Reinheit : Imperfect Wizard
Apa itu kekuatan?
“Boodoh~! Mana mungkin kau menjadi penyihir!”
“Sihir biasa aja nggak becus!”
Salah. Kalian salah!
“Kembalikan! Kartu Kak Leyse … KEMBALIKAN!!” Sial, mereka menahanku. Membuatku tersungkur tak berdaya di hadapan Irving bodoh itu.
Jadi beginikah kekuatan digunakan?
“Ha? Apa bagusnya kartu lemah begini? Toh enggak keren banget, masih kerenan Sihir Emas!”
“Ya tuh, ya tuh!” seru dua temannya.
Bukan lemah. Tidak ada yang lemah dari Kak Leyse! Kakak sangatlah keren!
Ekspresi Irving mendadak marah, jelas terlihat di mataku. “Apa-apaan wajah itu? Nyoba jadi jagoan? Hah, mana mungkin. Make sihir aja enggak teratur, kombinasimu pada ngawur! Tinggalin aja kartu bodohmu itu!”
Sebisa mungkin aku mencoba lepas dari dua orang yang menahanku. “Apa katamu?!” Aku tak tahan lagi, rasanya enggak sabar untuk memukul kalian. Tapi itu tidak mungkin. Aku kalah kekuatan dengan teman gendutnya ini. “Lepasin oi! Aku ingin menjadi lebih kuat!”
“Sudahlah, dibilang jangan sok jagoan. Kau itu lemah, enggak berguna. Sama seperti kakakmu. Dia pasti curang ngedapatin gelar Archmagus, enggak mungkin pengguna sihir kartu lemah sepertinya bisa dapat!”
“Hahahaha!”
“Huuuu dasar penyihir gagal!”
Sial....
Ini adalah cerita ketika aku enam tahun.
“Sudah mau pergi? Tidak mau. Zale enggak mau itu!” Aku enggan melepas tangan indah kakak.
“Sudahlah ibu, biar Leyse yang menanganinya.” Senyuman kakak terasa hangat.
“Benar….” Dengan wajah percaya ibu menyentuh pundak kakak dan tersenyum. “Aku bangga denganmu, Nak. Sore ini jangan lupa segera kembali ya~!”
“Hehe, Roman nanti bakal kukenalkan kok Bu. Jangan khawatir!”
Bukit East, titik terbawah gunung yang katanya tertinggi di Kerajaan Fyord. Favorit kakak. Biasanya dia membawaku kemari setiap kali dimarahi ibu.
“Bulan purnama yang indah bukan?” Kakak terlihat begitu senang, ekspresinya lebih tenang dari sebelumnya. “Menurut Zale, kuat itu seperti apa?”
“Tentu saja mengalahkan mereka yang mengganggu, terutama Irving! Aku benci anak manja bodoh itu!”
Kakak tidak terlihat mencoba menanggapi jawabanku, malah senyum-senyum saja sembari terus menatap bulan. “Zale.”
“Hmm?” Aku melepas pegangan pada pembatas bukit, memilih memperhatikan sosok cantik di sebelahku.
“Bawalah ini.” Dia memberiku kartu berlambang es, terdapat gambar siluet orang yang duduk memohon. “Gunakanlah jika kamu sudah mengerti makna sesungguhnya dari kekuatan.”
“Artinya menjadi kuat?”
“Kamu tahu kartu ini disebut ‘Seribu Tahun Badai Salju’, juga bisa dipanggil ‘Keabadian Kekuatan’. Aku ... tidak bisa menggunakannya lagi. Jadi, sekarang milikmu. Terimalah.”
Waktu itu aku masih belum memahami perkataannya. Pikiranku mengganggapnya keren dan kesannya kakak hanya merendah. Jadi enggak ada salahnya menerima.
Rasanya begitu senang, seolah aku baru mengalami hal yang luar biasa. “Mmm! Zale janji, akan kubuktikan pada kakak kalau aku juga bisa! Baiklah ... pertama aku harus mengalahkan anak manja itu dan—“
“Hehehe, ya.” Dia mengelus kepalaku sembari tersenyum. “Kakak tak sabar menyaksikannya, berjuanglah ... adikku yang manis.”
Diriku yang enam tahun jelas takkan mengira ... bahwa itulah kesempatan terakhir. Seminggu setelah hari itu, seorang pria dengan muka penuh penyesalan datang menemui ayah dan ibu.
Dia adalah teman kakak.
Dia bilang ini sambil terus merendahkan wajah, “Padahal perang baru saja selesai, bahkan pelantikan Leyse menjadi Archmagus Negara Horoki ... semuanya terjadi secara tak terduga—“
Meskipun aku tahu dia adalah teman kakak, ini adalah perjumpaan pertama kami. Saat itu aku baru saja pulang dari pelatihan bibi. Kalimat tadi menjadi yang pertama terdengar setelah ibu sudah berlutut menutup muka.
Ayah tetap berdiri tegar.
“MAAFKAN AKU! S-Seharusnya aku punya kekuatan yang cukup untuk menghentikannya. Dia bilang bisa mengatasi monster itu sendiri, j-jadi ... aku memutuskan untuk percaya!” Teman kakak mengganti posisi menjadi sujud. “TERNYATA MALAH BERAKHIR SEPERTI INI!! MAAF! MAAF! MAAF!”
Bersamaan dengan jatuhnya kumpulan kartu sihir dari pangkuan lenganku, wajah ayah ketika menyadari keberadaanku, memberiku luka sayat yang lebih menyakitkan dari pengakuan teman kakak.
“Zale!” seru ayah terdengar begitu terkejut dan tak bisa menahan kesedihan yang selama ini ditahannya. Ayah langsung menghampiriku dan hanya menyerukan, “ZALE! ZALE! ZALE—“ Memelukku erat.
“Hei ... ayah, kakak kapan pulangnya? Hei ... HEI!!” Dengan terdiamnya ayah, tanpa kusadari air mata ini mulai ikut mengalir.
Aku tetap saja mencoba bertanya, walaupun selalu tidak ada jawaban darinya yang terus menyerukan nama kakak dengan sedih, bahkan ibu juga semakin tersedu-sedu. Leyse Llyod— Kakak cantikku ... telah meninggal.
Semenjak itulah temannya secara rutin kemari tiap hari hanya untuk minta maaf.
Mungkin larut nanti juga— Sial ... kenapa malah tiba-tiba mengingat kenangan buruk? Segini buntunya ‘kah diriku sekarang?!
Sudah dua tahun semenjak Kak Leyse menghilang. Tak seorang pun tahu mengapa, bahkan tunangan yang harusnya segera menikahinya juga ikut meninggal. Lelucon macam apa ini?
Selama ini aku sudah berusaha memikirkan berbagai cara untuk menjadi kuat. Mulai dari paman, lalu teman kakak, bibi, dan bahkan sepupuku.
Semua tentang sihir kartu kupelajari dan kupraktekkan sekaligus. Kartu piece—jenis mentahan—dan beta-ku—piece yang digabung— berlimpah dan kebanyakan tidak berguna.
Aneh bukan, katanya ini sihir yang mengandalkan pengombinasian kartu?
Aku sama sekali tidak menjadi kuat, selalu berakhir menyakitiku sendiri. Semakin tak menyerah, tahu-tahu sudah tertindas orang lain ... seperti yang terjadi sekarang.
“Lepaskan bodoh! Takkan kubiarkan bangsawan manja sepertimu menghina Kak Leyse!”
“Ha? Mentang-mentang kakakmu mantan orang hebat, bukan berarti bisa merendahkanku dasar rakyat jelata! Kau pikir siapa yang membuat kalian rendahan tetap hidup sampai sekarang? HAH?? Kami! Bangsawan besar Boreas! Aku bisa saja meminta pamanku untuk menghentikan jalur dagang di sini!”
LALU BUAT APA TINGGAL DI SINI BODOH?! MENDING CEPAT MINGGAT BIAR UDARA SEGAR MASUK!
“Mana aku peduli bodoh! Kembalikan itu sekarang juga!”
Sudah seberani itu, nyatanya sekalipun aku tidak mampu lepas dari mereka. Anak yang kuhina tadi langsung menendang wajahku.
Agh!
“Aaah! Membosankan. Pulang saja yuk!” Irving langsung membuang kartuku seperti sampah, tanpa kembali melihat.
“Ya tuh, ya tuh. Penyihir gagal bosenin banget.” Si gendut entah siapa namanya akhirnya mau melepaskanku, termasuk dia yang menahan tangan kiriku.
Tunggu sialan!
“Yakin ninggalin kartunya? Kelihatan kayak benda langka.”
“Lupakan saja, lupakan saja. Tidak ada gunanya menyimpan barang rakyat jelata. Bisa-bisa aku malu bertemu keluargaku.”
“Benar juga, hahahaha!”
Mereka akhirnya pergi.
Kartu pemberian kakak? Syukurlah. Aduh ... keras sekali dia menendang wajahku, sakit tahu!
Seperti kata kalian, mungkin ... aku memang tak berguna. Mimpi ini terlalu tinggi untukku. Maaf, Kak Leyse. Aku mau menyerah.
****
Terdengar suara barang hancur.
Hmm apa??
“TOLONG JANGAN!!”
Ugh– Uhm…? Kok bangun di sini?? Eh…? Ah, aku tadi pingsan, ibu mungkin yang membawaku pulang. Namun....
Setelah turun dari loteng aku menyeru, “Ibu? Semuanya!” Kutengok jam dinding yang biasa terpajang di papan besar penginapan. “Paman-paman yang sering nongkrong di sini mana? Malam harusnya ada yang datang—”
Apa yang terjadi?
“Ternyata masih ada satu tikus di sini.”
Eh…? A-Ada orang! Baru saja keluar dari dapur, pria bersyal dengan … pi-pisau?!
“Hahahaha, kau takkan bisa kabur.”
Siapa dia?!
Seketika pria asing itu mengejar, tanpa ragu menendangku menuju pintu penginapan hingga ambruk keluar. Aku tengkurap merintih kesakitan di atas kepingan-kepingan rusak.
S-sakit…! D-Dingin.
“Ha? Ada apa??”
“ZALE!!”
Ugh … i-ibu?
“Cepatlah bangun bocah ingusan!”
Goh– Ugh– Perutku sakit.
Rasanya barusan ada sesuatu yang menyentuhku, tangan yang lembut. Mengangkat dan memangku kepalaku dengan halus. “Kamu tidak apa-apa Nak?!” tanyanya menunjukkan ekspresi panik dan khawatir.
“Apa yang terjadi?? Kenapa ibu … kalian semua terikat?!”
Seseorang mendekat. Itu pria yang tadi. “Masih belum mengerti juga?” Sial, dia mengangkatku. S-Sesaknya. “Tentu saja menjarah desa kalian!!”
Menjarah? Mana mungkin bisa– Mustahil! Para bangsawan yang menguasai desa dikalahkan?! Mereka yang dibanggakan si sombong itu?! Pada akhirnya kau hanya mengatakan omong kosong, Irving.
Aku bisa melihat wajah takutmu dari sini! Payah sekali.
“BAIKLAH! Penduduk sialan, berikan satu harta berharga kalian! Terutama….” Tanpa peringatan dia membuangku kembali ke pelukan ibu, untuk mendekati anak sialan. “Bocah! Kau anak ingusan dari penguasa sini ‘kan? BERIKAN SEMUANYA!”
Irving berdecih dengan tangan dikepal erat.
“HOI ADA APA? Tidak dengar? CEPAT BAWAKAN SEKARANG!” Barusan dia melempar pisaunya, mengenai pundak seorang kakak laki-laki. Teriakan kesakitannya hanya menambah rasa takut kami. “Aku ini sudah berbaik hati lho,” ucapnya tertahan geram.
“JANGAN BERCANDA!”
Bodoh, Apa yang—
Pria menakutkan seketika melirik ke sumber suara, mencengkeram wajah Irving. “Bocah,” panggilnya bernada mengerikan.
Kau malah memprovokasinya, sekarang mencoba menyerangnya dengan senjata tipis. Bagusnya itu membuatmu terlepas. “Betapa biadabnya! Heh, sayangnya orang tuaku tidak lagi di sini. Aku akan segera pindah dari desa bodoh ini, percuma mencoba merampokku dasar sampah—”
Pimpinan penjahat memukul muka Irving cukup keras. “Oi, oi. Daripada mengayunkan mainan itu, sebagai gantinya berikan milikmu padaku.” Dengan santai mengelap darah lemah pada pipi, dia seolah tak merasakan apa pun. “Kau bangsawan bukan?”
Irving sama sekali tidak mendengarkan. Tetap menghunus senjatanya pada pria menakutkan itu. Anak sialan itu, masih saja keras kepala. Kau bisa mati tahu!
“Zale? Kamu jangan bergerak Nak, nanti penjahatnya sadar.”
Para penduduk sibuk memberikan hartanya. Sedangkan aku ... kenapa tidak bisa berhenti melihatnya?!
“Jangan remehkan aku, rendahan! Kau akan menyesal pernah menghadapi seorang dari Boreas, rasakan sihir terkuatku! Iris Sigma!”
H-Hebat, huruf ‘m’ merah terbalik itu mendorongnya hingga jatuh. Itu pasti sihir gambarnya. Apa dia berhasil?
“Ya ampun. Benar-benar anak nakal.”
“M-MUSTAHIL....” Irving terjatuh duduk, kakinya gemetaran dan wajahnya menunjukkan keputusasaan. “Padahal aku sudah mengerahkan semuanya, tapi kenapa??”
Bodoh, sudah kubilang kau takkan menang! Irving!
“Aaaaaa, berakhir sudah!”
“Anak itu akan dibunuh!”
Lihatlah perbuatanmu, mereka jadi putus asa! Menderita gara-gara kebanggaan bodohmu.
Dia sudah berakhir, tidak ada yang bisa menolongnya. Tak seorang pun? Bukankah aku masih— Tidak apa yang kupikirkan?! Aku membencinya! Kenapa harus—
“Mau ke mana Zale? Jangan Nak!”
Reflek kukeluarkan kartu acak yang kebetulan di saku dengan jepitan dua jari. Menarik napas lalu memusatkan energi sihir menuju sampulnya, di saat itu juga bersinar terang kemerahan.
“JANGAN!!!”
Kurem momentum ketika lari ini, kemudian tanpa ragu menghadapkan bagian depan kartu. “HOAAAAAHH!! Crimson Force!”
Di tengah hampir melancarkan pisaunya, pria menakutkan itu berhasil kualihkan. “HA—”
AYOOOO!!
Karena ini pertama kalinya kugunakan dengan kekuatan penuh, dampak ledakan membuat sekitar—termasuk aku sendiri—terhempas, tertutup kabut asap dan dedebuan.
Nghh....
“Uhuh, uhuk. Siapa yang menghalangiku?!”
“Aku,” ucapku percaya diri dan berani ketika baru bangkit.
Semuanya akan jelas saat asap ini hilang. Di saat itu terjadi, lokasi semua orang sepenuhnya terlihat. Pria menakutkan tadi cukup jauh, sedangkan aku membelakangi Irving.
“Kau … bocah yang tadi. APA YANG KAU LAKUKAN?”
“AKU TIDAK MENGERTI!! Tubuhku bergerak sendiri!!”
Sial, kenapa malah jadi begini? KENAPA??
“HAH?? JANGAN MAIN-MAIN DENGANKU BOCAH!!”
Aku bodoh!! AKU AKAN MATI, AKU AKAN MATI, AKU AKAN—
“Tindakan bagus, adik kecil.”
Eh— Suara itu….
“OI SIAPA KAU— AGHHH!!!”
“ARGGHH!!”
Apa yang ter– EH?? M-M-Mereka ... mereka diterbangkan!
“AAAAAAA!!!”
“Aurelius!”
T-Temannya kakak? Dia yang menerbangkan mereka?! Hebat!
“Tornado emas itu…,” gumam pria menakutkan, dia menganga bingung dan sedikit melangkah mundur. “KENAPA EL DORADO DI SINI?!”
Dorado...? Jadi itu nama kakak yang selalu berkunjung untuk minta maaf— DIA TERNYATA ARCHMAGUS TERKENAL ITU?!
“Minggir, minggir!”
“K-kuat sekali….” Salah satu anak buah pria menakutkan barusan jatuh ke sini, langsung pingsan begitu melihat bosnya sebentar.
“Tidak salah lagi, itu dia! Jangan-jangan— Ketahuan? Orang itu tahu tujuanku yang sebenarnya?!”
Tujuan sebenarnya?
“Berhenti!! Berani-beraninya kau!” Dia bersama lima orang yang tersisa menghalangi Dorado.
Enggak kelihatan! Dia dan mereka yang pingsan menghalangi pandanganku!
“Hoo yakin nih main keroyokan? Kuterima tantangannya!”
“Hyaaaaaah– Gaaah!”
“AGGGHH!!”
“Granderevere.”
Apa-apaan kekuatannya itu? Tiga orang itu terbanting gila. Tanahnya sampai retak!
Ada satu yang masih bertahan. “Ya ampun, kau dan kau. Tidak berguna sama sekali.” Senjata itu, sama seperti yang dipakai anak sialan itu.
“Ayo– Yo– Ayo– Ada apa? Bisa pakai senjatamu tidak?”
Aku tak percaya tusukan secepat itu tidak ada yang kena! Dia bukan manusia.
“Apa, sudah lelah? Bahkan kau lebih buruk dari anak itu.” Setelah melirik Irving, dengan mudahnya dia menumbangkan musuh sekali pukulan tengkuk leher.
“PENYIHIR EMAS!” Sial, tanpa kusadari dia menangkapku. “Berani mendekat, kepala anak ini putus!”
“Apa-apaan wajah takut itu? Yang tadi pergi ke mana ... adik kecil?”
Apa yang dia katakan?
“Tidak mungkin. Aku takkan bisa menang!”
Cepat tolong aku!
Bukannya bertindak, orang itu malah duduk sekarang. “Hah … ini merepotkan.” Orang ini, dari tadi mengatakan sesuatu yang aneh. Nyawaku dalam bahaya lho. “Coba bebas sendiri.”
“HAH??”
“Hahahahaha, yakin mau anak ini mati?”
“Kau penyihir bukan? Jangan cengeng terus, coba jalan sendiri.”
“Itu mustahil. Aku hanyalah penyihir gagal, sihir yang kupakai tadi saja meledakkanku. Aku benar-benar lemah dan tak berguna–”
“MEMANGNYA KENAPA GAGAL?”
I-itu….
“Tidak bisa lari? Jalanlah sekuat tenaga! Tidak bisa renang? Mengapunglah! Tidak bisa sihir? Gunakan tanganmu! Di dunia ini, setiap penyihir itu memiliki perannya masing-masing. BAHKAN PENYIHIR GAGAL PUN!!”
“Maksudnya aku selamanya menjadi pecundang?”
“BUKAN!!” Aku tidak mengerti ini. Orang itu berdiri, mengacak-ngacak rambutnya sendiri. “Haaaaahh!! Ngeluh ini ngeluh itu terus. Mau sampai kapan merengek terus, adik kecil. Jadilah penyihir gagal yang hebat saja!!”
P-Penyihir gagal hebat…? Aku bisa hebat? Tidak mungkin, karena itu—
“KAU BISA! Buktinya sifat heroikmu tadi!”
S-Sifat heroik…?
“Kau … bocah yang tadi. APA YANG KAU LAKUKAN?”
“AKU TIDAK MENGERTI!! Tubuhku bergerak sendiri!!”
Aku??
Seperti kata kalian, mungkin ... aku memang tak berguna. Mimpi ini terlalu tinggi untukku. Maaf, Kak Leyse. Aku mau menyerah.
K-Kak Leyse! Aku … aku!
“….”
APA YANG KULAKUKAN?! Kakak mempercayaiku, bahkan orang itu. Tapi aku … malah memikirkan hal bodoh!
“Berjuanglah ... adikku yang manis.”
BENAR! Aku harusnya jangan menyerah. Bukankah kau ingin memenuhi harapannya? Bukankah kau ingin tahu makna sebenarnya dari kekuatan!?
“Sejak tadi, apa yang kalian bicarakan?” Pria menakutkan makin mendekatkan pisau pada leherku. “Jangan salahkan aku kau mati tanpa menyadari kesiasiaan perjuanganmu!”
“Oh gitu.” Aku tidak peduli ini melukaiku, pokoknya harus bisa lepas. “Crimson Force!”
“Apa— “
*Duar!!*
Benar, Zale. Inilah yang seharusnya kau lakukan sejak awal. Menyerah bukanlah pilihan. Orang itu … kenapa sejauh itu untukku? Berkatmu mataku sepenuhnya terbuka, tidak ada lagi merengek tidak bisa.
Aku telah berubah!
“Haha, rasakan itu sialaaaan!” seruku dengan air mata mengalir deras.
Pria menakutkan hilang tanpa jejak dibalik asap ledakan, aku tahu dia belum kalah. Sejam kemudian pasukan kerajaan datang menangkap penjahat yang tersisa, memberi perawatan kepada warga terluka.
Termasuk bangsawan itu.
Itulah cerita pertemuanku dengan orang yang mengubah jalan pikiranku. Setelah kejadian itu dia berhenti berkunjung untuk minta maaf. Pada akhirnya selama tujuh tahun ini, satu-satunya pesan darinya hanyalah kalimat tak bertanggung jawab.
‘Menjadi kuat, tidak seperti yang kau bayangkan lho, adik kecil! Apa buktinya? Coba rasakan dan ingat-ingat kembali dirimu saat ini ketika berhasil— Dengan begitu.... ’
Aku tidak mengerti, dipaksakan pun rasanya mustahil. Namun....
Hari ini 12 Juni 1315 Kalender Arcadia. Sekarang, di hadapan sekolah sihir Eisenwald— Akhirnya ... datang juga hari yang dinantikan ini! Pasti akan banyak halangan dan hal baru yang menemuiku nanti.
Meski belum mengerti, aku sudah tahu apa yang harus dilakukan. Itu….
“Aku lakukan, mau itu menemukan arti kekuatan atau kakak— Akan kubuktikan kalau aku juga bisa menjadi sesuatu! Bersinar seperti Kak Leyse.”
Ini adalah ceritaku.
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Aris Rismawan
😍😘🤩😍😘🤩🍜🍝💚🍝🍢🍣💚🍣🍢💚🦌🍈🥝🌏🌎🌍🌐🗺🏔⛰🏞🏝🏜🏖🏕🗻🏟🏛🏗🏘🏙🏚🏠🏨🏦🏥🏤🏢🏣🏡🔉🎸🎷🎧🎤🎛🎺🎻🥁🎧📱📲🎷📲🎷🎸🎹📞📯
2022-10-04
0
Takashi Draylus
Ini sangat mainstream
2022-09-10
1
Dimas Pratama
mantap chapternya. enak dibaca
2021-08-22
1