Chapter 2.5 : Cipher

“Jadi, kita mau ke mana?”

Sebenarnya, tanpa bertanya pun tujuan sudah hampir di depan mata. Menurutnya. Ingatan Irving menayangkan jurang panjang dan sebuah perkemahan. Bukankah ini pemandangan yang familiar?

Kurang meyakinkan karena di sini terlalu gelap.

Setelah merasakan efek guncang memijak tanah, merinding punggung seolah memperingatkan agar tidak mundur tanpa berbalik. Dorongan udara yang terasa dari bawah juga penyebabnya.

Ini belum sepenuhnya malam. Jika aku memang di tempat itu, satu-satunya yang dapat terpikirkan adalah ... kota.

Yang diinginkan Irving sekarang bukanlah memperoleh penglihatan, tapi sebuah penanda. Tidak diragukan lagi ini adalah tempat pertemuannya dengan Spectre tempo lalu.

Kain pada salah satu dahan pohon waktu itu, sepertinya juga bagian dari ilusi.

“Untuk apa kau membawaku ke sarang penyakit seperti Pruis? Jangan pikir bisa membawaku begitu saja—  Berhenti sekarang juga!” Padahal detik lalu seperti boneka mati yang hanya bisa mengiyakan, nyali dari ucapan ini memberinya kemampuan untuk berhenti.

Isca Adler justru terus melangkah. “Jika memang tahu, ngapain terus ikut?” katanya dengan nada mengesalkan.

Menggemeretakkan gigi, tanpa pikir panjang si bangsawan pirang angkat kaki.

“Benar, larilah!” Mengangkat pundak dengan remeh, ia lanjut, “Lakukan sepuasnya hingga ke ujung dunia! Palingan, kamu nggak peduli aku akan membeberkan rahasia busuk pamanmu pada dunia.” Isca berbalik demi melambai sambil tersenyum licik. “Katakan selamat tinggal—“

“....” Perlahan langkah diberhentikan. Disengaja atau tidak, sebuah tekanan baru saja menyertai kedua kakinya. Meskipun perkataan tadi belum terlalu jelas, Irving tidak mengira wajahnya akan terasa segelap ini. “Apa ... katamu tadi?”

Belum ada sedetik, Isca sudah tepat di belakang dan kini mendekatkan bibir ke kuping. “Aib Nigel vi Boreas itu....”

Terdengar suara tamparan keras. Bahkan Isca dibuat kaget.

“... Hentikan....”

Seusai meraba sekitar mulut, kepala Isca memiring. “Nggak kedengaran tuh.”

Paman Nigel memiliki ... aib?

Pertanyaan tenang itu berimbas sebuah ketegangan. Kedua lengan Irving gemetar hebat dan kepalannya seakan siap melesat kapan pun, tapi yang paling mencolok adalah ... ungkapan panik.

“Hentikan.”

Ha...?

“Ternyata masih cukup tenang, kamu.” Gadis pendek ini memungut sesuatu di tanah, bahkan kelihatan tidak keberatan melakukannya. “Makanya tetap diam dan ikut denganku ke Pruis! Di sana ada teman seperjuanganmu menunggu. ”

Perjalanan pun berlanjut, dimana perlawanan telah tiada. Sekali lagi.

****

Masih sore.

“Ini adalah tempat yang ditelantarkan kerajaan. Tiap luaran Horoki dan Myne dilapisi penghalang untuk mencegah tabrakan iklim, tapi badai pasir negeri gersang itu terlanjur meliputi Pruis. Jika jauh-jauh dariku nanti tersesat lho.”

“....”

Paman ... aib??

Sekitar dan masalahnya bukan menjadi perhatian Irving saat ini. Seolah otak menciut, pandangan menjadi sempit dan hanya memperlihatkan satu fokus pikiran. Bahkan tidak merasakan benturan pundak orang berjubah yang lewat.

Isca tahu keadaannya, tapi memilih membiarkan. “Heh, menyedihkan. Segitu takutnya ‘kah dirimu rahasia Nigel terbeber?” Dia berhenti sebentar demi melihat sebuah arah. “Kamu memang tahu sesuatu?” ungkapnya menyepelekan, bertujuan menjatuhkan.

Berisik...! Harusnya aku tahu paman tidak seperti itu— Namun, mengapa kekhawatiran sulit pergi dari hatiku?! Ada apa dengan....

Mereka sudah jalan sekitar dua jam. Dengan pemandangan yang sulit dikenali ini, tanpa disadari malam pun telah terjadi.

Isca nampak kesusahan. Tak lama kemudian ia menemukan tujuan, sebagai permulaan menggiring Irving yang masih ‘melamun’ dengan sentuhan di pundak.

Mereka belok menuju suatu ruang kecil, di antara dua bangunan samar. Di depan terlihat pemuda berkacamata menyandar tembok jalan buntu, wajahnya menyaksikan langit.

Kemungkinan dialah ‘rekan’ yang disinggung sebelumnya.

Karena merupakan korban, tentu dia tidak senang ketika pengontrolnya datang. Namun, ia terkejut melihat seseorang bersamanya. “Kau … sama sepertiku?”

Entah bagaimana itu berhasil memecah lamunan si pirang. Bersama mata sayu, tapi memiliki keingintahuan, memilih menyaksikan teman seperjuangannya. “Jika kubilang ya, kau mau apa?”

“T-tidak, tak ada….”

Isca Adler mendekatkan keduanya bagaikan sepasang boneka, merangkul pundak mereka dari belakang. Ia berhenti memegang setelah berekspresi sinis. “Berbahagialah. Mulai hari ini dia dan kamu adalah sesama kudaku, Enze Caedric.”

Sementara itu, di sebuah daratan lurus aneh yang menjadi penghubung Kerajaan Fyord dan Myne, terdapat sekumpulan orang berkuda dengan jubah. Beberapa wajah nampak dan sisanya tidak.

Masing-masing membawa obor.

“Ahhh … padahal di Myne sudah sangat panas, kenapa harus lewat sini!? UDAH MALAM LAGI! HEI! Aku mau rebahaaaan~! ‘Kan bisa naik kereta uap! Hei, hei Sara.”

“Ya ampun. Claris, kita ini ya ... menjalani permintaan yang hebat banget, KELAS S LHO! Padahal kemarin kau begitu ngotot untuk ikut— Malahan ini adalah ujian yang kuperlukan untuk menjadi petualang hebat!”

“Diam! Aku tidak mau mendengar itu dari orang berniat pamer pada temannya!”

Jangan ngaco. Pikiran ini datang dari wanita bernama Sara.

Kira-kira rombongan berjumlah enam orang. Satu agak jauh dari barisan, dua lainnya sibuk ngobrol. Sara berada tepat di depan dua anak yang bertengkar tadi.

Sebelum bicara dia menyedu rokok pipa yang antik. Kudanya dipandu dengan pecutan santai. “Apanya yang Kelas S— Benar-benar nggak pernah belajar ya … semenjak anak coklat berkacamata tampan itu pergi, kelakuan kalian makin tak terkontrol. Ini adalah terakhir kalinya aku mengikutsertakan kalian.”

Debat berhenti dan mereka pun sama-sama mendekatkan wajah ke Sara, bereaksi ‘heh??’ seperti anak kecil.

Menghentikan mereka, kuda milik pria yang menyendiri tadi mempercepat lajunya. Merentangkan tangan untuk mendorong ringan. “Sudah cukup, bocah-bocah nakal! Nona Sara sudah berbaik hati mengajak kalian menjalani permintaan Duke Provinsi Ideale yang agung, ingatlah nyawa kalian juga jadi taruhannya! Ngerti tidak sih?”

Pada akhirnya mau diam, meski saling membuang muka sambil menyilang tangan dan enggan mendekati satu sama lain.

“Terima kasih, Faust.” Wanita berambut pendek coklat dan perokok ini, menunjukkan senyum kecil rupa poker face-nya.

“Tidak~ Apa pun rela kulakukan demimu, Sara~!” Pria botak ini pipinya memerah, ia terlihat begitu gembira.

“Benda yang kita antar adalah sebuah Hollocaust, Duke Ohart menginginkan ini tiba ke rumahnya sebelum lusa. Pruis itu sarangnya orang mencurigakan. Jadi siapkan diri kalian dan jangan biarkan ‘pusaka keluarga’ klien disentuh oleh siapa pun!”

Hal serupa ternyata dipikirkan seseorang dari gang itu. Barusan Isca Adler menjelaskan ada benda yang ingin dicarinya.

“Kira-kira sebentar lagi gerombolan berkuda akan datang dari Selat Morrowind. Mereka berjumlah enam orang, salah satunya monster terkuat ke-5 di dunia sihir ini.”

“Ap— Jangan bilang itu serikat….” Enze, ‘rekan’ yang juga korban pengontrolan seperti Irving nampak ketakutan.

Melihat reaksi berlebihannya, Irving yang anehnya tenang-tenang saja mengatakan, “Serikat nomer satu, Cipher.”

Dari mana ketenangan itu berasal? Sikap dan ekspresi sangat berbeda dari beberapa waktu lalu, seolah ini adalah hasil dari mengetahui ada korban lain seperti dirinya. Begitu-begitu dia mengaku masih tidak lupa.

Pikirannya.

Aku hanya perlu kembali ke etik. Aku ada di sini, jadi hanya diriku yang bisa melindungi reputasi Boreas! Enze Caedric ini ... dia bisa digunakan. Namun, hal terpenting adalah wanita itu.

Cara Isca berpenampilan memang cukup unik, di mata anak yang mencintai pamannya ini mengganggap dia adalah pemilik darah biru. Pertanyaannya dari bangsawan mana?

Paling mudah yaitu menelaah sisi keluarga besarnya sendiri. Di tempat pertama, Boreas adalah bangsawan terkemuka di Fyord yang memiliki empat keluarga cabang. Dua di antaranya adalah Fortier dan Reissel.

Tidak mungkin mencurigai adiknya sendiri, alhasil dia memutuskan akan bertanya pada bibinya yang dari Fortier setelah bebas. Karena suatu firasat Irving yakin bisa lepas dalam waktu dekat.

Orang itu mengenal banyak wajah, setidaknya bisa memberiku sebuah gambaran. Yang perlu dipikirkan sekarang....

Perhatian memang perlu kembali ke sang manipulator, jika tidak dia bisa curiga.

“Benar, itu adalah tempat pengguna Aegis nomer satu dan suami seorang Archmagus negara bernaung. Barang bawaan merekalah yang harus kalian rebut. Apa … benda satu itu cukup unik, jadi mungkin akan ada penyergapan dari kelompok lain.”

“Jangan gila, kau menyuruh dua orang saja berurusan dengan mereka?!”

Isca terkekeh ringan, kemudian mengangkat kedua bahu. “Justru itulah mengapa kalian harus melakukannya sekarang. Kenapa tidak coba manfaatkan sebagai umpan? Pasti akan terambil tanpa seorang pun sadar.”

Hmm....

“Katakan padaku, memangnya mau apa kau dengan itu? Apa isi dan untungnya bagiku?” tanya Irving agak agresif.

“Untungnya bagimu? Hah, tentu saja tidak ada!” Isca mendekati Irving, mendorong-dorong keningnya dengan telunjuk, kemudian menjitak dan menyeringai. “Pion hanya perlu berlaku seperti pion.” Perkataan ini cukup menekan.

“Cih,” ungkap Irving sempat memegangi keningnya dikala memalingkan wajah.

“Aku membutuhkan itu untuk bertukar informasi dengan seseorang, aku tidak peduli apa akibatnya melepaskan benda kecil bodoh tersebut. Jadi, pastikan tidak tergores.”

Ucapannya tidak jelas sekali. Kenapa tidak gunakan saja metode penyiksaan seperti yang kau lakukan padaku tadi?

Tidak ada gunanya berkeliaran di malam hari dengan badai pasir, maka gang tempat berkumpul ini dijadikan perkemahan. Isca Adler menggunakan sihir pengontrol untuk membuat Irving dan Enze membuat lingkungan istirahat yang baik.

Selesai dalam 7 menit. Perapian dan tiga kain hangat saja yang bisa digunakan.

Sementara Isca meninggalkan mereka untuk menyendiri di atas atap, Enze sibuk mengeruk tanah seperti merobeknya dengan tangan kosong. Kayu perapian pun dilempar ke dalam dan dalam hitungan proses api berhasil tercipta.

Meskipun sebuah gang, langit-langit di sini sepanjang dan setinggi dua bangunan yang menghimpit. Satu-satunya akses hanyalah depan.

“Ah, kamu tidak perlu mengkhawatirkan soal badai pasir. Aku sudah menghalanginya dengan sihir.”

“Hmph.” Irving tidak terlihat menyukai ‘teman seperjuangannya’.

Menilai dari cara berpakaiannya, yakni kemeja pendek yang sedikit rusak dan celana coklat, di mata pejuang darah biru itu Enze hanyalah seorang rakyat jelata. Percuma dan tidak penting mencoba bicara.

Irving memang enggan bicara dengannya, tapi dia kepikiran menanyakan ini, “Wanita itu ... sebenarnya siapa?” Dengan nada menekan.

Tentu ini tidak datang secara tiba-tiba, Irving mengira Enze sudah cukup lama dengan Isca, melihat dari caranya merespon tadi.

Enze tidak tahu penyebab reaksi rekannya, alhasil sikap pesimis tercipta. “Aku tidak tahu. Sebelum ini terjadi aku hanyalah seorang pedagang di Kronin, tak punya keluarga dan rumah untuk pulang.”

“Kronin, maksudmu organisasi dagang di Ibukota Myne?”

Enze mengangguk-angguk, nampak senang sedikit.

Jadi penilaianku salah.

Irving berdehem dan memperbaiki posturnya, seolah ingin intropeksi diri. Dia pun mulai menatap mata Enze, juga berhenti terlihat seperti orang rasis.

Sebenarnya ini hasil belajar dari masa lalu.

“Lanjutkan.”

Enze memang bingung dengan sikap baru Irving, meski begitu dia tetap mengangguk. Kali ini ekspresinya lebih ringan. “Suatu hari, ketika aku sibuk mengangkut barang dari karavan, mendadak dunia dan sekitarnya seperti dihentikan waktunya. Di saat itulah wanita itu datang.”

....

“Kamu tahu apa yang dikatakannya, ketika menyebut alasan menjadikanku pion?”

“... Itu....”

“Mengapa harus begini? Karena kamu ini ‘titik keanehan’.” Irving masih ingat betul perkataan Isca pagi tadi, dia juga mengatakannya saat ini.

“Eh? Bukan tahu.”

Apa...?

Suatu atap, masih pada kota yang sama, ada seorang gadis duduk pada ujung depannya dengan kaki terlentang di atas ketinggian. Mengenakan rok coklat bergaris putih dan hitam, sweater agak ketat yang dirangkap jaket. Rambut pirang sepanjang bahu, dimana belakangnya dikepang pelintir.

Sambil mengawasi sebuah gang, perhatiannya tertuju pada dadu di genggaman jari dan jempol. “Baiklah, akan Miki lakukan.” Ternyata alat komunikasi. Dia menonaktifkan sambungan setelah menekan angka satu.

Miki menggenggam erat dadu dan menutup matanya. Namun, bukan kegelapanlah yang terlihat, tapi sebuah pemandangan bebas dari badai pasir pada suatu gang beratap. Dapat disaksikan bahwa ada dua pemuda. Satu berkacamata, satu lagi berambut pirang dengan pakaian mewah.

Keduanya terlihat seperti ada perbedaan pengetahuan.

Enze Caedric dan temannya senior, Irving von Reissel. Lalu....

Kini penglihatan Miki berubah, menunjukkan wanita pirang yang sendirian di atas atap gang tadi. Mengejutkan karena tak satu pun pasir berada di sekitarnya. Kesimpulan paling masuk akal adalah sihir, tapi ini diluar pemahaman.

Senior menginginkanku mengawasi gerak-gerik wanita bernama Isca Adler itu, tapi juga tidak mengabaikan temannya. Sesuai dugaan senior aku benar-benar menyebarkan beberapa dadu di sana. Apakah ... takkan ketahuan?

Kembali ke dua pemuda tadi. Enze mengaku bahwa justru karena hal lainlah dia diinginkan Void Galaxy, Irving merasa seperti orang bodoh setelah mengatakan soal ‘titik keanehan’.

Namun, ini bukan alasan untuk marah.

“Aku mengerti, sudah cukup.” Irving yang masih bingung, pindah posisi duduk menuju pojokan bersama kain hangat. Ia bungkus seluruh tubuh, kecuali kepala, jongkok dengan bokong di tanah dan merangkul lutut untuk dijadikan sandaran dagu. “Selamat malam.”

“S-Selamat malam....” Enze juga ikut membungkus diri, cuma tidak pergi dari hadapan api unggun.

Keheningan pun terjadi. Sudah berada di dunia sendiri, mungkin.

“Eh? Bukan tahu. Isca mengontrolku hanya karena sihirku. Aku ini ...penyihir ruang, segalanya dapat terbelah hanya dengan tangan ini. Kamu sudah lihat tadi ‘kan? Itulah Hades, substitute-ku.”

Irving menggenggam erat dada, kepalanya dibiarkan menyangga tembok. Sedang mata menyaksikan langit.

Titik keanehan. Jadi benar bahwa aku ditarget secara khusus. Justru mengapa baru melakukannya sekarang?

“Hah....”

Aku harus kabur.

Miki bukanlah satu-satunya pengamat di sini. Ada orang lain, jauh dari jarak terdekat pengawasan secara umum. Pria dewasa bertopeng dengan setelan aristokrat yang serasi. Dia meletakkan satu kaki di atas tumpuan dan tangan sebagai pemfokus arah pandangan.

“Ada tikus lain ... tapi abaikan saja.” Meski tidak bisa melihat langsung, orang ini tahu posisi Isca Adler berada tepat di arah pandangannya. “Jadi, siapa titik keanehannya?”

 

 

 

 

To be Continued….

Terpopuler

Comments

lo ga bahaya to

lo ga bahaya to

Donat nya bang, satunya 2000 rupiah

2021-06-23

1

lo ga bahaya to

lo ga bahaya to

saat pagi cerah seperti biasanya

canda ria tak ada resah

namun melihat benda ajaib melayang( gak ada:v)

Namun seketika....

Duar!!!!

2021-06-23

1

Ashidart

Ashidart

Hanger Man wkwkw

2020-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2 Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3 Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4 Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5 Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6 Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7 Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8 Chapter 1.8 : Page Hour
9 Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10 Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11 Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12 Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13 Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14 Chapter 1.14 : Gerakan
15 Chapter 2.1 : Skors
16 Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17 Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18 Chapter 2.4 : Isca Adler
19 Chapter 2.5 : Cipher
20 Chapter 2.6 : Impian
21 Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22 Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23 Chapter 22 : Artemis
24 Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25 Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26 Chapter 25 : Kemah Tes
27 Chapter 26 : Hurricane
28 Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29 Chapter 28 : Salah Langkah
30 Chapter 29 : Keputusan
31 Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32 Chapter 31 : Irregulars
33 Chapter 32 : Hutan Hyena
34 Chapter 33 : Fenrir
35 Chapter 34 : Perpecahan
36 Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37 Chapter 36 : Golem's Cave
38 Chapter 37 : Golem Elemental
39 Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40 Chapter 39 : Surat
41 Chapter 40 : Mengerti
42 Chapter 41 : Gennorder
43 Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44 Chapter 43 : Geist
45 Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46 Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47 Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48 Chapter 47 : Gilbert Erwood
49 Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50 Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51 Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52 Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53 Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54 Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55 Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56 Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57 Chapter 56 : Masalah Sepele
58 Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59 Chapter 58 : Masalah Kurin
60 Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61 Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62 Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63 Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64 Chapter 63 : Cortana+Spectre
65 Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66 Chapter 65 : Pseudo
67 Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68 Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69 Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70 Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71 Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72 Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73 Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74 Chapter 73 : Origin Magic
75 Chapter 74 : Vlad Singularity
76 Chapter 75 : Egon Krantz
77 Chapter 76 : Sangkar Burung
78 Chapter 77 : Dikejar Waktu
79 Chapter 78 : Alasan Bertarung
80 Chapter 79 : Nana Irville
81 Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82 Chapter 81 : Raso Springfield
83 Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84 Chapter 83 : Temperance
85 Chapter 84 : Larangan Bertarung
86 Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87 Chapter 86 : Miki Ingram
88 Chapter 87 : Fanfare
89 Chapter 88 : Foto Memalukan
90 Chapter 89 : Rumah Yuba
91 Chapter 89,5 : Antimatter Card
92 Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93 Chapter 90,5 : Anti Ares
94 Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95 Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96 Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97 Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98 Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99 Chapter 95 : Ares Mode
100 Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101 Chapter 97 : Target Buruan Baru
102 Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103 Chapter 99 : Multi Talenta
104 Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105 Chapter 101 : Amukan Guardian
106 Chapter 102 : Dregul Cursebound
107 Chapter 103 : Mephias
108 Chapter 104 : Bestowal
109 Chapter 105 : Menuju Klimaks
110 Chapter 106 : Sera Jacques
111 Chapter 107 : Makna
112 Perihal Remaster WN Reinheit
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2
Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3
Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4
Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5
Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6
Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7
Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8
Chapter 1.8 : Page Hour
9
Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10
Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11
Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12
Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13
Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14
Chapter 1.14 : Gerakan
15
Chapter 2.1 : Skors
16
Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17
Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18
Chapter 2.4 : Isca Adler
19
Chapter 2.5 : Cipher
20
Chapter 2.6 : Impian
21
Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22
Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23
Chapter 22 : Artemis
24
Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25
Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26
Chapter 25 : Kemah Tes
27
Chapter 26 : Hurricane
28
Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29
Chapter 28 : Salah Langkah
30
Chapter 29 : Keputusan
31
Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32
Chapter 31 : Irregulars
33
Chapter 32 : Hutan Hyena
34
Chapter 33 : Fenrir
35
Chapter 34 : Perpecahan
36
Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37
Chapter 36 : Golem's Cave
38
Chapter 37 : Golem Elemental
39
Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40
Chapter 39 : Surat
41
Chapter 40 : Mengerti
42
Chapter 41 : Gennorder
43
Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44
Chapter 43 : Geist
45
Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46
Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47
Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48
Chapter 47 : Gilbert Erwood
49
Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50
Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51
Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52
Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53
Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54
Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55
Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56
Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57
Chapter 56 : Masalah Sepele
58
Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59
Chapter 58 : Masalah Kurin
60
Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61
Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62
Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63
Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64
Chapter 63 : Cortana+Spectre
65
Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66
Chapter 65 : Pseudo
67
Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68
Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69
Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70
Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71
Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72
Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73
Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74
Chapter 73 : Origin Magic
75
Chapter 74 : Vlad Singularity
76
Chapter 75 : Egon Krantz
77
Chapter 76 : Sangkar Burung
78
Chapter 77 : Dikejar Waktu
79
Chapter 78 : Alasan Bertarung
80
Chapter 79 : Nana Irville
81
Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82
Chapter 81 : Raso Springfield
83
Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84
Chapter 83 : Temperance
85
Chapter 84 : Larangan Bertarung
86
Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87
Chapter 86 : Miki Ingram
88
Chapter 87 : Fanfare
89
Chapter 88 : Foto Memalukan
90
Chapter 89 : Rumah Yuba
91
Chapter 89,5 : Antimatter Card
92
Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93
Chapter 90,5 : Anti Ares
94
Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95
Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96
Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97
Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98
Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99
Chapter 95 : Ares Mode
100
Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101
Chapter 97 : Target Buruan Baru
102
Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103
Chapter 99 : Multi Talenta
104
Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105
Chapter 101 : Amukan Guardian
106
Chapter 102 : Dregul Cursebound
107
Chapter 103 : Mephias
108
Chapter 104 : Bestowal
109
Chapter 105 : Menuju Klimaks
110
Chapter 106 : Sera Jacques
111
Chapter 107 : Makna
112
Perihal Remaster WN Reinheit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!