Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor

Seorang anak berambut pirang menghunuskan Rapier tepat di samping wajah seseorang, ujung lancipnya sengaja diarahkan pada tembok. Posisi kepala miring tinggi, lihatlah betapa ia merasa yakin lawannya serendah serangga.

Pemuda yang menjadi target rundungan, hanya bisa pasrah dan gemetar dalam takut.

“Enyahlah, SEKOLAH INI TIDAK MEMBUTUHKAN KUTU SEPERTIMU BERADA DI SEKITAR—“ Matanya makin disipitkan, bersama pancaran energi sihir yang sengaja dikeluarkan, ini memberi kesan mencekam pada atas alisnya. “KAU TAHU KONSEKUENSINYA!?”

Si pemuda langsung terbirit-birit dengan tangisan yang cukup memalukan. Walaupun ada beberapa saksi mata, tak seorang pun di halaman sekolah berani menegur, apalagi berlagak seperti pahlawan.

Setelah menggerutu, si pirang mencabut ujung Rapier, memutar pegangannya agar dapat mendorong bawahan gagang demi proses pemasukan lancipan senjata pada sarung.

Pemuda yang sama. Di waktu, lokasi, dan lawan yang berbeda.

“Berkenan ‘kah saya untuk menyita sejenak waktumu, teman darah biruku?” Kali ini gadis kacamata dengan poni mangkok dan ikat kepang panjang di belakang.

Anak berambut pirang mengiyakan dan bahkan bilang, “Katakan saja harapanmu.” Dia terdengar ramah dan tidak meremehkan lawan bicara seperti sebelumnya, senyum dan gestur hormat ala aristokrat merupakan bukti.

“Terima kasih.” Si gadis mengangkat sedikit kemeja gaunnya yang sepanjang mata kaki, sekaligus mengangguk. “Bisakah Tuan Irving menjadi bagian dari kelompok studiku?” Pandangan sedikit dialihkan, kemungkinan untuk menyembunyikan rona merah di pipi. “K-Karena terkait l-lukisan....”

“Dengan senang hati, Nona.”

Sang gadis pun segera pergi. Di balik, sekilas nampak tetap anggun nan tenang, tapi ada sedikit saat ketika ia menunjukkan sikap melenceng dari etika bangsawan. Mengepal tangan penanda kemenangan bersama raut, bagai penggemar wanita yang baru mendapat tanda tangan idola.

Irving von Reissel. Perbedaan perlakuannya pada orang lain itu seperti kepala dan ekor koin, hanya baik pada sesama bangsawan dan buruk dengan rakyat jelata. Apa ini yang disebut sindrom kesenjangan sosial? Mana ada istilah begitu.

Harusnya Emera kembali dari ekspedisi sekarang.

Hari ini, ketika jam istirahat, Irving dengan lapang dada segera mendorong pintu dua sisi hingga terbuka sepenuhnya. Saat itu juga langsung disambut deretan pelayan pria dan wanita yang saling berhadapan.

Tepat di hadapannya merupakan Kepala Pelayan.

“Selamat kembali, Tuan Muda Irving.”

Posisi kepala si pirang reflek ditinggikan, bibirnya memberi bukti kegembiraan yang baru dirasakan pria ini. “Ohh, Emera! Aku sudah menunggumu.”

Emera, wanita yang menjadi kepala pelayan dengan setelan serba hitam dan hak tinggi, postur serta ciri fisiknya justru membuatnya terlihat seperti laki-laki. “Sebelah sini, mari kita bicarakan di tempat biasa,” ucapnya kalem nan serius.

Bahkan tanpa diperintah, tak satu pun anggota pelayan mencoba mengikuti mereka. Para pembantu tahu bahwa pembicaraan penting antara majikan dan pemimpin mereka tidak boleh diinterupsi sama sekali, selain itu hal ini sudah cukup lumrah.

Atap vila mewah. Secara mengejutkan dipenuhi semak dan pepohonan buah seperti anggur dan ceri. Seolah merupakan sudut favorit, hening dan penuh dedikasi Irving duduk sambil memandang ukiran lencana keluarga besarnya, yang tepat di belakang papan lukis.

Yuba....

Sebelum pulang tadi, Irving sempat mendatangi Yuba yang sendirian di belakang bangunan sekolah. Saat itu si pirang dilanda sebuah kekhawatiran.

“Aku menemukanmu, mantan ... bangsawan.”

Disebut ‘mantan bangsawan’ memang terasa aneh, rasanya seperti bukan bagian dari dunia ini. Yuba mengganggapnya sebuah ironi.

“Hentikan,” respon Yuba dengan senyum palsu bersama mata tertutup. “Kebetulan aku longgar sekarang.” Dia meringis sembari menyangga belakang kepala dengan dua tumpukan jemari. “Ada apa, kawan?”

Sekalipun tahu jabat tangannya ditolak, Irving tidak kepikiran untuk mengeluh. Justru memilih menunduk bersyukur. “Terima kasih karena berteman dengan adikku, aku senang kau tidak ... lebih penting lagi—“ Terangkat kembali, sebuah raut serius ditunjukkan. “Maukah kau membantuku mengatasi Zale Llyod?”

Hening ... bersama embusan angin yang menyapu dedebuan. Akhirnya mereka bertemu mata ke mata, bagaikan reuni dua teman lama.

“Tidak. Zale itu ... sahabat baikku. Seharusnya kau tahu ini, Irving.”

Sayang sekali kita tidak bisa berteman, padahal dengan kemampuanmu aku bisa ... dan....

Mengakhiri renungan, dia menyaksikan lembar foto hitam putih berisi gadis cantik yang tak lain adik perempuannya. Sinar pagi hari sempat menyilaukan bagian wajah.

Irving selalu teringat Chloe kecil yang masih manja. Itu adalah saat-saat paling berharga, saking sayangnya dia sampai mendekatkan foto pada hati. Juga mengumamkan namanya beberapa kali seperti seorang ayah khawatir.

Tak lama kemudian ekspresinya berubah 180 derajat, dia bilang ini setelah mengantongi foto, “Tidak salah lagi, bukan?”

Mengambil kembali cangkir teh yang ditolak sang tuan, Emera memberi Irving secarik surat sambil mengangkat piringan dengan satu tangan. “Ya,” jawabnya formal. “Mereka ingin menemui Tuan di suatu tempat— Saya menentangnya! Mengapa ... dari semua orang, Anda harus mengandalkan tentara bayaran—“

“Justru karena itu. Mengingat posisiku, aku tidak bisa merayap sembarangan seperti tikus di hadapan Dewan Agung.” Irving berdiri, melempar kuas tepat ke wadahnya pada samping papan lukis kosong. “Biarkan penjahat berlaku seperti penjahat. Kau tidak perlu menemaniku, Emera.”

Walaupun Irving merupakan anak seorang Baron, bangsawan tetaplah darah biru.

Sempat tersentak, tapi tidak butuh waktu lama untuk sang pelayan menerima keinginan tuannya. Pasrah dan tak bertanya lebih lanjut.

“Beritahu pelayan lainnya untuk mempersiapkan sebuah ruangan, aku pergi sekarang.”

“Sesuai permintaan Tuan,” respon Emera membungkuk hormat ala pelayan pria, meskipun dia perempuan.

****

Beberapa mil jauh dari Fyodor, si pirang perlu mengarungi jurang kecil demi mencapai daerah lautan gunung. Tengah perjalanan di sebuah hutan, mata Irving menangkap keberadaan pohon palm yang salah satu rantingnya terikat kain merah.

Karena tempat ini cukup dekat dengan Kerajaan Myne, ekosistem sekitar ikut terpengaruh oleh iklim umumnya. Lumayan gersang. Sesekali embusan angin meniup dedebuan dan ranting mati yang melingkar.

Sejujurnya tak seorang pun suka wilayah Tranch Ideale, apalagi Irving.

Bagus. Sudah jauh dari peradaban mumpuni, ditambah kumuh dan tidak higienis— Harusnya kalian datang sendiri, bukannya aku sebagai klien yang mencari. Hah ... ini bodoh sekali, harus cepat selesai.

Merasakan sesuatu menyentuh kulit lehernya, reflek Irving menyampingkan badan dan mengarahkan lancipan Rapier dengan satu tangan, lurus sejajar pundak ke kiri .

Seseorang memutuskan keluar dari akar pohon dengan cara melayang perlahan, hingga seluruh tubuh keluar dari tanah.

“Enyahlah, kau hanya memilih lawan yang salah!” ancam si pirang dengan sombong.

Penembus itu mengangkat lengan pada posisi ditekuk, sama sekali tidak memperlihatkan tanda gentar pada energi maupun ekspresinya. Bisa dibilang cukup santai. “Kalau kau jadi aku, aku takkan berkata seperti itu.”

“HA??”

“Sampai sini saja. Berani gerak sedikit, kau takkan melihat sinar matahari untuk selama-lamanya.”

Cih.

Nampak puas setelah melihat kepatuhan Irving, si penembus berkata, “Bawa uangnya?”

Setelah melirik belakang sedikit, anak bangsawan ini menjentikkan jari. Selang beberapa saat keluar pusaran angin beberapa meter sebelah kanannya, membawa kantong besar penuh akan Feld yang baru dijatuhkan.

Si penembus langsung enyah dari belakang Irving, dia kini menghadapnya secara langsung. “Baiklah, mari kita berbisnis,” ucapnya menyeringai sambil menunjuk belakang dengan jempol. “Ikuti aku.”

...?

Lima meter sebelum mencapai pohon palm dengan kain itu, kulit Irving merasakan gejolak perbenturan sihir yang seolah merespon pada energi sihirnya. Saat ini juga muncul kumpulan tenda dengan api unggun, padahal sebelumnya tak ada apa pun di depan sana.

Lima— Entahlah, mungkin sisanya masih bersembunyi di sekitar. Karena itu Irving tidak mencoba menimbulkan masalah dengan menjaga jarak, setelah meletakkan kantong uang di hadapan mata.

“Jadi kau Leto Spinzalt.”

“Itu benar!” Seusai menurunkan gilingan burung yang baru saja matang, Leto duduk bertongkat lutut dengan satu tangan mengangkat daging.

Sama sepertinya, anak buahnya juga santai-santai saja. Dua di antaranya duduk di dalam tenda, satu berdiri menyandar pohon terdekat, sisanya sibuk mengangkut barang ke gerobak.

Persamaannya, pandangan mereka tak lepas dari sang pendatang.

Hmph, begitu. Jadi bocah ini ... mari lihat tawarannya.

“Kau beruntung kakak! Seperti yang— nom nom— kau lihat, kami sebentar lagi bersiap untuk pergi. Sedikit telat saja ... jejak hantu akan hilang selamanya.” Gigitan terakhirnya cukup besar, barusan dia melempar jauh kayu panjang tipis.

“Aku tidak peduli.” Wajahnya terlihat sangat angkuh. “Kalian ketahuan karena ini.” Dengan mata tajam datar, Irving mengambil dan mengangkat sepucuk surat dengan jempol dan telunjuk.

Mendadak Leto tertawa. “Tidak heran— Ternyata ulah informan cilik itu,” gumamnya. “Uang yang cukup banyak ... oi Yon, katakan padanya peraturan kita!”

Orang yang menyandar pohon adalah Yon. Dari sana dia menjelaskan, “Siap abang! Oke kami, Spectre menerima pekerjaan apa pun selama dibayar. Aku sarankan kau mengikuti aturan main kelompok ini— Pertama dilarang menceritakan transaksi dan perjanjian kerja kita pada orang lain.

Ya kecuali kau bilang dulu kalau ada orang tambahan. Apa pun yang terjadi jangan coba berkhianat, sebagai gantinya kau dan rekanmu akan dalam perlindungan kami. Terakhir, camkan baik-baik ... jika kenyataan sudah di luar kesepakatan, saat itu juga kontrak kerja kita berakhir. Paham?”

Meskipun sampah, tidak diragukan— Profesional.

“Jadi, katakan saja?” ucap Leto yang nampak serius.

“Hmph! Setidaknya kalian meyakinkan,” jawab Irving menyilangkan tangan sambil meninggikan wajah. “Baiklah.”

****

Di luar suatu kelas bangsawan, Akademi Sihir Eisenwald. Satu jam sebelum waktu pulang.

Irving menemui dua orang dengan tampang biasa saja, satu gendut dan satu lagi kurus. Keduanya mengambil beberapa langkah mundur untuk membungkuk hormat.

“Aku mengandalkan kalian.”

“Ya, Tuan Irving!” Mereka menjawab bebarengan.

Salah satu kaki diserong miring demi memberi lengan kanan momentum untuk mengibas jas panjang, bersamaan dengan terlemparnya kumpulan keringat, Irving mengakhiri balikan badan ketika menarik ke depan dua sisi bawah jas putihnya.

Mata menajam dan urat otot dahi mengeras.

Kita akhiri ini untuk selamanya, Zale Llyod!

 

 

 

 

To be Continued....

Terpopuler

Comments

lo ga bahaya to

lo ga bahaya to

ahh... Gw paham gw paham, Kurin-chan adalah tipikal gadis Sundere toh

2021-06-04

0

lo ga bahaya to

lo ga bahaya to

Iblis macam apa yang tega melakukannya? lah, bukannya iblis sering mengambil nyawa orang 😂

2021-06-04

0

lo ga bahaya to

lo ga bahaya to

judul drama sinetron yg, Ternyata orang yang kusuka adalah adiknya musuhku.

2021-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2 Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3 Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4 Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5 Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6 Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7 Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8 Chapter 1.8 : Page Hour
9 Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10 Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11 Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12 Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13 Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14 Chapter 1.14 : Gerakan
15 Chapter 2.1 : Skors
16 Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17 Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18 Chapter 2.4 : Isca Adler
19 Chapter 2.5 : Cipher
20 Chapter 2.6 : Impian
21 Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22 Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23 Chapter 22 : Artemis
24 Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25 Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26 Chapter 25 : Kemah Tes
27 Chapter 26 : Hurricane
28 Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29 Chapter 28 : Salah Langkah
30 Chapter 29 : Keputusan
31 Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32 Chapter 31 : Irregulars
33 Chapter 32 : Hutan Hyena
34 Chapter 33 : Fenrir
35 Chapter 34 : Perpecahan
36 Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37 Chapter 36 : Golem's Cave
38 Chapter 37 : Golem Elemental
39 Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40 Chapter 39 : Surat
41 Chapter 40 : Mengerti
42 Chapter 41 : Gennorder
43 Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44 Chapter 43 : Geist
45 Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46 Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47 Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48 Chapter 47 : Gilbert Erwood
49 Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50 Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51 Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52 Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53 Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54 Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55 Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56 Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57 Chapter 56 : Masalah Sepele
58 Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59 Chapter 58 : Masalah Kurin
60 Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61 Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62 Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63 Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64 Chapter 63 : Cortana+Spectre
65 Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66 Chapter 65 : Pseudo
67 Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68 Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69 Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70 Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71 Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72 Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73 Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74 Chapter 73 : Origin Magic
75 Chapter 74 : Vlad Singularity
76 Chapter 75 : Egon Krantz
77 Chapter 76 : Sangkar Burung
78 Chapter 77 : Dikejar Waktu
79 Chapter 78 : Alasan Bertarung
80 Chapter 79 : Nana Irville
81 Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82 Chapter 81 : Raso Springfield
83 Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84 Chapter 83 : Temperance
85 Chapter 84 : Larangan Bertarung
86 Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87 Chapter 86 : Miki Ingram
88 Chapter 87 : Fanfare
89 Chapter 88 : Foto Memalukan
90 Chapter 89 : Rumah Yuba
91 Chapter 89,5 : Antimatter Card
92 Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93 Chapter 90,5 : Anti Ares
94 Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95 Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96 Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97 Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98 Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99 Chapter 95 : Ares Mode
100 Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101 Chapter 97 : Target Buruan Baru
102 Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103 Chapter 99 : Multi Talenta
104 Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105 Chapter 101 : Amukan Guardian
106 Chapter 102 : Dregul Cursebound
107 Chapter 103 : Mephias
108 Chapter 104 : Bestowal
109 Chapter 105 : Menuju Klimaks
110 Chapter 106 : Sera Jacques
111 Chapter 107 : Makna
112 Perihal Remaster WN Reinheit
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2
Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3
Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4
Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5
Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6
Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7
Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8
Chapter 1.8 : Page Hour
9
Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10
Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11
Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12
Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13
Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14
Chapter 1.14 : Gerakan
15
Chapter 2.1 : Skors
16
Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17
Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18
Chapter 2.4 : Isca Adler
19
Chapter 2.5 : Cipher
20
Chapter 2.6 : Impian
21
Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22
Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23
Chapter 22 : Artemis
24
Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25
Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26
Chapter 25 : Kemah Tes
27
Chapter 26 : Hurricane
28
Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29
Chapter 28 : Salah Langkah
30
Chapter 29 : Keputusan
31
Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32
Chapter 31 : Irregulars
33
Chapter 32 : Hutan Hyena
34
Chapter 33 : Fenrir
35
Chapter 34 : Perpecahan
36
Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37
Chapter 36 : Golem's Cave
38
Chapter 37 : Golem Elemental
39
Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40
Chapter 39 : Surat
41
Chapter 40 : Mengerti
42
Chapter 41 : Gennorder
43
Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44
Chapter 43 : Geist
45
Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46
Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47
Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48
Chapter 47 : Gilbert Erwood
49
Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50
Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51
Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52
Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53
Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54
Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55
Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56
Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57
Chapter 56 : Masalah Sepele
58
Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59
Chapter 58 : Masalah Kurin
60
Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61
Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62
Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63
Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64
Chapter 63 : Cortana+Spectre
65
Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66
Chapter 65 : Pseudo
67
Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68
Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69
Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70
Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71
Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72
Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73
Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74
Chapter 73 : Origin Magic
75
Chapter 74 : Vlad Singularity
76
Chapter 75 : Egon Krantz
77
Chapter 76 : Sangkar Burung
78
Chapter 77 : Dikejar Waktu
79
Chapter 78 : Alasan Bertarung
80
Chapter 79 : Nana Irville
81
Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82
Chapter 81 : Raso Springfield
83
Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84
Chapter 83 : Temperance
85
Chapter 84 : Larangan Bertarung
86
Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87
Chapter 86 : Miki Ingram
88
Chapter 87 : Fanfare
89
Chapter 88 : Foto Memalukan
90
Chapter 89 : Rumah Yuba
91
Chapter 89,5 : Antimatter Card
92
Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93
Chapter 90,5 : Anti Ares
94
Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95
Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96
Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97
Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98
Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99
Chapter 95 : Ares Mode
100
Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101
Chapter 97 : Target Buruan Baru
102
Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103
Chapter 99 : Multi Talenta
104
Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105
Chapter 101 : Amukan Guardian
106
Chapter 102 : Dregul Cursebound
107
Chapter 103 : Mephias
108
Chapter 104 : Bestowal
109
Chapter 105 : Menuju Klimaks
110
Chapter 106 : Sera Jacques
111
Chapter 107 : Makna
112
Perihal Remaster WN Reinheit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!