Sabtu, 19 Juni 1315 Kalender Arcadia.
Yap, ini dia. Akhirnya bukunya tiba! ‘Kegembiraan Surgawi’ pesanan senior Page.
Di saat seperti ini, biasanya aku perlu menunggu Nona Resepsionis mengambilnya dari brangkas khusus di belakang. Setelah itu pasti memintaku mengestampel formulir, sekarang yang perlu kulakukan hanyalah memberi uang bayaran.
Pertemuan kita memang singkat, terima kasih atas segalanya ... beta Crimson Force. Kau tidak lagi berguna untukku.
“Seperti biasa, makasih banyak Kak Leria!” seruku sembari tersenyum ramah
Dia memberi kartu nama seseorang yang menyelesaikan permintaanku. “Ya, hati-hati di jalan dan semoga harimu menyenangkan! Terima kasih telah mengunjungi Chamberlein!” Aku bisa merasakan kalau tangannya dilambaikan.
Jay Marrow, ternyata orang yang sama. Maksudku kudengar dia sering mengambil permintaan paman. Selama ini aku ingin berterima kasih, sayangnya dia terlalu jarang di serikat.
Kusimpan ini sebagai koleksi, sudah ada tujuh di rumah.
“Apa kau selalu melakukan ini?” tanya Yuba yang lalu mencoba meminta bukunya dariku, dia sepertinya penasaran.
Tentu kuberikan saja. “Ya, selama ada permintaan buku dari pelanggan.”
Bukan hanya Yuba, Chloe juga menemaniku di serikat ini.
Hari ini kami janjian pergi belanja bersama, setiap sabtu dan minggu sekolah diliburkan. Kenapa? Yah, tidak ada alasan. Hanya ingin saja. Meski datang ke sini bukan termasuk belanja, aku sempat meminta sebelum menentukan tujuan pergi.
“Enaknya ke mana dulu? Toko roti milik bibi-bibi dekat rumahku yang kornetnya enak itu atau Zest?” tanyaku, menunjuk sebuah arah ketika mengatakan tujuan.
Kupikir lebih baik memenuhi keinginanku dan Yuba dulu, daripada menemani Chloe mencari roti incarannya. Makan itu bisa nanti. Bagaimana menurut mereka?
Yuba termenung sembari menyilangkan tangan, pandangannya tertuju pada Chloe.
Gadis bersurai hitam cantik ini barusan terkejut, dia menggelengkan kepala. “Jangan khawatirkan aku, Chloe nggak keberatan jika memenuhi keinginan Yuba dulu. Kamu katanya mau mencari dummy latihan baru ‘kan?”
“Kau yakin? Bukankah Hazelnut itu sangat terbatas dan hanya ada seminggu sekali?” Aku tahu itu karena merupakan tetangga yang selalu menerima roti darinya.
“Tidak apa. Nanti kalau kekenyangan saat jalan-jalan, bukankah akan sangat repot? Kita bisa duduk-duduk santai.”
Hoo ... kukira hasratnya untuk mendapatkannya tidak tertahankan. Karena benar ‘kan? Tak ada yang menduga kalau sebenarnya Chloe itu tukang makan. Syukurlah dia tidak egois dan tahu kapan menahan diri.
“Sudah diputuskan~ Yuk buruan Zale, kita nggak boleh membiarkan roti favorit Madonna kita habis!” Uwah, lihat betapa bersemangatnya kau. Akan lebih baik jika tidak menarik perhatian orang-orang, membuatku malu saja.
“Ya, ayo.”
Toko peralatan sihir terbaik kota ini, Zest.
Dijual berbagai benda seperti senjata, alat bantu, serta buku latihan sihir basic dan advance. Aku menginginkan sebuah pulpen ajaib. Kau tahu ‘lah, sesuatu yang bisa dipakai di udara.
“Jadi inikah Zest?” ucap Yuba sedikit senang sembari mendangakkan kepalanya. “Hooo~ Besar juga! Pasti dipenuhi barang langka~!”
“Oi, tunggu!”
“Hehe, Yuba masuk duluan.” Caramu tertawa dengan menutup mulut sangatlah imut! “Dia pasti sangat antusias.”
“Ya tuh, padahal cuma beli target terbang bodoh buat latihan sihir.” Kusilangkan tangan menatap nyengir pintu toko.
“Zale sendiri kenapa ingin beli pena ajaib?”
“Memo. Aku ingin sesering mungkin mencatat sesuatu di mana pun aku berada, rasanya malas karena harus selalu mengambil buku dan pulpen bulu di tas.”
Setelah itu barulah kami menyusulnya.
Oh! Seperti yang diharapkan dari toko terbaik, sangat ramai. Kira-kira bagian mana benda itu diletakkan– Hampir lupa sesuatu.
“Chloe sebaiknya tunggu di sini, aku akan mencarinya sendiri.”
“Ya,” jawabnya formal bernada halus.
Baiklah, mulai dari mana … ah di situ. Bagian sana tidak dipenuhi orang. Mari lihat … cincin sihir, gelang sihir, kartu— Kurasa bukan sini, mungkin sisi sebaliknya. Gawat aku tersangkut. Oi menyingkirlah! Jangan main dorong— Whoaa—
Dalam sekejap orang-orang di sekitarku lenyap, menyisakan satu pena ajaib di rak tengah bagian atas. Beruntungnya.
“Ah— “ Mengejutkan. Aku menyentuhnya bersamaan dengan seseorang.
Tunggu, tangan lembut dan nampak lemah ini … seperti milik ... milik orang yang kukenal akhir-akhir ini. Geh— Dia?!
“Kamu ‘kan Zake, ngapain di sini?”
Gawat, aku harus kabur—
Sial, dia meraih tanganku. “Mau ke mana?” Begitu kutatap langsung wajahnya, dia menarikku ke arahnya.
Apa-apaan senyum sinis itu?! Mencurigakan oi!
Seolah tak berdaya, aku hanya bisa bungkam dan menggeleng kepala secepat kilat. “Dengar, aku sibuk sekarang. Jadi setidaknya untuk sehari ini biarkan—” Cepat-cepat aku meraih pena, lari menuju meja kasir sebelum dia sadari.
Kenapa dia ada di sini? Lebih penting lagi, aku tidak boleh membiarkan mereka sampai tahu hubungan memalukanku dengannya! Pura-pura nggak kenal aja ah....
“Oh Zale, sudah ketemu?” Ternyata kau duluan, Yuba. Aku bisa melihat barangnya sedang dihitung harganya oleh kasir.
Ada yang berjalan mendekat— Ashbell?! Atau….
Beruntungnya yang datang Chloe. Namun, entah kenapa dia nampak penasaran begitu. Menolehku lalu melihat hal lain dan kemudian memandangku lagi.
“Anu ada apa?”
Pelan-pelan dia melangkah dan berhenti tepat di hadapanku. Tingkahnya masih tidak beres, kali ini menoleh sekali ke belakang, seakan ada yang mengganggunya.
Jangan-jangan dia…?!
“Gadis berambut merah itu … kenalanmu?” tanyanya polos.
Kugelengkan kepalaku super cepat, ditambahekspresi datar. “Tidak, tidak, tidak. Satu abad pun tak mengenalnya!”
“Namun….” Chloe masih saja ragu, buktinya sekali lagi menoleh belakang dengan tangan mengepal ringan di atas dadanya. “Sejak tadi dia menatapmu dengan tajam.”
Gawat.
“Dia pasti salah orang.” Kuraih tangan halus Chloe, membawanya lebih dekat ke meja kasir.
Bagus, aku membuatnya percaya. Sekarang tinggal bayar dan pergi!
“Hmm, bukankah kamu Dek Chloe?”
“Selamat siang, Kak Lim.” Chloe terdengar sangat ramah kepadanya, seperti sudah mengenalnya.
“Siang.” Aku reflek ikut menyapanya, yah setidaknya kutunjukkan sopan santun juga. Lalu kupandang rupa teman cantik di sebelahku ini. “Kenalanmu, Chloe?”
“Ya. Kak Lim adalah salah satu pengurus asramaku, biasanya kami berpapasan di pagi hari.” jawab Chloe dengan halus. “He ... jadi kamu bekerja di sini, aku baru tahu.”
Lim mengangguk dan tersenyum ramah. “Sudah seminggu.” Dia menggaruk kepala. “Hehe, penghasilanku sebagai pengurus tidak cukup untuk kebutuhanku. Namun, yah ... kupikir hari ini kamu berburu roti. Tumben banget, padahal sebentar lagi mau habis—“
“Benarkah?!” Seketika keringat dingin menguasainya. Tangan pada kedua sisi kepala, beberapa kali bergeleng panik. “Uwawawa—“ Bagaikan kelinci yang ragu.
“Eh? Chloe— “
Belum sempat melanjutkan kalimat, Chloe sudah hilang duluan dari pandanganku seperti embusan angin. Aku ternganga datar dan berkata, “Ah.”
“Chloe??” Yuba yang baru menyadari kepergiannya jadi linglung.
S-Sepertinya … kutarik kembali asumsiku tadi. Dia tidak bisa menahan egonya. Yah, imut sih. Hehe, jadi nggak bisa menyalahkannya. Sekarang aku punya masalah besar. Rasanya ogah banget di satu tempat dengan dua orang ini.
“Zale, gadis itu siapa—“
Tiba-tiba aku ditarik ke belakang, secepat kilat terbawa bagai barang kiriman, keluar dari toko. Meninggalkan teman anehku dengan penuh pertanyaan.
****
“Sialan, apa sih masalahmu? Tadi aku hampir saja dicap pencuri! Untung kau lengah, jadinya aku bisa kembali untuk membayar.” Aku berpaling membelakanginya dan menyilangkan tangan. “Ya ampun, padahal nggak bakal ke mana-mana. Segitu inginnya ‘kah kau memperbudakku?”
“Ya ‘lah, kamu ‘kan pesuruhku.”
G-gadis ini, sama sekali tidak mendengarkanku!
Distrik penyejuk hati. Jalan yang kata orang-orang penuh kebahagiaan, ketenteraman, dan kedamaian. Pemandangan, hiburan, dan suasana positifnya membawa ketenangan di hati.
Geh— Jangan bercanda!! Bagian mananya yang ketenangan? Aku sedang tersiksa di sini! Tenang, Zale. Bukan dirimu saja. Mau bagaimana pun, nyatanya aku berhutang dengan gadis ini.
Karena itulah aku segera ke belakang, memberinya pijatan agar bisa lebih santai ketika duduk santai. “A-Apa yang Anda inginkan hari ini, N-No-Nona…?” Sial, aku sulit terbiasa.
“Benar.…” Nampaknya dia tengah berpikir. “Gendong aku. Bawa sampai rumah.”
....
“Mana jawabannya?!”
Aaaa, sudahlah. Tahan malu saja!
“B-B-Baiklah, Nona.” Kembali ke depan, jongkok dengan tangan sejajar pinggul ketika membelakangi. “S-Silakan naik.”
Eghm, Beratnya— Aw.
“Barusan ... kamu berpikir aku berat? Nggak sopan!”
Dia membaca pikiranku?!
“Maafkan saya Nona. Sebagai gantinya, durasi perjalanan akan saya persingkat!” Aku sebenarnya tidak mau ini, tapi bertahanlah kakiku.
****
Hah … hah … hah … e-entah bagaimana aku tiba tepat waktu. Bwaahh….
“Hei, ada apa?! Aku nggak sudi punya pelayan lemot sepertimu!”
Berisik, gadis gila! Biarkan aku menarik napas! Sudah keberapa kalinya aku datang kemari? Jika dihitung mungkin tiga atau empat. Yah, itu tidak penting. Aku hanya perlu bertahan hari ini.
“Sudah?” Cih, rasanya dia seperti baru merendahkanku. “Ayo kita bicara.” Apa … tiba-tiba cara bicaranya berubah.
Dia membawaku ke dalam kediaman megah ini, menuju halaman samping yang merupakan balkon. Itu tempat dimana Kurin biasa bersantai di bawah terik matahari.
Vilanya Kurin, seingatku dia mengatakan kalau rumah utama keluarganya berada di Ure. Tempat seperti ini selalu berokasi di bagian utara kota, dekat istana kerajaan.
Vila 'orang itu' juga ada di sekitar. Wilayah ini memang dikenal sebagai tempatnya bangsawan.
“Jadi apa yang ingin Anda bicarakan, Nona?” tanyaku membungkuk sopan ala pelayan pria.
Tangannya bergerak seperti menggusah, kurasa tepatnya mengatakan ‘tidak’. “Sudah, nggak perlu formal sekarang. Ini pembicaraan serius antara seorang Zale Llyod dan Kurin Ashbell.”
He? Yah … baiklah. Jika itu maumu. “Kau terlihat serius, apa yang terjadi?”
Kurin merendahkan pandangannya, bibir dan kedua tangannya gemetar tak tenang. Seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya, tapi ragu untuk diungkapkan. “… k-kudengar kamu punya seorang kakak,” ucapnya gugup.
Lihat ‘kan?
Sejenak aku berdiri, meraih keningnya dengan uluran tangan. “Lagi demam ‘kah?”
“Bukan, BODOH!” Dia berteriak kencang hingga mendorongku kembali ke kursi, kini menyembunyikan wajahnya di balik paha.
Tunggu Zale. Jangan berharap banyak dengan gadis ini. Ingatlah, dia sangat labil! Tidak ada yang tahu apa yang dilakukannya nanti. Namun, sepertinya benar-benar serius
Setidaknya akan kudengarkan.
“Ya, kenapa memangnya?”
“B-Be-Beneran Leyse Llyod yang itu??”
Oi, oi. Tenanglah. Dilihat dari reaksi dan cara bicaranya, sepertinya dia mengenal kakak. Ya iyalah.
Kukeluarkan dek kartu, meletakkannya di atas meja beratap payung ini. “Kartu sihir dan keluarga Llyod ... bagian mananya yang kau ragukan? Tentu saja kami kakak beradik!”
Wajahnya ditunjukkan dan kudapati betapa cerianya gadis yang tidak kusukai ini. Sangat polos dan alami. Entah aku yang buta atau sedang bermimpi, rasanya ... Kurin terlihat sangat manis sekarang.
Brbrrbb— Kasar tetaplah kasar, gila rasanya jika sampai berpikiran begitu.
“Minta tanda tangannya!”
Ha?
“Mustahil, bukankah semua orang tahu Leyse Llyod menghilang?”
Kali ini dia memalingkan pandangan mata, terlihat malu-malu. “K-Kalau begitu … p-p-punya k-kenangan— Punya kenang-kenangan darinya!?”
Gadis ini, nggak mungkin ‘kan….
“Maaf jika ada aku juga. Setidaknya kau pernah dengar soal teknologi ini ‘kan? Kau tahu ... alat sihir yang katanya— Itu lho yang pernah keluar di kontes Carambia, bisa menangkap gambar—“ Seketika kenangan berharga ini tidak lagi milikku.
“B-boleh aku simpan?”
Ha?
“Aku tidak masalah sih—“
“Terima kasih!!”
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Senyum bahagianya mengalahkanku, kurasa dari sini aku sudah memahami apa yang terjadi.
“Ya.”
Setelah pengungkapan mengejutkan barusan, Kurin memperbolehkanku pulang. Katanya sudah puas hari ini. Mungkin di lain waktu pertemuan, akan kuceritakan soal Kak Leyse lebih banyak.
Haha, sulit dipercaya tiba hari dimana aku berbagi kisah keluarga pada seseorang.
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Heeseung?
Terbayang bayang banget Author😍,keren banget nih ceritanya,yuk yuk terus lanjut dan semangat 45 kak!
2020-09-19
2
Jack The Ripper
Jujur, klo dari segi cerita bagusan mentor kemana mana, tapi ya mungkin aku bisa belajar biar ceritanya lebih seru lagi hahaha
Ntar mampir lagi
2020-06-13
1
Septiano Personnes Estimata
B-baka :v
2020-06-12
0