Rabu, 16 Juni 1315 Kalender Arcadia.
“Kalian dengar? Hari ini katanya kita kedatangan guru baru lho.”
“Heeeh, benarkah Yuba?” jawab Chloe yang menggenggam telapaknya sendiri.
Guru baru ‘kah....
Saat ini kami berjalan menuju kelas, kemudian aku mendapati rumor ini di lorong.
“Aku mendengarnya dari senior kenalanku. Sayang dia nggak ngasih bocoran.” Yuba menghela kecewa, tapi ekspresinya cerah kembali.
“Begitu ya, aku tidak sabar menantikannya.” Wah~ Pagi-pagi begini disuguhi kesenangan surgawi seperti ini, seperti biasa senyumannya sangat menyejukkan hati.
Kira-kira orangnya seperti apa?
Aku terus memikirkannya ketika duduk di bangku, rasa penasaran ini cukup mengangguku. Bagaimana tidak? Guru baru berarti ada seseorang yang digantikan, seingatku di Eisenwald sudah cukup banyak.
Kenapa baru sekarang?
Seseorang masuk. Pak Fredrick, sekarang bukan jam pelajarannya. Jadi kurasa dia yang mau memperkenalkan orang baru itu.
“Selamat pagi anak-anak.” Dari barang bawaannya, sudah pasti dia cuma sebentar. “Kalian pasti sudah mendengar soal guru baru ‘kan?”
“Ya!” jawab kami semua.
“Untuk sementara Bu Fiona tidak bisa mengajar kelas sejarah, beliau mengambil cuti untuk kehamilannya. Mulai hari ini guru baru akan menggantikannya.” Pak Fredrick menoleh ke arah pintu. “Silakan masuk, Pak.”
Oh ya, kalau tidak salahdia pernah cerita di kelas minggu lalu. Ternyata beneran sudah nikah, kukira Bu Fiona masih sekitar 20 tahunan. Kelihatan muda banget—
Tunggu— Ha? HAAAA??
“Mustahil!?”
“Ehhh beneran!?”
“Dia ‘kan….”
A-a-apa?! Orang itu … dia ‘kan?! Sulit dipercaya, penyihir emas Dorado! Pahlawanku! Eh— Eh?? Kenapa, kenapa?
“Uwooh~! Lihat Zale! Leon Sieger yang asli!” Bahkan tanpa kau beritahu, aku sudah kaget duluan Yuba. “Hebat!! Kuuuh~! Untung banget!”
Leon Sieger, dijuluki penyihir emas atau disebut Dorado. Archamagus yang mewakili negara ini, Kerajaan Fyord. Seperti julukannya, segala jenis sihirnya selalu berwarna emas. Dia sebenarnya penyihir elemental.
Delapan tahun ... itu waktu yang lama dan cukup untuk mengubah rupa seseorang, dia memang kelihatan lebih tua— Namun, tidak salah lagi orang ini sungguhan.
Apa ini? Jantungku berdetak kencang! Kedatangan tiba-tibanya membuatku sangat senang, ooohhh! Nggak tahan!
“Baik, itu saja yang bapak sampaikan. Silakan ambil alih Pak. Aku undur diri dulu, gunakanlah kesempatan ini dengan baik!” Sebelum keluar Pak Fredrick sempat melirik padaku.
Kujawab dengan anggukan, lalu senyum penuh semangat.
Beliau terlihat menghela lega, tangannya pada hati. Seolah seluruh kekhawatirannya musnah setelah sadar akan sesuatu. Pak Fredrick meninggalkan kelas dengan puas, dia pasti sadar kalau aku sudah mendapatkan teman.
Kini seisi kelas hening. Tanpa gerakan gerakan maupun percobaan bicara, semua orang tegang sekarang. Itu karena ... dialah guru barunya! Siapa yang tidak gugup kedatangan idola satu negara ini?
“Apa-apaan wajah tegang itu? Santailah~!” Gaya bicara kasual agak nggak biasanya, dihiasi gerik mengangkat bahu. “Tunggu apa lagi, aku tahu kalian punya segudang pertanyaan padaku— Ayo jangan ragu-ragu!” Oh, dia melihatku. Tersenyum lebar sembari melambai tangan.
Karena ucapannya itu, tanpa ragu orang-orang saling berdesakan untuk menghadap langsung Dorado. Mata mereka berbinar, penuh rasa penasaran, dan sebagainya.
Ini sulit dipercaya. Aku makin yakin, memasuki sekolah ini sama sekali tidak sia-sia! Tadinya aku ingin di Loenheir. Biaya di sana terlalu mahal dan terlihat bukan tempat untuk rakyat jelata pas-pasan sepertiku.
Di sini memang ramah biaya, tapi tesnya kelewat berat! Uhh ... waktu itu aku hampir saja kehilangan masa depanku.
“Oi, oi pelan-pelan!” seru Dorado yang mencoba menjauhkan.
“Hei, hei Pak! Bapak umurnya berapa?”
“Udah nikah atau belum Pak?”
“Rumahnya di mana??”
“Hebaaaat! Dorado sungguhan ada di depan mataku.”
“Beritahu kami Dorado~!” seru mereka berbarengan.
Haha, sepertinya hari ini dia akan sangat kerepotan. Mungkin lain kali saja pertanyaannya. Kuamati saja dari sini dan melihat bagaimana caranya mengatasi kami, soalnya dia bisa di sini berarti dipercaya punya kemampuan mengajar dong.
Ini membuatku terganggu, jelas tidak mungkin dia jadi guru begitu saja karena ingin. Belum ada berita apa pun soal pengunduran dirinya sebagai Archmagus atau duta besar negara. Yang berarti....
****
Akhirnya waktu istirahat! Whoa, sebelum itu— toilet. Keadaan darurat!
“Maaf, kalian duluan aja ke kantinnya. Mau ke toilet!” Aku langsung keluar kelas.
Uhhh, untung toiletnya dekat! Minggir, minggir. Jangan halangi pintu masuknya!
Fiuh~ Aman. Tadi pagi aku kebanyakan minum air, sialnya nggak bisa keluar gara-gara guru menakutkan itu. Feben Tione tidak membiarkan bergerak selama jam pelajarannya, dia iblis!
“HEI YANG DI SANA! Dilarang berisik di dalam kelas!”
“Yuba Octavius Greissman! Dari kemarin kelakuanmu sama saja, JANGAN TIDUR SAAT PELAJARAN!”
Hiii! Sudahlah, dibayangkan saja sudah sangat mengerikan.
Sekarang tinggal cuci tangan. Di suatu saat toilet paling ujung terbuka, ternyata yang keluar adalah....
“Oh? Yo, bocah.” Dia adalah Leon, baru saja melambaikan tangan. “Di sini kau rupanya!”
Aaaaaa—
Saking mendadaknya aku terbeku di tempat.
“Hahahahaha, apa-apaan wajah bodoh itu!” Dia tertawa lepas sampai membungkuk menepuk lututnya sendiri. “Sama sekali tidak berubah ya, bocah.”
“Kau masih mengingatku?
“Tentu saja! Memangnya dari belahan dunia mana lagi aku menemukan orang paling cerewet dan ribet sepertimu, saking lucunya kau masuk ke daftar orang aneh di daftarku~!” Cengirannya bikin kesal, apalagi acungan jempol itu.
“Cerewet dan ribet— Tunggu ... jangan mempermainkanku ya Pak Guru, begini-begini orang gagal ini berkembang!”
“He ... menarik, sepertinya keberanian itu perlu dipastikan.” Leon mengarahkan jempolnya ke atas, ketika membelakangiku. “Ikut aku, kita lanjutkan di atap.”
Akhirnya tiba saat bicara empat mata dengannya! Sangat banyak yang ingin kukatakan pada orang aneh ini, dan....
“Jadilah lebih kuat, bocah. Dunia akan kedatangan rookie yang luar biasa!”
Soal hal nggak bertanggung jawab itu juga, kenapa kau tidak datang lagi? Apa yang terjadi dan siapa sebenarnya pemimpin perampok itu?
“Tapi ya bocah, aku tahu kau senang bertemu kembali denganku. Bicaramu nggak punya sopan santun sama sekali.” Aku tahu dia mencoba menggodaku.
Berisik, mau bagaimana lagi ‘kan!
****
Atap sekolah. Tidak ada untungnya berada di sini. Bukan lokasi yang dikatakan surgawi atau apa pun itu, dijamin orang akan merasa malas. Tempat ini biasanya digunakan senior eskul invensi untuk mengetes barangnya.
Saking banyaknya membuat tempat ini menjadi sangat dingin.
“Begitu ya. Jadi Takedown ‘kah ... bukan pemikiran yang buruk, kau setidaknya sama berotaknya seperti Leyse. Cuma masalahnya satu.”
Dari cara bicaranya, kemungkinan dia sudah memahami garis besar kemampuanku. Jangan salah dulu! Tentu saja sudah kupikirkan dengan baik. Berkali-kali aku merasakan ledakan dan pukulan, kurasa sejak awal fisikku memang bagus. Makanya aku memilih sihir itu.
Demi membuktikannya, kurentangkan lengan kanan ke samping bawah. “Aku tahu apa yang ingin kau katakan, Dorado. Lihat saja ini!” Perlahan kukepalkan lalu membiarkan energi sihir melapisinya seperti zirah.
Nampak tertarik, tanpa mengatakan apa pun dia merentangkan tangannya ke depan. Membuka telapak seolah memberi isyarat kalau akan menerima apa pun dengan itu.
Jangan salahkan aku jika sampai patah!
“Valkrya Shock!”
Terjadi fenomena penyebaran tekanan angin yang begitu besar, dentuman berisiknya cukup menggetarkan tanah dan sekitar. Dorado hanya menggunakan pusaran angin emas kecil, diterima seolah bukan apa-apa.
Aku memang tidak berharap banyak. “Haha bagaimana??”
Dia memasang muka datar. “Apanya yang ‘haha bagaimana’, saking menyedihkannya aku tidak tahu harus tertawa atau iba melihatnya. Payah banget kontrolmu.”
“Aku tahu itu! Ini memang bukan kekuatan penuh, nggak salah lagi banyak yang kusalurkan. Entah mengapa tiba-tiba menurun seperti balon kempes setelah mendarat ke seseorang— Hei tapi sudah bagus ‘kan, jadi kau tidak perlu—“
...!?
D-Dia menamparku ... kenapa??
Matanya menunjukkan kekecewaan dan rasa kesal yang sulit ditampung “Bocah payah, lagi-lagi mencoba menipu diri sendiri?”
Menipu diri sendiri— Apa maksudnya....
“Kau kehilangan keberanian! Aha sudah kudengar lho, empat hari lalu terjadi perseteruan dengan anak bangsawan itu ‘kan? Di situ kau berpikir ‘tak peduli meski ledakan menyakitimu’. Benar bukan?”
Sulit untuk mengelaknya, maka dari itu aku langsung mengangguk.
“Mungkin kau bisa berpikiran nekat, tapi tubuhmu terlalu takut merasakan sakit yang sama seperti trauma, makanya dia reflek menahan diri agar ototmu tidak keram! Ini gara-gara ketidakbecusanmu mengontrol Mana berlimpah!”
Ternyata benar. Mana-ku memang berlimpah. Paman, bibi, kakak, Kiza mengatakan hal yang sama, jadi ... gara-gara ini sihir kartuku selalu meledak dan ototku keram setelah menggunakan Takedown?!
Pedang bermata dua!
“JADI APA YANG HARUS KULAKUKAN?!” seruku lantang dengan mengarahkan kedua telapak terbuka ke atas, seperti mau menutup, tapi tertahan kekuatan otot.
Napas tidak tenang, keringat mulai bercucuran, dan pikiranku ke mana-mana. Kesal merasakan dilema bodoh yang pada akhirnya berujung pada kesalahan diri sendiri. Aku sangat bingung!
Diawali embusan angin hening dan dihiasi penyinaran matahari, Dorado kini nampak sangat keren di hadapanku. Dia mengarahkan telunjuk padaku. “Bocah, ini adalah titik awalmu! Perlahan perubahan menyelimutimu dan dunia bahkan mau mengakuimu, aku ... yang akan membuatmu bersinar!”
Mendadak udara mengguyur dan menggetarkanku. Mataku terbelalak, ludah tertelan berat menandakan ketegangan, keringat turun dari kening, dan paling terpenting adalah ... jatung yang berdebar-debar.
A-Aku...? Dilatih oleh ... Dorado...? Aku, aku, aku!
Saking senangnya aku tidak dapat menahan senyum penuh semangat, apalagi tangan gemetar dan bulu kuduk berdiri ini.
Rasanya menjadi bersih kembali.
“Sebagai syaratnya, hmm gimana ya ... ah.” Dorado menunjukkan angka ‘satu’ dari jarinya. “Kuasailah sebuah kartu.”
Kuasai ... sebuah kartu.
Dorado kini berada di sampingku, kami saling berlawanan arah hadapan. “Ada apa, tidak bisa?” tanyanya dengan nada sedikit ejek sembari menyentuh pundak kananku.
Heh ... haha. Hahaha hahahahahaha!
Kujauhkan tangannya, mendahuluinya menuju arah tangga lantai bawah. Aku pun berbalik dan menghadiahinya sebuah tunjukan. “SIAPA TAKUT, KUTERIMA TANTANGANMU! Dalam tiga tahun akan kubuktikan....” Hawa dingin meraba, lalu mengguyurku dan dia. “Puncak pasti bisa kuraih!”
Leon menyeringai dan garuk-garuk kepala, seolah menyambut energiku dengan rasa ketidaksabaran.
Ini adalah garis start-ku!
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
*Ephixna Neesama* >>>[Cieciel]
Vento Aureo.
Pernah dengar di Jojo. Itu cuman referensi??
2021-03-29
2
Dimas Pettigrew
Aaaaah... Guru barunya famous!!
2020-08-11
2
Galih Gates
ah, aku baru sadar, Dorado ini seperti All Might dan Zale itu Midoriya :v
2020-07-02
16