“Seperti yang kita tahu, Perang Eucliff, perseteruan panjang antara Kerajaan Fyord dan Horoki berakhir pada 13 Maret 1303. Peperangan ini mengakibatkan sejumlah anomali terpecahnya dinding dimensi di berbagai belahan dunia. Peneliti negeri es menyebutnya ‘Keretakan Ley Line’—“
Ugh … mataku, sulit sekali terbuka. Tetaplah pada dirimu, Zale! Tapi … beratnya….
“Psst, psst.”
….
“Psst, Zale.”
Egh??
“Oi.…”
“Ngantuknya, hooaam….”
Sial, aku tidak bisa. Tubuhku melawan, rasanya seperti ditimpa beban berat. Oh ayolah, negakin badan aja sulitnya minta ampun. Jangan sampai tertidur! Mataku harus tetap terbuka!
Ugh….
Aku begini sejak tadi pagi. Padahal biasanya kondisiku selalu bugar dan segar, tidak terganggu oleh kesadaran dunia mimpi. Ini jelas gara-gara gadis egois itu! Berkatnya aku cuma bisa tidur sejam selama dua hari ini.
Terus apa gunanya yang kemarin itu?! Padahal sudah kuberikan kenagan berhargaku. Kupikir setidaknya dia takkan mengganggu terlalu sering, nyatanya tetap saja! Manusia memang tidak semudah itu berubah.
Aaaah harusnya aku tidak bilang dia boleh mengusik hidupku!
Hal ini berlangsung sepanjang jam pelajaran, aku sama sekali tidak bisa mengikutinya. Seakan kantuk membuatku seperti orang tuli dan rabun jauh. Dunia mimpi bersikeras menarikku ke dalam.
Aku tahu ada yang mencoba mengingatkanku, suaranya tidak dapat kukenali.
Benar-benar gawat … aku nggak boleh tidur, jam kedua sekarang waktunya guru fisika menakutkan itu. Ayolah Zale, Pak Tione pasti akan segera sadar!
“Woi ... Zale…!”
Rasanya ingin menoleh padanya. Itu tidak mungkin terjadi, badanku tetap saja enggan mendengar. Aku bertambah malas dan kehilangan niat bergerak.
“Oaaah!?”
Kupingku terasa seperti baru meledak mendengar dan merasakan pukulan keras pada meja ini, membuatku melunjak kaget hingga reflek duduk tegak. Berkat itu jelas sudah siapa sosok di hadapanku sekarang.
Benar. Pria berkacamata muda yang seperti pernah terlibat dunia militer, dengan sinis menatapku sembari bersuara seperti serigala geram. “Zale Llyod!”
“Waduh, tamat sudah dia….”
“Berani banget dia….”
“Si Tione marah tuh….”
Semua gumaman dibuat bungkam mematung sekali tengok Feben Tione.
Mau bagaimana lagi, kini aku terpaksa mendengar seluruh ocehannya mentah-mentah. Kupastikan dia percaya kalau kudengarkan, meski kantuk ini sulit sekali diatasi. Dia bakal tambah marah kalau sampai ketahuan!
“Kamu takkan sukses jika terus malas seperti ini! Harusnya kamu sadar betapa sulitnya orang tuamu menyekolahkanmu, mereka rela banting tulang seharian demi secuil nasi dan ilmumu! Renungkanlah pelanggaranmu hari ini dan berjanjilah untuk tidak mengulanginya lagi, mengerti?”
Anggukan berkali-kali saja yang bisa kulakukan, nada bicara menakutkannya tidak memungkinkanku untuk menjawab. Sama saja bunuh diri jika beneran kujawab.
Aaaaaaaa tolong selamatkan aku, siapa puuuuun!!
****
“Hahahahaha, kasihan banget diomeli Pak Tione sampai jam istirahat. Yah, sisi baiknya kita tidak jadi pelajaran.” Seperti biasa orang ini menjengkelkan, diperparah oleh ulahnya menepuk-nepuk punggungku. “Wa ha ha, eiiii!”
“Hah….”
“Jangan pikirkan itu, Zale. Teman-teman hanya terlalu tegang tadi.”
Ahh malaikatku, Chloeeeeee! Aku baikan!
“Kau benar.”
“Hari ini ada apa kawan?” tanya Yuba yang merangkul pundakku dengan tangan kanannya, dia ada di sebelahku.
Sial bagaimana ini ... nggak mungkin ‘kan kalau kujawab semua ini gara-gara jadi babu cewek menyebalkan. Apa jujur saja? Aduuuh tapi memalukan banget, harga diriku bisa terinjak-injak!
Apa sih yang kupikirkan waktu itu?!
“Kok diam? Jawab dong~! Masa ngantuk lagi, aneh rasanya jika terus merangkul pria yang setengah sadar begini. Aku nggak tertarik dengan sesama jenis.”
Bodoh ‘kah kau?
Hah ... kurasa tak ada pilihan, mau tak mau akan kuberitahu mereka. Akhirnya sampai di rumah! Tempat yang tepat untuk pengakuan memalukan ini.
“Serius? Bwahahahahaha!” Saking terkekehnya, Yuba sampai guling-guling di lantai, memegangi perutnya sambil menepuk-nepuk lantai. “Hahaha, habis … nggak kusangka. Jadi pesuruh? Kau? Bwahahahaha, lucunya!”
Melihatnya saja memperparah kekesalanku, urat otot keningku sampai sekeras ini.
“Hahaha … oke cukup ketawanya.” Kata-katamu berlawanan dengan perilakumu, lihat dirimu yang kesulitan menahan diri itu. “Aku sudah cukup mengerti situasinya. Yah kau tahu, ini nggak sepenuhnya memalukan. Eh tapi benar ‘kan, kau berhasil menarik perhatian si ratu egois. Pencapaian besar tahu!”
Ratu egois?
“Haha, apa pun itu....” Dengan wajah percaya diri ia tunjuk wajahku. “Tokomu kekurangan tenaga ‘kan? Aku akan membantumu! Benar ‘kan Chloe?”
Lengan dan kepalan ringannya saling ditempelkan, tepat di bawah dagu. Mata Chloe berbinar seakan terbakar antusiasme serius. “Mmm! Bekerja sendirian itu rasanya sepi, jika ada teman semuanya akan terasa menyenangkan! Terlalu membebani diri dalam pekerjaan tidaklah baik. Kami bisa membantumu, Zale!”
Kalian ... serius?
“Ya?” Aku ingin memastikannya agar tidak dikira berekspetasi tinggi.
“Kubilang kubantu kau kerja! Sendirian pasti sangat melelahkan bukan?”
“Zale malu dibantu orang lain?” tanya Chloe dengan polos, ia menggenggam ringan dadanya.
T-Tidak— Nggak gitu maksudku....
“Kita ini temanmu lho Zale, kamu tidak sendirian lagi!”
Chloe, sampai sejauh ini demiku— Dia benar ... kalian adalah temanku, sudah seharusnya mengandalkan mereka. Meskipun begitu aku tidak bisa menerimanya.
“Bagaimana dengan gaji? Aku tidak bisa membayar kalian lho! Selain itu, ini bukan urusan kalian. Masalahku ... harus diatasi diriku seorang—”
...!? Terasa sensasi panas pada pipi kiriku, mendorong pergi wajahku hingga meninggalkan rasa syok yang berstimulasi. Aku pun menganga dan terbelalak.
Kupegangi pipi sambil berkata dengan nada tak percaya, “C-Chloe...?”
Yuba panik melambai-lambai kedua telapaknya di sejajar pinggul, mencoba melerai tapi tak berani. Justru dengan muka bodohnya menengok sana dan sini.
Reaksi Chloe mengalami gelombang kejut, terasa seperti ledakan kesadaran. Seketika ia memegangi pipi dan nampak tak percaya. “Aaah aku minta maaf! Aku ... tidak bermaksud....”
Dengan pipi masih terpegang, kupikirkan baik-baik makna sebenarnya dari tindakan dan ucapan Chloe. Aku mengerti niatanmu. Ini terjadi gara-gara harga diriku ... berkat tamparan barusan mataku terbuka.
Aku ini benar-benar tukang mengeluh ya.
“Mulai hari ini panggil aku manajer!” ucapku dengan bersemangat sembari menepuk dada dengan kepalan tangan.
Raut Chloe dan Yuba kini kembali cerah, mereka menunjukkan rasa kejut senang. Saling menatap lalu mengangguk pada satu sama lain.
“Ini baru sahabatku.” Yuba mengacungkan jempolnya dengan bangga.
Senyum Chloe makin menguat, dia meraih tanganku dan mendekapnya bersama jemari hangatnya. “Terima kasih, Zale!”
Aaaaa terlalu dekat! Wajahmu Chloe— Hah ... hah ... tenangkan dirimu, kawan! Kuuuhh!
Memiliki teman itu ternyata tidak buruk juga ya.
****
Hari ini minggu, mereka sudah membantu menjalankan toko selama enam hari. Yuba mengurus stok dan permintaan buku pelanggan, Chloe melayani dan menjelaskan pada orang-orang, juga bersih-bersih interior.
Ingatan sempurna dan keuletan ... benar-benar sangat membantuku.
Tugas terakhir, aku perlu mendata ini. Mari lihat….
“Dua novel, ‘Perjalanan Berlanjut’ dan ‘Serangan Hebat’. Tiga biografi, ‘Sejarah Sihir Kuno’, ‘Sistem Perbudakan di Refft’, serta ‘Mengenal Leon Sieger, Sang Penyihir Emas’. Terakhir cerpen ‘Si Tembus Pandang dan Kota Sunyi’.”
Oke, lengkap. Sekarang hanya perlu menunggu saja.
“Aku mau beli stampel dulu, kalian jagalah tokonya!”
Yuba yang duduk di lantai sibuk menghitung buku di rak kecil, hanya mengangkat lengan setinggi mungkin untuk mengacungkan jempol. Chloe lagi nggak di sini ... mungkin toilet.
Delapan menit kemudian, kini aku dalam perjalanan pulang ke toko. Di saat inilah aku bertemu seseorang yang aneh dalam jubah. Seorang gadis pirang berambut panjang.
Dia menghadang jalanku dengan merentangkan kedua lengan. “Kamu pasti Zale Llyod bukan? Namaku Miki, ada yang ingin kuperingatkan padamu.”
Siapa lagi ini? Seenaknya menghalangi jalan pulang orang ... lagian apaan maksudnya peringatan, bodoh sekali. Dia mungkin orang aneh yang percaya ilmu peramalan. Sayang sekali kau tidak dapat menipuku Nona!
“Aku sedang sibuk, cari orang lain saja.”
Dia tidak menghentikanku, hanya memandang punggung dari kejauhan dengan raut yang entah apa. “Kamu sebaiknya lekas pulang, teman berhargamu dalam bahaya.” Setidaknya ini yang kudengar darinya.
Apa sebenarnya barusan? Yang pasti perkataan orang aneh sulit dicerna, sebaiknya lupakan saja.
“Oh, kita kedatangan pelanggan.” Aku melihat dua pria muda memasuki toko, suara lonceng yang kapan hari kupasang di pintu terdengar nyaring. “Untung tadi kepikiran beli stampel.”
*Clingg*
APA YANG—
Bukannya disambut adegan damai seperti pelanggan pergi ke kasir dan menerima kembalian, justru yang terjadi di luar bayanganku. Salah satu dari dua pria tadi sedang beradu tahan pedang dengan Yuba.
Untuk sekilas pandanganku tertuju hal lain.
Chloe ... Yuba juga?! Apa yang terjadi...?
Yuba yang gigih menahan dengan pedang kecil kebiruan, terlihat sangat marah. “Jangan ... jangan berani kalian menyentuhnya! Chloe adalah teman berhargaku, enyahlah penjahat. Chitochic : Rubble.” Dia berhasil menjauhkan musuh menggunakan satu ledakan gelembung membeku.
“OI!!” seruku murka.
Menyadari keberadaanku Yuba berseru, “ZALE— AWAS!”
Ha?
Orang yang tadinya mencoba menarik paksa Chloe, melepaskannya hingga jatuh terduduk, dalam sekejap ia tenggelam dalam lantai dan muncul secara tiba-tiba di hadapanku.
“Keparat ... aku tidak tahu siapa kalian, kau membuatku marah!” Langsung saja kucoba menonjok perutnya. “APA?!” Seranganku menembus begitu saja seperti memukul angin. “Cih, trik murahan. Bagaimana dengan ini!”
Lagi ... seranganku hanya menembusnya!
Bahkan kombo dua pukulan berlapis Takedown. Suatu ketika posisi kami terbalik lagi, aku membelakangi pintu dan dia dalam proses melancarkan tonjokan memutar. Tentu saja aku berinisiatif memblokade dengan punggung lenganku.
Ia menembus lagi dan berhasil mendaratkan pukulan telak pada pipiku, melemparku keluar bersama pintu toko yang loncengnya jatuh ke atas perut. Aku sadar kalau telah mengejutkan orang sekitar, barusan terlihat histeris berlarian.
...?! Hah?? Aku masih berdiri, dan pintunya ... utuh?!
“Aduduh, tidak secepat itu Bung. Fiuh ... barusan gawat juga.”
Sihir si rambut jingkrak itu?! Dia memperbaiki pintunya dalam sekejap dan mengangkatku kemari tanpa kusadari?!
Ini buruk. Selain tak mengetahui sihir apa yang dimiliki si jingkrak, aku tidak bisa menolong Chloe selama Yuba masih dihalangi temannya. Haruskah memanggil bantuan prajurit kerajaan? Tidak bisa, kemungkinan aku takkan dibiarkan pergi!
Sial ... di saat seperti ini, aku hanya bisa menonton tanpa melakukan apa pun!
Yuba dan teman si jingkrak beradu hantaman pedang kembar, masing-masing terdorong mundur, lalu maju menghindari serangan satu sama lain.
“String ... jangan, bisa-bisa tokonya—“
“Lihat ke mana kau?!” Si musuh yang muncul di belakang Yuba, mencoba menggores pundaknya.
Si aneh cepat-cepat berbalik, menerima ayunan bilah kecil dengan pedang berukuran sedang. Karena saking telatnya reaksinya, alhasil dia terseret dorong mundur hingga tiba di dekatku.
“CHLOE!!” seruku bersamanya.
Si rambut jingkrak jongkok di hadapannya. “Mari ... sekarang kau mengerti ‘kan? Cukup biarkan dirimu tertangkap agar teman-temanmu bisa bebas. Ayo ... AYO...!”
“T-Tidak....” Chloe yang ketakutan hanya bisa mundur perlahan seperti laba-laba. Menggerakkan bokong, tangan, dan kaki yang agak selonjor ke depan untuk memudahkan prosesnya. “Jangan mendekat!”
Aaaaaaaaa!
“SIHIRMU ... GUNAKAN SIHIRMU CHLOEEEEE!!”
M-Mengapa...? Dia menggeleng kepala— Tidak mau menggunakannya?!
Tadinya Yuba mau maju, tapi dalam hitungan detik terhalangi rekan si rambut jingkrak bermata sipit itu.
Sial ... apa yang harus kulakukan....
Barusan terdengar suara lonceng, langkah kaki terdengar mendekat dan terasa sebuah tangan menjauhkanku dari jalannya dengan halus. “Itu tidak diperlukan.”
S-Siapa…? Pakaian itu— Dan ... Monocle, dia ‘kan?!
Seketika para penjahat dipaksa menghantam lantai, mereka seolah ditimpa beban raksasa tak terlihat, melepaskan diri ... apalagi bergerak saja tidak bisa. Ini seperti sebuah tarikan paksa dari gravitasi.
“S-Senior?! Apa yang ... apa yang Page Hour lakukan di siniiiiii?!”
“Makasih senior!” Mengambil kesempatan, Yuba segera lari ke arah Chloe dan membawanya kemari. “Kamu baik-baik saja, Chloe??” tanyanya bernada panik.
Chloe mengangguk-angguk cepat beberapa kali.
“Kita bertemu kembali, Leto Spinzalt dan Rocko dari Spectre.”
Spectre...? Hantu— Ohhh! Apakah itulah alasan mengapa aku tidak bisa menyerang si jingkrak?!
“Kamu sebaiknya lekas pulang, orang berhargamu dalam bahaya.”
Orang yang menghalangiku tadi ... jadi ini maksud dari ucapannya! Bagaimana dia— Lebih penting lagi, aku tidak bisa berasumsi tentang mereka tanpa bukti!
“Cih, kau lagi anjing kerajaan!” Orang bernama Leto ini perlahan mundur mendekati temannya, si botak.
“Kita pergi, Leto! Dia belum mengetahui tujuan kita kemari!”
Lirikan mataku secara cepat tertuju hal di sampingku, begitu mengejutkan hingga membuatku putus asa meneriakkan namanya.
“TENANG ZALE, CHLOE BAIK-BAIK SAJA!” seru Yuba yang barusan menangkap kedua pundak Madonna. “Dia hanya pingsan.”
Ah— Syukurlah....
Terdengar suara seperti kaca pecah, termasuk kejadian nyatanya pada Leto dan Yon. Mereka retak terpecah hingga berserakan dan detik kemudian hilang tanpa jejak.
“MEREKA ... KABUR!” Kedipan mata kemudian, tahu-tahu kini aku terbaring di atas pecahan pintu dan tertindih sebuah lonceng.
HA—HAAAAAAAAA?? SIHIR WAKTU...? ILUSI...? BONGKAR PASANG??
Aku pun duduk dengan satu kaki berdiri ditekuk dan sebelahnya selonjor lurus. “Aaaaaa aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi!” seruku menghantam pintu hingga retak.
****
Sudah dipastikan kalau Leto dan Yon benar-benar pergi. Kini aku bicara empat mata dengan senior Page di antara dua rak yang roboh, Yuba ada di kamarku untuk menjaga Chloe.
“Senior ini ... sebenarnya siapa?”
Dia mengangkat monocle-nya satu jari, meletakkan lengan di depan perut untuk menyangga buku terbukanya. Dia sibuk menuliskan sesuatu. “Kamu tidak perlu tahu. Lebih penting lagi ... sebaiknya lupakan kejadian hari ini, jika kamu tak ingin kehilangan kedamaian.”
Jangan bercanda ... JANGAN BERCANDA! APA HAKMU MELARANGKU UNTUK TAHU?!
“OI, JANGAN KABUR!!”
Ketika aku menyerukan itu, tangannya sudah menyentuh dan membuka setengah pintu toko. Dia sedikit membalikkan tubuh atasnya ke arahku sambil menunjukkan sesuatu. “Ngomong-ngomong, terima kasih buku ‘Kegembiraan Surgawi’-nya. Aku harap kamu tetap bahagia....”
“TUNGUUUUU!!” Aku cepat-cepat lari dan mencoba meraihnya dengan tangan, tapi sayang sekali pintu sudah tutup duluan. “Menghilang...?”
Insiden delapan tahun lalu ... lalu kedatangan Leto dan Yon untuk menculik Chloe, juga soal Page Hour....
“Apa tanpa kusadari, terjadi sebuah konspirasi di negeri ini...?”
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ashidart
Wuaaah, aku masih terkagum-kagum sama diksi author yang nyatu sama POV-1. Pola penyampaiannya sudah jadi ciri khas author nih.
2020-11-25
1