Tidak seperti biasanya jam pulang Eisenwald bisa sesore ini. Mungkin karena ulah cuaca yang mendadak mendung, merusak sirkuit sihir bel kebanggaan sekolah seperti tikus tersedak.
Di luar, staf yang bertanggung jawab menerima hadiah petir dari langit. Berkat itu pekerjaannya memperbaiki menjadi lebih repot.
“Aku tidak suka ini ya....” Pria di atas 25-an bersetel serba keputihan, seperti musim dingin di Horoki. Dia mengeluarkan tubuh atasnya dari jendela untuk menyaksikan langit. “Drama baru di kehidupanku pasti menghantui lewat cuaca.”
Ketika mengatakan itu, terbayang wajah salah satu muridnya.
Dia harus pergi ke suatu tempat. Lekas ia bergegas mengitari lorong lantai tahun kedua, menutup setiap pintu kelas yang bisa ditarik. Sampailah saat ketika dia bertemu sebuah vas bunga.
Ia putar alasnya, alhasil terbuka sebuah lubang persegi panjang seperti mekanisme Dungeon.
Aku perlu membicarakannya dengan Kepala Sekolah.
Pintu rahasia kembali tertutup dan kini Leon Sieger perlahan menuruni pijakan spiral. Awalnya semua terlihat sempit, tanpa pencahayaan, bahkan makin gelap ketika kian menyelam.
“Tidak peduli berapa kali aku kemari, aku tak bisa berhenti kagum. Dia bilang soal ‘perbatasan tengah’?” Leon cengir, hampir kesulitan menahan tawa. “Selera orang tua itu lucu sekali.”
Di hadapannya sekarang adalah ruangan luas. Dari sisi vertikal dan horizontal, masing-masing ada dua meja sepanjang enam meter saling berhadapan. Mengitari sebuah miniatur peta dunia.
Masing-masing ujung sisi terdapat sebuah pintu, Leon memilih lurus di depan mata. Seusai masuk, dia langsung disambut oleh seorang wanita berambut biru dengan pakaian formal.
“Wah? Sepertinya cuaca hari ini memengaruhimu, Penyihir Emas.” Wanita dalam pakaian formal ini baru saja meletakkan teko di atas sebuah meja. “Hangatkan dirimu dengan teh ini.”
“Ide bagus.” Leon menerima, lalu menuju tembok terdekat untuk bersandar.
Ruangan yang lebih sempit, seluas kamar biasa tanpa banyak barang. Itu karena mereka kalah mencolok dengan benda di tengah. Sangat aneh dan tak disangka hal semacam ini menjadi pusat sebuah sekolah.
Sebuah kepala dalam tabung penunjang kehidupan yang kaya akan cairan Mana.
Setelah menyedu teh, ini yang ditanyakan Leon, “Tubuhmu ... masih belum ditemukan, Kepala Sekolah?”
Terjadi pergerakan yang menimbulkan sejumlah gelembung mengambang. “Dorado ... kamu sepertinya ... mengalami kesulitan....” Memang sulit dipercaya. Kepala Sekolah, Hermit Slavz— Kepala dalam tabung benar-benar masih hidup.
Menghabiskan dan mengembalikan cangkir ke meja, Leon berniat mengangkat Hermit demi menekan sebuah tombol. Mengeluarkan kumpulan meja yang terkombinasi seperti kotak, di atasnya penuh akan kertas biografi sejumlah 25.
Barusan dua orang siswi, ‘pustakawan estetik’ dan ‘si rambut unik’ memasuki ruangan. Salah satunya melambai gembira.
“Sepertinya sudah lengkap.” Wanita pemberi teh mengibas rambut panjangnya, diikat kepang pendek hingga cukup anggun. “Bolak-balik istana kerajaan pasti melelahkanmu bukan? Dinginkan dirimu, Page.”
Page Hour mengangguk, rautnya baikan setelah menghargai kebaikan Wakil Kepala Sekolah. “Tidak, ini sudah termasuk tugasku sebagai kaki tangan Pangeran Jermaine.”
‘Si rambut unik’ kegirangan ketika menyadari sesuatu di kumpulan meja, bergerak antusias memungut salah satu biografi dan lompat sekali. “Ooohh!” Dia menunjukkan bagian depan kertas pada Hermit. “Akhirnya Anda menentukan yang terakhir!?”
Wajah itu ... sepertinya kita memang terikat oleh takdir, bocah.
“Oh ya, Page. Hari ini kau bertemu bocah berwajah masam?”
Page Hour geleng-geleng kepala. “Saya sepanjang hari hanya bersama Pangeran.” Helaan napasnya seolah menggambar perasaan ironi di hati, dia resah. “Selama delapan tahun ini, Kekaisaran Refft terus menekan negeri kita dengan diplomasi. Bahkan Duke Grines mulai berani menghidupkan kembali perbudakan....”
“Benar juga ... semenjak Perang Eucliff, raja absen dari masyarakat dan jadilah Fyord yang sekarang. Negeri bebas dimana para penguasa berlaku seenaknya, bahkan negara lain ikut mengusik. Jika saja Anda tidak merekrut saya, entah terjadi apa nantinya....”
“Kamu soalnya ... pilar yang dibutuhkan ... negeri ini...,” ucap Hermit. “Akan ... sangat disayangkan ... jika para generasi muda ... kehilangan fondasi mereka....”
Kerajaan Fyord dalam keadaan tidak beres. Meski sudah damai, nyatanya perang dengan Horoki justru memberi dampak buruk. Insiden tanpa tindak lanjut militer, aksi migrasi ilegal, tempat tinggal tanpa izin dan pelunasan pajak, intinya merubah negeri menjadi tak terkontrol.
Ke mana perginya pangeran dan putri kerajaan lainnya?
‘Si rambut unik’ mengangkat tangan. “Ya, ya~ Aku tadi ketemu anak ini!”
“Seriusan, sekarang ngapain bocah itu?” Leon berpikir kalau Zale Llyod masih sangat kesal dan ingin memaksa keingintahuannya pada seseorang.
“Ah, jangan khawatir Pak. Sepertinya sudah kalem....” Merlin Scdobach mengacungkan jempol dengan mata berbinar, lihat betapa lebar senyumnya. “Mataku banyak membantu~!” Pupil kanannya selalu berubah-ubah menjadi motif beberapa rasi bintang berbeda.
“Baguslah kalau begitu.”
Sekarang menuju masalah utama. Leon memberitahu isi pembicaraannya dengan Zale Llyod mengenai Spectre dan dugaan yang lucunya akurat tentang ‘konspirasi’.
Setidaknya dia berhenti, yang dikhawatirkan Leon menjadi terhindari.
“Begitu ... 'mereka' mulai bergerak....” Kepala Sekolah memunculkan sebuah proyeksi dari matanya, menunjukkan segala sudut sekolah secara mengambang pada hadapan semua orang. “Mau tak mau ... kita harus memulai ... Proyek Pengembangan Irregulars lebih cepat....”
Proyek PengembanganIrregulars... akhirnya. Alasan mengapa aku rela menjadi guru akademi sihir dan meninggalkan istana tidak lain karena— Aku ... akan menjadi pembimbing kalian yang berpotensi menyelesaikan kutukanMagius.
Pada salah satu proyeksi menunjukkan anak berambut abu kebiruan, sendirian dalam perjalanan pulang. Tampilan sebelah terdapat si kepala biru mencolok yang sibuk memperhatikan dadu, dikala menyandar tembok. Tayangan ketiga hanyalah anak bangsawan pirang dengan kegiatan melukisnya di ruang seni.
Hermit Slavz menonaktifkan tayangan, kini melayangkan 25 lembar biografi menuju sisi yang dapat dilihat semua orang. Masing-masing dikelompokkan dalam satu warna berbeda. Merah, biru, hijau, kuning, putih, coklat, ungu, dan hitam. Mereka berasal dari kalangan dan memiliki motif berbeda-beda di sekolah ini.
“Siklus Irregular ... berasal dari bintang yang jatuh seabad sekali ... kekuatan misteriusnya memberikan sejumlah penduduk ... proteksi dari medan netral. Kita sendiri ... belum mengetahui alasan ... apakah ini ulah dewa atau....”
Kebetulan beberapa bulan lagi hitungan akan genap satu abad, semenjak terakhir kali. Bintang yang mereformasi umat manusia ... bahkan sekarang bisa muncul dari faktor genetik— Akan pergi ke mana dunia ini selanjutnya? Hei ... Leyse.
Ketika Hermit sibuk berironis, Page menggeret Merlin agak menjauh dari para orang dewasa, sempat melirik sana-sini. Sebenarnya wanita berambut biru—Fusha Wellington—sadar mereka mencurigakan, ujungnya memilih abai.
“Kamu kepikiran sesuatu?” tanya Merlin yang meninggikan alisnya.
“Aku memerlukan bantuanmu untuk sesuatu.” Setelah meninggikan monocle dengan telunjuk, Page menulis sesuatu di bukunya dan merobek lembar yang sama untuk sahabatnya. “Mata bintang ... bisakah kamu melakukannya?”
Merlin tersentak, tak lama kemudian senyum lebar menggambarkan kepercayaan diri. “Kamu memilih orang jenius yang tepat~! Ahahahahaha.”
Page dan Merlin ke posisi semula, seolah tak terjadi apa-apa.
“Dorado ... juga Nona Fusha ... kita akan mempercepat kegiatan kemah pelatihan ... dalam dua minggu....” Hermit menatap penuh harap empat orang di sini. “Hanya kalian ... satu-satunya yang mengetahui ... kondisiku ... tolong jaga ... rahasia ... aku mengandalkan ... kalian....”
“Ya,” jawab mereka berempat, tidak keras dan tak pelan pula.
****
Di sini adalah rumah Leon Sieger. Tepatnya wilayah perumahan Kota Naval, Kerajaan Fyord. Nampaknya dia tinggal seorang diri. Tempat tinggalnya sendiri cukup terbelakang dari perumahan lain, dari sisi luar.
Di dalam ruang makan, mejanya hanya berisi kopi dan teh, sudah jelas bahwa dia kedatangan seorang tamu. Bersantai di samping perapian hangat.
“Kudengar kau sudah bertemu keponakan kecilku ... bagaimana dengan anak itu, dia bocah yang kurang ajar bukan? Hehehe.” Dia mengusap-usap kepala sambil meringis ala paman-paman yang hobi membanggakan keluarganya.
Dorado mengangkat pundak merasa kewalahan, beberapa kali dipusingkan oleh anak ambisius yang keras kepala . Dia mengerti bocah itu masih bagai telur mentah. Awam terhadap diri dan sekitar.
Hah ... benar-benar hal merepotkan. Baik itu Leon maupun sang tamu, setuju akan hal ini.
“Hahahahahaha.” Pria narsistik dengan rambut perak berantakan dan mata kristal, menutupi wajahnya dan tak tahan untuk ‘terbang’, saking terkekehnya.
Leon garuk-garuk kepala sungkan. “Dasar ... kedua keponakanmu sama-sama membuat kepalaku pusing, mereka pembuat masalah yang hebat!” Cukup satu deheman, situasi menjadi serius. “Pak Tua, baik Eisenwald maupun Pangeran Jermaine sudah memulai pergerakannya.”
Oswald menyedu teh, kemudian meniup dan membersihkan lensa arloji. Rautnya tak seperti narsistik sangar khas lagi. “Begitu....” Dia menjauh dari kursi untuk menuju jendela. Seketika sinar bulan menyinari wajahnya. “Kini giliran bocah itu.”
Tanpa bertanya pun, Oswald tahu keponakan kecilnya diikutsertakan. Dia tahu ini demi menjamin masa depan, sebagai seorang paman sekaligus ayah, sulit membiarkan keluarganya menyelesaikan ketidakbecusan para orang dewasa.
Sulit dipungkiri ... sudah sewajarnya orang tua mengkhawatirkan anaknya.
Menyadari kegelisahan Oswald, Leon meninggalkan kursinya untuk mengambil sesuatu di belakang dapur. Kembali dengan amplop, kertas, dan pena bulu.
Tadinya akan terjadi sesuatu, tapi beginilah reaksi tamunya. “Tidak perlu.” Tangannya direntangkan untuk memperjelas penolakan. Oswald membuka jendela, memandang bintang di langit malam ini. “Anak itu mungkin lebih lemot dari kakaknya, tapi dia punya satu kelebihan yang jarang dimiliki orang lain.”
“….” Leon tidak menyela bicaranya, dia hanya menyedu kopi dengan wajah penasaran.
“Sekarang aku tidak bisa pulang. Aku harus terus berpetualang mencari ‘itu’— Pertikaian dengan Nigel saja sudah membuatku pusing, kenapa harus aku yang repot-repot mencari lubang?”
“Mau bagaimana lagi, Anda terpaksa harus mengemban misi dari Tuan Woven Road. Demi menghancurkan ‘mereka’ dan....” Semakin lama terdiam, makin Leon kesulitan berhenti memikirkan seseorang hingga khawatir. “Leyse ... Nona Claudia— Bagaimana mereka harus membayarnya!?”
Sebelum memburuk, Oswald langsung berinisiatif memberikan tepukan pada pundak. Tanpa kata— Hanya pertemuan mata antar mata yang seolah saling memberi informasi secara terus-menerus.
“Pak Tua....”
Zale, aku sadar anak ini memiliki kecenderungan. Kehilangan Claudia, setelah Leyse membuatmu hanya mempercayai sebuah pilihan adil. Karena pribadimu, mungkin masalah akan selalu mengganggu. Namun, jangan khawatir ... kau hanya perlu mengingat bintang itu.
Saat ini Zale kebetulan juga memandang langit malam. Bersama tiga temannya menikmati sinar bulan dan embusan angin dingin yang damai di atap toko, dia seolah sadar akan sesuatu setelah menyaksikan sebuah bintang.
‘Merasakan’ orang terpentingnya.
“Ooohh, bintang jatuh!” seru Yuba sambil menunjuk.
“Hei, pesuruh. Beritahu aku kenapa harus berharap pada—“
“Apa yang kamu harapkan, Zale?” tanya Chloe dengan senyum bagai malaikat.
Baik dia maupun sang paman, masih memilih hening bersama langit. Memikirkan satu sama lain dan mencoba membayangkan hari esok. Mereka tidak perlu saling bertemu.
Mereka sama-sama menyaksikan kartu bintang sirius, sebuah harapan.
Takkan kubiarkan darah ini kehilangan sinarnya, paman!
Jangan kehilangan sinarmu, Zale!
“Apa ... haha, bocah itu tipe yang tidak butuh orang tua untuk bisa maju. Dia takkan mati.” Oswald mengantungi arloji dan berhenti memandang luar, kembali melihat orang yang dipercayanya. “Bimbinglah dia dengan baik, Leon.”
“Aku janji,” ucap Leon menepuk dada dengan kepalan. “Ini demi wanita itu juga….”
Hari itu Leon tidak bisa melakukan apa pun demi mencegah teman berharganya. Dia membiarkan si cantik perak dalam pakaian musim dingin, tertelan cahaya yang berujung sebuah kekosongan. Hingga sekarang masih terbayang raut pasrah di bawah mata kristal indahnya.
Namanya diteriakkan sekencang-kencangnya bersama rasa penyesalan.
Aku akan menyelamatkanmu!
To be Continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Kuroko-sensei
selama ini aku bayangin rambut chloe itu hitam, salah ya thor?
atau sama kakaknya, rambutnya pirang juga ?
2020-05-25
0