Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut

Karavan mendadak direm, ditandai tukikan kuda yang cukup lantang. Wajah sang delman kelihatan pucat dan dia mengigil ketakutan. Berulang kali aksi mundur ke balakangnya terhalang tempat duduk sehingga kelamaan membeku di situ.

Jelas kami bertanya-tanya.

“Bapak saja yang memeriksa, menetaplah.” Pak Fredrick segera turun tanpa menunggu jawaban, kulihat dia memutar dan kini tengah berjalan di balik situ.

Nggak kelihatan ... ada siapa sih di depan?

“Ah, bandit.” Yuba duluan yang menyahut, meskipun aku dan Kurin juga sama-sama melihat. “Pak guru berencana membereskan mereka sendiri?” Aku setuju dengan keraguanmu.

“Tua bangka begitu,” ungkap Kurin.

Hei, ‘kan nggak perlu bilang sekeras itu! Meskipun pengajar dari sebuah akademi sihir, mau dilihat dari manapun— Takkan kubiarkan!

Aku dan lainnya turun bersama, cepat-cepat menuju depan kuda.

“Hmm? Orang tua, menambah bocah sekali pun tidak menjamin kemenanganmu— Oh! Gadis muda itu ... kayaknya lumayan jika kita jual di Lied. Paras dan tubuhmu— Tidak diragukan lagi kau akan jadi barang populer!”

Hah? Barang katamu, apa—

“Lied??” tanya Kurin dengan nada jijik, bercampur kesal.

“Itu nama pusat pelelangan budak di Kekaisaran Refft. Jika suatu hari kalian ada urusan ke negeri tersebut, usahakan untuk tidak ke wilayah pinggirannya. Sekali pun.” Pak guru merentangkan lengan kanan, menghalangi kami. “Sekarang, mundurlah.”

“Tapi Pak—“ Tadinya aku ingin lebih protes, setelah melihat itu aku....

Dia memegang pundakku, juga melihat dua anak lainnya. “Percayalah.” Entah kenapa ucapan Pak Fredrick barusan terdengar sangat meyakinkan.

Baik aku, Yuba, dan Kurin seolah kehilangan cara untuk mengelak. Kami mundur bersamaan dan melihat satu sama lain.

“Mari kita percaya.”

“Yuba....” Benar, ini bukan waktunya mencoba meremehkan orang lain. “Ya,” jawabku penuh keyakinan. Sengaja kubuat mataku ibarat menanam harapan.

Setelah melihat sikap itu, bagaimana tidak bisa percaya?

Kurin menyilangkan tangan. Ekspresinya memang sombong seperti biasa, tapi rasanya ada sedikit pengharapan dari mata itu. “Hmph, memang harus begitu. Kalau gitu aja nggak bisa, gelar pengajar akademi sihir cuma omong kosong!”

Meskipun begitu para bandit makin congkak, tawa mereka barusan menandainya. Masing-masing memiliki mata remeh dan siap menghajar setelah berpencar mengerumuni Pak Fredrick.

“Mumpung di sini, sekalian kuberikan contoh dasar-dasar sihir. Selama ini kalian belum pernah dites bukan?”

“Cih, sialan! Beraninya tua bangka ini meremehkan kita— Jangan salahkan aku kalau tiba-tiba punggungmu encok, hahahaha!” Klasik sekali si bos bandit.

Diikuti para anak buahnya. “Hahahaha.”

“Menyesal ‘lah karena sudah mempermainkan bos, ayo kita bunuh dan curi harta mereka!” sahut salah satu anak buah.

“HANCURKAN!” seru sang bos yang maju duluan.

Heh— Kroco-kroco ini mudah banget dihajar bagiku, jangan beri ampun Pak!

Pertama Pak guru mengambil beberapa langkah ke belakang. Menghindar sayatan demi sayatan senjata mereka dengan minim gerakan. Para bandit pun makin kesal.

“Dasar nomer satu, kondensasi. Aktifkan Mana.” Lalu ketika sebuah tombak mengarah wajah, secara halus Pak Fredrick membelokkannya hanya dengan jemari. “Dasar nomer dua, fondasi. Lapisi energi sihir pada tubuh, gunakan untuk melindungi diri sendiri.”

“Keparat!”

“Jangan besar kepala kau, tua bangka!”

Matanya dibuka sangat lebar ketika menoleh cepat, menggeser posisi kepala demi menghindari lesatan anak panah. Tak gentar menuju depan seolah tahu serangan hanya melewati dua sisinya.

Beliau memegang pundak dua orang, dijatuhkan seperti bukan apa-apa.

Ketika mundur dua langkah, anak panah yang selalu datang dari pohon sana terpantul perisai seseorang dan berakhir mengenai rekannya. Si korban membungkuk sembari menjatuhkan kapak.

Bahkan pemegang palu tak mengira Pak guru akan geser sedikit, alhasil ayunannya menghantam wajah sang bos.

H-Hebat. Lihat caranya bergerak! Tidak ada yang sia-sia, seperti ... beliau seolah menari dengan indah. Segala keputusan musuh diperlakukan bagai permainan bocah.

Yuba bersiul kagum, senyum sambil menyandar seekor kuda.

“He ... lumayan juga orang tua itu, pantas nggak segera pensiun.”

“Dasar tiga dan empat, kewaskitaan dan prekognisi. Rasakan energi benda seperti membaca sebuah buku, lalu prediksi langkah selanjutnya! Yang paling penting....” Pak guru meninggikan lengan sejajar pundak, menutup telapak seolah baru menangkap sesuatu. “Bayangkan bentuk sihir kalian!”

Pasir?!

Segerombolan pasir dari bawah tanah melilit kaki para bandit. Perlahan naik bagaikan tornado, menjatuhkan mereka seperti korban jaring laba-laba yang setengah badannya sudah terbungkus.

Termasuk cara mereka menggeliat.

“Itulah dasar kelima, proyeksi. Pertahankan dan ulangi semua hingga kalian mahir.” Pak Fredrick berjalan pergi, senyum sungkan sembari meraba kepala. “Haha— Orang tua ini masih belum kalah lho dari kalian anak muda! Baiklah, kita lanjut perjalanannya?”

Si delman yang sedari tadi menganga, geleng-geleng menggetar bibir, memungut tali lalu segera menaiki kemudi karavan. Disusul kami, para penumpang.

Itu wajar, siapa pun akan terkejut jika melihat orang setua itu masih sangat kuat.

Yuba mengintip melalui pojokan karavan. “Itu ... mau bapak apakan?” Dia menunjuk dengan ujung jempol.

“Mereka adalah kelompok bandit yang akhir-akhir ini mengganggu jalur bisnis ke Lemise. Kita bawa menuju markas pasukan lokal.”

“Ya!”

Tidak perlu ragu membiarkannya membawa mereka sendiri. Masing-masing dari kami bertiga sepakat akan itu, tanpa bilang apa pun. Hari ini aku—mungkin mereka juga—telah mempelajari hal baru.

Jadi ini kemampuan instruktur sebuah akademi sihir. Sudah tua masih tajam begini, apalagi ... sekarang aku tahu kalau tembok yang harus dilewati bukan hanya Kak Leyse maupun Dorado.

Dunia sungguh luas!

****

Yang tadi memang sedikit menyita waktu, sesuai ekspetasi kita tiba dalam empat jam. Si delman menurunkan kami di pinggir barisan para pendatang yang mengantri masuk.

Langsung pergi seusai dibayar.

Ketika giliran kami untuk diperiksa penjaga, datang pria paruh baya dengan palu di tangan dan paku pada lipatan telinga. Dia menyahut, “Langsung biarkan mereka masuk.”

“Pak Emmet!” seru dua penjaga bebarengan. “N-Namun, kita tidak bisa begitu saja—“ salah satunya mencoba menolak secara halus.

“Tuan ini adalah pengajar senior Akademi Sihir Eisenwald, saat muda dia dikenal sebagai ‘kalajengking’. Anak-anak muda itu adalah muridnya yang akan menjalani skors sekolah, sebagai tenaga tambahan kita untuk mempersiapkan festival satu minggu penuh. Apa penjelasan barusan sudah cukup, Tuan-tuan?”

Tanpa kata-kata lebih jauh, mereka memutar badan melihat satu sama lain, mundur dan menghentak sekali tombak untuk memberi jalan. Para bandit yang dibawa Pak Fredrick diserahkan.

“Festival?” tanyaku.

“Ya, mari kita lihat sambil jalan.”

Ooh! Ramai juga jalan sini!

Sepertinya bukan hanya aku yang kagum dengan suasana meriah dan terang tempat ini.

Kota yang bagus. Tempatnya lumayan bersih dan terasa sejuk. Selain itu, banyak hal jarang ada di Fyodor. Di mana-mana dipasangi semacam lampu pesta, bendera bergambar naga biru, juga ada barisan stan.

Senyum dan tawa para penduduk ketika mengobrol, keramahan pedagang stan, dan lautan manusia yang tiap gerak-geriknya selalu memancar antusiasme. Jadi ... teringat desa.

Ayah dan ibu masih sehat-sehat saja ‘kah?

“Meriah sekali bukan?” tanya paman Emmet.

“Ya. Kalau ternyata aku dihukum di tempat seseru ini, dengan senang hati akan kulakukan!” Bukan hanya kau Yuba, aku pun menyukai nuansa Lemise.

“Haha, terima kasih!”

Kurin ... dia biasa saja, apa suasana seperti ini belum sesuai selera bangsawanmu?

“Apa lihat-lihat, menjijikkan.” Tidak ada angin atau apa, mendadak begitu dan menyilang tangan sambil memalingkan wajah.

D-Dasar...! Nggak ada imut-imutnya.

“Setiap tahun, Lemise biasa mengadakan ritual penghormatan untuk naga yang menyelamatkan kota ketika masa pembangunan dulu. Jadilah sebuah festival! Festival Dewa Laut, dimana semua orang bersenang-senang dan berterima kasih kepada Gone seminggu penuh. Itu kesimpulan kami sebagai manusia.”

Gone. Pasti itu bagaimana sang naga disebut, namanya.

“Hoooh ... naga ‘kah. Bahkan di dunia penuh sihir ini, sesuatu seperti itu termasuk spektakuler.”

Tertarik ucapan Yuba, paman Emmet bertanya, “Pernah lihat satu?”

“Ehe, tentu saja tidak.” Yuba meletakkan jemari yang saling tersambung, menahan belakang kepalanya. “Suatu hari ... aku harap bisa menemukannya.” Aku mungkin akan jarang melihat ini. Menyaksikan si mesum dengan senyum damai, seolah memandang sesuatu yang jauh di langit.

“Pasti bisa.”

Setelah tertawa Yuba bilang, “Terima kasih, paman.”

Hari makin gelap, maksudku langit. Lama-kelamaan nuansa ramai sekitar seolah memudar termakan jarak— Kurasa ini daerah yang dijadikan tempat santai para pekerja festival.

Penginapannya di mana?

Lokasi ini dipenuhi alat-alat konstruksi. Selalu ada dua pekerja lewat sambil membopong bersama kayu panjang, ada yang saling diskusi, dan sebelah sana seorang pemuda memberi perintah beberapa orang.

“Anu, penginapannya di mana? Sekarang sudah malam. Setelah perjalanan jauh yang cukup lama, siswaku pasti kelelahan. Apa bisa kita mulai besok?”

“Ah, baiklah. Aku memang berencana merekomendasikan satu.” Paman berhenti, lalu berbalik menghadap kami. “Sepertinya aku belum memperkenalkan diri. Aku Emmet, kepala pembangunan kota ini. Senang bertemu dengan kalian.”

Kepala Pembangunan. Jadi dia semacam orang yang paling bertanggung jawab soal mengotak-atik isi kota. Dia sepertinya cukup stres, lihatlah botak itu. Membangun kota bukan perkara mudah.

Pemuda yang kelihatan memerintah orang tadi, datang menghampiri paman.

“Oh, Mason! Bagaimana gapuranya?”

“Cukup lancar! Hanya ... kita kekurangan pasokan paku. Dengan masih adanya kelompok bandit itu, rasanya lama-lama kebutuhan bahan kota kita akan—“

“Bicara soal bandit, bukankah yang Pak Fredrick tangkap tadi adalah maksud kakak ini? Bahkan sudah kita serahkan ke prajurit kerajaan.” Kuberitahu sekarang daripada pembicaraan menyedihkan soal ekonomi menghantui kupingku.

Entah kenapa aku tidak bisa berhenti melihat Kurin. Mungkin karena teringat hutang, hahaha.

“Eh, serius— J-Jadi yang kalian serahkan tadi mereka toh?! Bilang dari awal dong! Mason, pesan pakunya sekarang juga!” Paman terdengar sangat senang.

Termasuk kakak ini. “Y-Ya!” Seperti tak kuasa menahan kesenangan, dia langsung lari dan menyerukan berbagai hal pada anak buahnya. “Mantap, mari kita meriahkan festivalnya dan makan ikan itu lagi!”

“OOOH!!”

“Kami benar-benar berterima kasih! Ini justru makin membuatku ingin menjamu kalian.”

“Sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia untuk membantu satu sama lain, tidak perlu sampai seperti itu,” ungkap Pak Fredrick secara sungkan.

Syukurlah.

Soal gapura yang mereka bicarakan, mungkin maksudnya satu ini di sebelah? Apa tulisannya ... T-Tuli— Penginapan Bunga Tulip!

“Ah, ini penginapan yang kurekomendasikan. Milik pemuda bernama Mason tadi. Karena kalian adalah rekan berharga untuk kami dan sebagai terima kasih sudah meringkus mereka, biayanya tidak perlu dipikirkan.”

Ooh, itu bagus.

“Ngomong-ngomong, paman. Kenapa di belakang ada banyak prajurit kerajaan? Di situ pusat kota bukan, apa sesuatu dijaga di sana?”

“Nak Yuba, ya ‘kan? Itu benar. Di sana mereka menjaga pusaka yang melindungi kota dari anomali dunia luar, menstabilkan biota Laut Miseria, dan pencegah adanya perubahan mendadak. Ehm bagaimana menyebutnya ... Hol— Holo—“

“Hollocaust. Itu adalah artifak legendaris hasil dekristalisasi sesuatu dari zaman kuno, konon bisa memengaruhi tatanan dunia tergantung siapa pemegangnya. Hollocaust Lemise berisi iblis yang disegel Dewa Laut ini.” Dari Pak Fredrick.

“I-Iblis— Hal seberbahaya itu ... kok malah dibiarkan berada di tempat seterbuka ini?!” Bagaimana tidak, yang kayak gitu pasti diincar banyak orang jahat lho. Contohnya Spectre.

Iblis. Mereka ... sesuatu yang datang dari balik dunia ini bukan? Dunia kebalikan Magius, Reversi. Jika di sini penuh energi positif dari alam, jadi sebelah....

Sulit membayangkan bagaimana kehidupan di sana.

“Bukannya tidak ingin, tapi sama sekali tidak bisa kami pindahkan. Itu terus di sana setahun, puluhan tahun, seabad, selamanya. Sayang sekali kekuatan manusia saja tak cukup untuk menyembunyikannya. Makanya prajurit kerajaan memutuskan cara seperti ini.”

Paman....

Seolah ingin menghilangkan kecanggungan, paman itu bertepuk tangan cukup keras. “S-Sudahlah. Hal begituan tidak perlu dipikirkan lagi, aku yakin mereka takkan membiarkan keburukan terjadi! Semisal ada apa-apa, tinggal bicarakan dengan kapten muda mereka. Ayo mari masuk penginapannya!”

Kapten muda ... pasti pria berambut merah dengan kacamata itu. Zirah dan cara berpakaiannya berbeda dari para ksatria lainnya. Kurasa dia hanya sebatas komando hukum kota ini.

Baiklah kalau begitu.

Padahal aku baru saja berniat menaruh tas ini di bawah agar bisa duduk sejenak— Gadis rambut merah dengan kepang duanya menghalangi jalanku. Yuba sebenarnya melihat, tapi dia kok malah lanjut masuk aja.

Mau apa dia? Kuharap tidak membicarakan soal hutang....

“Ada yang ingin kubicarakan.” Serius sekali raut itu.

Karena terlihat penting, makanya aku mau saja ikut ke dalam gang.

“Kamu teman kepala biru yang memanggil dirinya Yuba ‘kan? Sesuatu menggangguku.”

Seriusan, ada apa sih?

“Kenapa tentang si mesum?” Kutelan ludah pelan-pelan, rasanya sulit memprediksi ke mana perginya arah pembicaraan. Kurin benar-benar aneh hari ini. “Oi, kau terkena apa sih?”

“Seriuslah!”

K-Kurin....

“Dia ... sebenarnya siapa?”

 

 

 

 

To be Continued....

Terpopuler

Comments

Ashidart

Ashidart

Hmm...

2020-12-06

0

Manusia hidup

Manusia hidup

kapan mau setrong nya
kalo lama lama bisa setres tidak tertolong duluan nih

2020-10-23

0

Septiano Personnes Estimata

Septiano Personnes Estimata

L-lima menit!? Hmmm... i didn't how da ship work.

2020-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2 Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3 Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4 Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5 Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6 Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7 Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8 Chapter 1.8 : Page Hour
9 Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10 Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11 Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12 Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13 Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14 Chapter 1.14 : Gerakan
15 Chapter 2.1 : Skors
16 Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17 Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18 Chapter 2.4 : Isca Adler
19 Chapter 2.5 : Cipher
20 Chapter 2.6 : Impian
21 Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22 Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23 Chapter 22 : Artemis
24 Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25 Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26 Chapter 25 : Kemah Tes
27 Chapter 26 : Hurricane
28 Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29 Chapter 28 : Salah Langkah
30 Chapter 29 : Keputusan
31 Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32 Chapter 31 : Irregulars
33 Chapter 32 : Hutan Hyena
34 Chapter 33 : Fenrir
35 Chapter 34 : Perpecahan
36 Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37 Chapter 36 : Golem's Cave
38 Chapter 37 : Golem Elemental
39 Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40 Chapter 39 : Surat
41 Chapter 40 : Mengerti
42 Chapter 41 : Gennorder
43 Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44 Chapter 43 : Geist
45 Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46 Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47 Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48 Chapter 47 : Gilbert Erwood
49 Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50 Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51 Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52 Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53 Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54 Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55 Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56 Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57 Chapter 56 : Masalah Sepele
58 Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59 Chapter 58 : Masalah Kurin
60 Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61 Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62 Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63 Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64 Chapter 63 : Cortana+Spectre
65 Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66 Chapter 65 : Pseudo
67 Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68 Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69 Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70 Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71 Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72 Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73 Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74 Chapter 73 : Origin Magic
75 Chapter 74 : Vlad Singularity
76 Chapter 75 : Egon Krantz
77 Chapter 76 : Sangkar Burung
78 Chapter 77 : Dikejar Waktu
79 Chapter 78 : Alasan Bertarung
80 Chapter 79 : Nana Irville
81 Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82 Chapter 81 : Raso Springfield
83 Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84 Chapter 83 : Temperance
85 Chapter 84 : Larangan Bertarung
86 Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87 Chapter 86 : Miki Ingram
88 Chapter 87 : Fanfare
89 Chapter 88 : Foto Memalukan
90 Chapter 89 : Rumah Yuba
91 Chapter 89,5 : Antimatter Card
92 Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93 Chapter 90,5 : Anti Ares
94 Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95 Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96 Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97 Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98 Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99 Chapter 95 : Ares Mode
100 Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101 Chapter 97 : Target Buruan Baru
102 Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103 Chapter 99 : Multi Talenta
104 Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105 Chapter 101 : Amukan Guardian
106 Chapter 102 : Dregul Cursebound
107 Chapter 103 : Mephias
108 Chapter 104 : Bestowal
109 Chapter 105 : Menuju Klimaks
110 Chapter 106 : Sera Jacques
111 Chapter 107 : Makna
112 Perihal Remaster WN Reinheit
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Chapter 1.1 : Makna Kekuatan
2
Chapter 1.2 : Memandang Rendah
3
Chapter 1.3 : Pecundang Sebenarnya
4
Chapter 1.4 : Dorado Guru Barunya?!
5
Chapter 1.5 : Gadis Aneh
6
Chapter 1.6 : Sisi Mengejutkan
7
Chapter 1.7 : Kejanggalan Ibukota
8
Chapter 1.8 : Page Hour
9
Chapter 1.9 : Proyek Pengembangan Irregulars
10
Chapter 1.10 : Chloe dan Irving
11
Chapter 1.11 : Kepala dan Ekor
12
Chapter 1.12 : Pertarungan di Villa Reissel
13
Chapter 1.13 : Zale Vs Irving
14
Chapter 1.14 : Gerakan
15
Chapter 2.1 : Skors
16
Chapter 2.2 : Festival Dewa Laut
17
Chapter 2.3 : Investigasi Kecil
18
Chapter 2.4 : Isca Adler
19
Chapter 2.5 : Cipher
20
Chapter 2.6 : Impian
21
Chapter 2.7 : Mendinginkan Kepala
22
Chapter 2.8 : Penguasa Kota
23
Chapter 22 : Artemis
24
Chapter 23 : Festival Dewa Laut
25
Chapter 24 : Kesempatan Kedua
26
Chapter 25 : Kemah Tes
27
Chapter 26 : Hurricane
28
Chapter 27 : Calon Terkuat Tahun Pertama
29
Chapter 28 : Salah Langkah
30
Chapter 29 : Keputusan
31
Chapter 30 : Myeirs of Hyena
32
Chapter 31 : Irregulars
33
Chapter 32 : Hutan Hyena
34
Chapter 33 : Fenrir
35
Chapter 34 : Perpecahan
36
Chapter 35 : Zale Vs Yuba
37
Chapter 36 : Golem's Cave
38
Chapter 37 : Golem Elemental
39
Chapter 38 : Bersatu! 24 Penyihir Vs Golem Elemental
40
Chapter 39 : Surat
41
Chapter 40 : Mengerti
42
Chapter 41 : Gennorder
43
Chapter 42 : Demonstrasi Sihir
44
Chapter 43 : Geist
45
Chapter 44 : Sihir Kaca melawan Sihir Ruang
46
Chapter 45 : Kaca, Es, Ruang, dan Pencuri
47
Chapter 46 : Kepribadian Ganda Sera
48
Chapter 47 : Gilbert Erwood
49
Chapter 48 : Siapa yang jadi Ketua Kelasnya?
50
Chapter 49 : Peringkat Gadis Irregular
51
Chapter 50 : Peringkat Pria Irregular
52
Chapter 51 : Open Visit Tahunan Prominence
53
Chapter 52 : Aran Zone & Prominence
54
Chapter 53 : Archmagus Alumni Akademi Sihir Eisenwald
55
Chapter 54 : Panti Asuhan Aria
56
Chapter 55 : Pelajar Terkuat Di Dunia Ke-4 & Ke-5
57
Chapter 56 : Masalah Sepele
58
Chapter 57 : Irving dan Nana adalah Penjahat?
59
Chapter 58 : Masalah Kurin
60
Chapter 59 : Terlibat Secara Paksa
61
Chapter 60 : Masa Lalu Kurin
62
Chapter 61 : Pilihan Sendiri
63
Chapter 62 : Gerombolan Tak Biasa
64
Chapter 63 : Cortana+Spectre
65
Chapter 64 : Kekacauan Kota Aven
66
Chapter 65 : Pseudo
67
Chapter 66 : Rumble Dimulai!
68
Chapter 67 : Kurin Vs Rubel
69
Chapter 68 : 1000 Year of Blizzard
70
Chapter 69 : Gilbert & Luke & Egon & Zima Vs Ikusa & Nev
71
Chapter 70 : Mirror World & Dremyar
72
Chapter 71 : Orang Nomor 2 di Prominence
73
Chapter 72 : Prajurit dan Peneliti
74
Chapter 73 : Origin Magic
75
Chapter 74 : Vlad Singularity
76
Chapter 75 : Egon Krantz
77
Chapter 76 : Sangkar Burung
78
Chapter 77 : Dikejar Waktu
79
Chapter 78 : Alasan Bertarung
80
Chapter 79 : Nana Irville
81
Chapter 80 : Ilusi Bernama Naif
82
Chapter 81 : Raso Springfield
83
Chapter 82 : Kekaisaran Refft
84
Chapter 83 : Temperance
85
Chapter 84 : Larangan Bertarung
86
Chapter 85 : Pertemanan Para Gadis
87
Chapter 86 : Miki Ingram
88
Chapter 87 : Fanfare
89
Chapter 88 : Foto Memalukan
90
Chapter 89 : Rumah Yuba
91
Chapter 89,5 : Antimatter Card
92
Chapter 90 : Realis dan Imajiner
93
Chapter 90,5 : Anti Ares
94
Chapter 91 : Rasa Bersalah Yang Terlambat
95
Chapter 91,5 : Feld Hayden & Rumi Katzeta
96
Chapter 92 : Barang Favorit Bu Fusha
97
Chapter 93 : Penggila Permainan Papan
98
Chapter 94 : Alasan Yang Tepat Untuk Mengajak
99
Chapter 95 : Ares Mode
100
Chapter 96 : Isi Kepala Gadis Ber-IQ 200
101
Chapter 97 : Target Buruan Baru
102
Chapter 98 : Dungeon Whisker’s Meadow
103
Chapter 99 : Multi Talenta
104
Chapter 100 : Istirahat yang Tidak Buruk
105
Chapter 101 : Amukan Guardian
106
Chapter 102 : Dregul Cursebound
107
Chapter 103 : Mephias
108
Chapter 104 : Bestowal
109
Chapter 105 : Menuju Klimaks
110
Chapter 106 : Sera Jacques
111
Chapter 107 : Makna
112
Perihal Remaster WN Reinheit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!