hanya tertawa mendengar tanggapan Daniel.

Sementara itu di dapur Luna membantu Lino menghangatkan ayamnya lagi. Padahal Luna bisa saja pamit sekarang, tapi dia sudah betah berada di dekat Lino.

Jadi begini ya rasanya menyukai seseorang, rasanya sangat menyenangkan dan juga bodoh di saat yang bersamaan. Apalagi yang Luna sukai adalah laki-laki paling tampan the most wanted di sekolah, tentu saja Luna tau posisinya.

Luna hanya bahagia mendapat label sebagai teman atau tetangga, itu tidak masalah asal dia bisa melihat Lino setiap hari.

“Bagaimana jalan-jalannya tadi? Aku lihat Sam mengupload banyak foto di instagramnya, dan hampir semua foto wajahnya tidak jelas” kata Lino.

Luna tersenyum canggung, dia memang sengaja di setiap foto agar wajahnya tidak terlalu terlihat.

“Aku hanya malu” jawab Luna.

“Kenapa malu? Luna sangat cantik...” Lino menatap ke dalam mata Luna, lagi-lagi Luna tersihir dalam pesona Lino.

Mata Lino yang besar dan jernih, hidung mancungnya, bibir merah alaminya.. semuanya indah. Bagaimana bisa ada orang setampan ini? Meski Luna memiliki saudara kembar yang juga tampan, tapi tentu saja Lino berbeda.

Tanpa Luna sadari Lino mendekat pada Luna, wajah mereka sangat dekat, Lino meraih dagu Luna dan...

“Bang Lino ayamnya udah belom?!” suara teriakan Abin menghancurkan semuanya, mereka berdua menjauh dari satu sama lain.

“Aku pergi dulu kak Lino” Luna pun segera pergi dari rumah Lino, tidak lupa pamit pada Abin dan Daniel juga.

.

.

Terpopuler

Comments

Akun Baru

Akun Baru

gagal sooooonnnnn

2022-01-20

1

Creeper-Chan

Creeper-Chan

pasti nanti dinext episode ad cewek caper hbis liat foto yg diupload sam dan suruh luna jauhin sam

2022-01-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!