“Horyaah!”
Melompati ayunan kapak merah raksasa dari pundak musuh seperti kodok, Yuba mendorong keluar pisau energi dari lengan baju untuk dilempar menuju pukul tiga.
Saat itu sejajar seorang gadis kepang dua merah, sinar matahari mengungkap kumpulan benang terkait padanya. “Hei!” seru Yuba kasual.
Menggeser leher menghindar lalu mengerahkan tusukan memutar lurus, tanpa melihat Kurin Ashbell mengukir mantra pada mata pisau. “Berisik, urusin sendiri duh!”
“Gadis kecil ini ... sihir yang menyusahkan,” ujar Leto Spinzalt yang baru selesai lompat mundur. Berdiri tegak, sekilas mencoba memprediksi apa dan ke mana Yuba mau melakukan serangan.
Lalu kenapa malah beneran kamu kasih?
Sambil menyeringai si biru menarik itu kembali, di saat posisinya jongkok seperti usai mendarat. Dengan cepat melompat bagai meluncur dari pegas, mengganggu postur Yon Rocko lalu memutar tubuh agar dapat menyayat secara horizontal.
Sayangnya Yon hentikan secara reflek dengan kapaknya. Wajah orang ini seolah mengatakan ‘dapat kau’.
Yuba membuat dirinya tertarik benang di punggungnya ke belakang, kemudian melancarkan Chitochic Barrage, lontaran puluhan bola energi di udara. Tidak menyianyiakan kesempatan distraksi, Yuba melempar lagi pisau ke suatu arah.
Diam-diam menciptakan bumerang ketika mengerem jongkok.
Hmm?
Mata si biru menangkap berkumpulnya pusaran angin hitam di lokasi pertarungan Zale Llyod dan Irving von Reissel. Begitu pekat nan jahat, bersentuhan kulit saja cukup memberi perasaan tidak enak.
Bukan keselamatan Zale yang membuatnya khawatir, tapi....
“Apa sih diam-diam, emangnya kau lihat ke mana!?” Yon memperpanjang jangkauan kapak merahnya sejarak bisa membelah si biru kapan saja, mata kiri orang ini melihat arah lain dan saat bersamaan menciptakan senjata serupa pada pundak satunya.
“...?! Takkan kubiarkan!” Setelah dua ayunan, bumerang dari energi sihir pun Yuba lempar berlawanan arah pisau tadi. “Strangle Mine.”
“Cih.” Yon kesal karena kedua kakinya terjerat benang dari bawah tanah, sehingga tak bisa menghentikan laju bumerang.
“Hehe.”
Sementara ketika bumerang sibuk membelokkan arah lesatan pisau berkait benang, Kurin hingga saat ini masih mencoba mengukir Rune pada Leto. Tidak ada penyihir selain dia yang bisa menangani sihir merepotkan itu di sini.
“Keras kepala sekali!”
“Kau mungkin punya cara mengatasi Forsake-ku, tapi terlalu lambat!” Menghilang ditelan bumi, seperti penampakan hantu Leto mengetuk pundak lawannya, lalu memberi tonjokan pada wajah. “Bisa di mana pun, kapan pun....”
Keeeehhh!
“Hantu tak tersentuh!”
Kurin memang terpental, untungnya dampak tabrakan ia kurangi dengan mengukir syarat pada punggung dan dinding sebelah sana, sehingga hanya terasa seperti trampolin.
Pukulan tadi memang tidak keras, sekelas itu cukup membuatnya mimisan.
Sial ... aku nggak suka ini, tapi dia benar. Pengalaman dan ‘sentuhan’ sihirnya berada di level berbeda— Aaaaa bodoh sekali! Aku hanya perlu lebih mendesak!
Awalnya memang berniat melakukan gerakan, berulang kali bumerang yang membelokkan lesatan pisau terus menarik perhatian. Berkat itu dia jadi kepikiran apa tujuan Yuba.
Hening tanpa gerakan seolah melupakan musuh, mata terus mengikuti ke mana pun benang membentuk dan menyatu. “Hei kepala biru!”
Penuh harapan, Yuba menoleh. Tidak ada kata-kata— Hanya kompilasi anggukan.
“Kamu ini lagi ngapain sih??”
Eh?
Nyengir tak karuan, posisi berdirinya sampai jatuh sedikit miring. “Haha— BELAKANGMU!”
Hmm...??
“G-Gawat...! Ngh—“ Entah bagaimana si kuncir dua merah mampu menahan serangan dadakan Yon Rocko. “Libera : Boudica.” Yang dipakainya sebagai pelapis Estoc adalah mineral korondum, dimana cukup setara pukulan balok baja.
“He ... tidak buruk.” Yon monoleh arah lain tanpa lengah. “Abang! Biar aku yang hadapi penyihir Rune ini, bukankah terdengar seperti solusi win win?”
Yuba tersentak baru sadar bahwa orang yang kakinya tadi terjebak, ternyata hanya sebuah kebohongan. Baru saja berserakan bagai serpih kaca.
“Ah— Aduuh ... barusan rental terakhir.”
Rental terakhir?
“Ya....”
“...?!”
Sangat mencekam hingga membuat mual, tekanan intimidasi besar begitu membebani dan terasa menakutkan ketika dua Mana saling berdekatan, seiring dia timbul dari tanah bagai hantu.
Dampak utama terjadi pada sentuhan pertama. “Cukup main-mainnya, kau akan kusingkirkan.”
Daripada sepenuhnya memperhatikan, meskipun berkeringat deras dan sulit bergerak, salah satu mata Yuba selalu mencari ke mana perginya pisau lempar.
Pertaruhan beresiko— Harus kulakukan, jika tidak ... alur akan sulit dimengerti!
Secara nekat, dia menarik diri ke atas dengan bantuan benang. Ketika di udara mata cepat-cepat mengidentifikasi tiap titik untai, lalu menarik semuanya sambil meneriakkan, “Ashbell! Gunakan Spinctum— Apa pun itu!”
“HA?”
Bagaimana dia tahu nama teknikku?
“LAKUKAN SAJA!”
Tampak tak ikhlas memang sudah biasa, meskipun begitu Kurin memutuskan begitu saja. “Jangan salahin aku kalau salah!” Telunjuk ia lilitkan pada jari tengah, hingga tanda segel Abrenas Sign bercahaya pada pegangan pisau. “Libera Spinctum : Novario.”
Seketika terbentuk pusaran kumpulan benang yang menyatu, dimana lubang hitam sebagai pusat, menarik para pelayan dan anak buah Spectre—termasuk Yon—tersisa secara instan. Mereka terjerat bagai pita kado ulang tahun.
Tidak masalah Leto tidak ikut tersapu, Yuba tahu memang tak ada gunanya.
Setelah mendengar suara jentikkan, Yuba menuntun bumerang yang sedari tadi berkeliaran agar berputar-putar tepat di atas mereka, secara vertikal.
“Strangle....” Sambil mempererat tarikan benang, si biru memperbesar ukuran senjatanya. “Apa, aku hanya akan memotong aliran sihir kalian— Dismiss!”
Seperti baru ada aura biru yang terbelah jadi dua, terjadi ledakan energi sihir hebat hingga cukup membingungkan kemampuan sensorik dan identifikasi penyihir di sini sementara waktu.
Saat yang sama pagar outdoor lantai dua vila Reissel, dihancur tembuskan oleh bor pusaran angin hitam. Si pelaku mendorong korbannya hingga menghantam dekat lokasi pengaktifan Strangle Dismiss.
“Zale?!”
Tebak apa yang lebih buruk lagi? Benar, kedatangan penggerebekan pasukan kerajaan dimulai dari pintu gerbang.
“JANGAN BERGERAK, AMANKAN MEREKA KALIAN SEMUA!!”
“BERHENTIII!!”
Apa— Pasukan kerajaan katamu?!
Ini benar-benar di luar dugaan Yuba.
“Haah ... begini lagi,” keluh Yon yang masih terjerat di antara kumpulan orang pingsan.
Di tengah situasi segenting ini, di dekat Yon secara kasual Leto mengatakan, “Kontrak berakhir.” Dia melihat Irving yang bingung baru menyingkir dari atas Zale. “Tidak ada keluhan ‘kan?”
Leto Spinzalt beserta para kaki tangannya menghilang tanpa jejak, ditandai perpecahan kaca besar. Segala kekacauan tak bersisa seolah tidak pernah terjadi sejak awal.
Meninggalkan kumpulan pelayan yang bengong dekat pintu masuk vila. Anehnya hasil pertarungan dua orang di sana justru tidak hilang, membekas apa adanya.
Kita ternyata termakan jebakan mereka— Ini gawat sekali....
Kejadian tadi berlangsung cepat sehingga para ksatria tidak sadar keberadaan Spectre, mereka pun hanya mengamankan para pelayannya Irving, termasuk dia sendiri dan tiga anak lain.
Kerusakan jelas bukan sekelas pertengkaran normal antar remaja. Di sisi lain mereka juga mendapat keuntungan, dengan absennya musuh berbahaya yang perlu dilakukan hanyalah menemukan alasan tepat.
Masalahnya, bagaimana?
“O— Ooh ... i-inimah gara-gara eksperimen— Benar, benar! Y-ya ‘kan Ashbell??”
H-hei! Kenapa kamu bertingkah seolah ini bukan urusanmu— Jangan berbalik! Beneran gawat nih.
Pemimpin pasukan mengernyitkan dahi sambil menyilangkan tangan dan menghentakkan kaki, dalam hitungan detik tangannya akan sampai ke lokasi sarung pedang. Di hadapannya lewat beberapa prajurit, salah satunya membawa Zale yang tak sadarkan diri.
Namun, sebelum hal makin runyam seseorang datang menyanggah.
“Itu benar, Tuan Kapten.” Si penyanggah memberi hormat kebangsawanan. “Tolong maafkan ketidaksopananku, saya adalah tuan tanah ini sekaligus ahli waris Baron Reissel dari keluarga besar Boreas.” Sulit mempercayai melihatnya begitu bersikeras. “Izinkan saya mengambil tanggung jawab.”
I-Irving, kau....
Melihat keberaniannya, Yuba Octavius Greissman mendadak teringat suatu kejadian masa lalu. Meskipun enggan, kenangan itu memaksa tampil di benak. Dia melindungi teman pirangnya dari ayunan kapak di tengah kebakaran hebat.
Dia masih ingat betul betapa marahnya si pirang tersebut, bahkan bekas luka di punggungnya terasa sakit lagi.
Kenapa aku mengingatnya?
Merasa janggal, tapi masih menjaga etika, Kurin menyela, “Yakin sekali dirimu.” Barusan ia menyarungkan Estoc secara elegan, mengibas kepangnya. “Asal kamu tahu, aku tidak butuh belas kasihan.”
“Hmph, sejak awal ini masalah yang kuciptakan sendiri.” Menoleh arah Zale, pandangan ia tinggikan dan menatap penuh hina. “Tentu saja aku tidak boleh mempermalukan nama keluargaku lebih lanjut lagi.”
“Apa ... sadar ternyata,” respon Kurin dengan nada menyinggung.
Tentu bilang begitu saja tidak cukup untuk menjelaskan semua ini, makanya sang Kapten menepuk wajah dan geleng-geleng. “Apa pun itu, perusakan properti adalah perusakan. Setelah cukup mengamati, kupikir ini hanya pertengkaran di tengah diskusi kelompok, jadi ... keputusan sanksi kuserahkan pihak sekolah.”
Memang di luar harapan, dengan begini setidaknya Yuba bisa bernapas lega. Kurin mengangkat pundak bertingkah seolah dia yang merasa direpotkan, sambil menghela napas.
“Sekarang, ikut dengan kami Irving von Reissel.” Lalu Kapten melihat Yuba dan Kurin. “Kalian berdua cepat pulang sana!”
Beberapa menit setelah kepergian beberapa prajurit bersama Irving, barulah Yuba melakukan gerakan setelah selesai mengamati bagian forensik.
“Mau ke mana kamu?” tanya si gadis labil dengan penuh curiga, seolah sedang mempertimbangkan apakah dia lawan atau bukan.
Kenapa tidak menjawab? Karena ada yang disembunyikan. Percaya atau tidak, ketika Yuba berjalan pergi dan menunjukkan punggung saja, rautnya menjadi tegang.
Namun, ketenangan lebih mendominasi.
Hingga akhir, Kurin terus memperhatikan Yuba Octavius Greissman. Lalu tak lama setelahnya memutuskan pergi ke dekat Zale Llyod, jongkok di depan orang yang sibuk memeriksanya.
Setelah sekian lama, kelihatannya ini saat yang tepat untuk kembali menghubungi mereka. Walaupun lebih cepat dari perkiraanku.
Yuba sepenuhnya lenyap dari lokasi.
****
Kota Pelajar— Lebih tepat jika disebut versi kecil Kekaisaran Iberia. Loenheir merupakan kota besar khusus pendidikan, penelitian, apa pun yang berbau pengetahuan.
Seharusnya begitu.
Semenjak Eisenwald berdiri, fungsinya sedikit berubah. Kini sering digunakan sebagai tempat perundingan orang penting, setiap tahunnya juga diadakan beberapa seminar.
Kini, di dekat pintu masuk akademi sihir seseorang dalam jubah lalu-lalang, kamuflase di antara lautan manusia. Sejenak berhenti untuk melihat kehebohan tiga orang.
Pria muda berambut abu-abu dan gadis pirang pendek berdebat di hadapan wanita jangkung ber-singlet hitam.
“Aku menentangnya!” seru si pirang yang menyilang tangan, memalingkan wajah bersama kecemberutan. “Jangan dengarkan si bodoh itu, Sara! Halah palingan cuma pamer seperti biasa. Ehem!” Dia sombong dan percaya diri sekali. “Mending ikut sertakan Claris yang hebat ini! Lumayan ‘kan biar nggak malu-maluin lagi.”
Kejadian jelas dijadikan tontonan siswa yang lewat. Meskipun sadar akan itu, si wanita jangkung cuek saja dan memilih menyulut pipa dengan api. Ini memang sama sekali tidak menyenangkan.
“Apanya yang malu-maluin, bukankah itu kau!? Pilih aku saja Sara!” Si abu-abu meninggikan lengan rompinya, mengumpulkan angin di sekitar pergelangan untuk menciptakan Hand Crossbow beramunisi tekanan udara. “Masa lupa diriku sangat kuat?” Dia menunjuk diri dengan jempol.
Mereka sudah terlalu jauh. Kepala dua anak bermasalah itu perlu diremas, lalu dengan paksa dibawa pergi. Meski mau bagaimana pun dampak memalukan takkan hilang.
“Itu saja yang ingin dikatakan?” Si wanita jangkung melepaskan mereka, berbalik lalu pergi begitu saja sambil melambai. “Kalau begitu sampai jumpa—“
“Tunggu, tunggu, tunggu!” seru dua anak itu bersamaan memegangi jemari kurus Sara, mereka sama sekali enggan membiarkannya pergi.
Menyudahi tontonan, orang berjubah masuk ke dalam kegelapan gang terdekat. Mengabaikan sinar mentari yang sembarangan dan belok beberapa sudut belakang kumpulan barisan bangunan ini.
Sampai buntu ditemukan. Di situ dia ada dua orang yang juga berjubah, seolah sejak awal di sana karena memang menunggu. Salah satu mendesak siku temannya seperti mengingatkan.
“Tadi aku sedikit tersesat, senang melihatmu masih di sini Tuan Justice.” Dia membuka tudungnya, ternyata selama ini dia adalah Leto Spinzalt, bos kelompok tentara bayaran bernama Spectre. “Hmm lihat ini ... kau juga di situ, The Hanged Man.” Sekarang nadanya meremehkan.
Mengangkat bahu, The Hanged Man merespon, “Omong kosong. Hari ini aku tidak ada urusan denganmu, Tuan Justice ingin memberitahumu sesuatu.” Meskipun ikut melepas tudung, dia masih memiliki topeng pada wajah.
“Isca Adler telah kembali,” ucap Justice terdengar lembut yang memiliki kesan seperti playboy. “Fufu, aku ada tugas untuk kalian. Ini datang langsung dari organisasi.”
Gadis kecil itu?? Heimlich pernah disulitkan oleh ‘malaikat kerdil’ dengan kemampuan setara dewa sihir, dia adalah parasit yang selalu menggerogoti kinerja organisasi. Makanya kita sempat vakum delapan tahun tepat setelah hilangnya Leyse Llyod?
“Jika ‘dia’ neraka, maka gadis kecil itu utusan surga?” The Hanged Man merogoh sesuatu dari kantongnya, sebuah arloji antik dengan logo dadu yang tengahnya ada panah. “Sekarang waktuku untuk kembali.”
Sekilas walau terlalu gelap karena tudung, kedua sisi bibirnya meninggi. Memberi kesan ngeri untuk alasan tertentu. “Itu benar.” Justice memberi mereka sesuatu. “Akan kuberitahu rencanaku....”
Sementara itu di kota tertentu, berseberangan dengan Fyodor. Sosok siluet pendek melangkah mengitari gang kecil agak gelap dan berantakan, berapit barisan perumahan tiap tiga meter.
Dia menunjukkan senyum dingin agak kejam, yang bisa membuat merinding siapa pun. Menyaksikan secarik foto hitam putih pria pirang, wajahnya tersamar sinar matahari dari celah tertentu.
Si gadis mencurigakan menyaksikan langit dan bergumam, “Sebentar lagi aku akan menemukanmu, Tuan ‘titik keanehan’.”
To be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ashidart
Jejak jejak jejak
2020-12-02
1
Septiano Personnes Estimata
Yuba Will be like:
Ughh... This damn couple again.
2020-06-17
0