Dua hari kemudian. Tidak banyak hal terjadi setelah reuni itu. Lagian ... aaaahh! Bodohnya aku, malah lupa nanyain alasan dia jadi guru di situ. Aku terlalu terbawa suasana.
Apa pun itu, kini aku baru tiba di rumah bersama Chloe dan Yuba. Kurasa sampai sini saja pulang barengnya.
“Yakin nggak mampir nih?” tanya Yuba sedikit mengangkat satu tangan dan alis.
“Lain kali saja. Ada yang perlu kulakukan hari ini, maaf.”
“Begitu ya? Kalau gitu kami pergi dulu, sampai jumpa besok!” Bersama Chloe, Yuba berbalik dan melambaikan tangan padaku.
“Sampai jumpa, Llyod.” Dengan suara halusnya, Chloe juga ikut melambai.
Seketika mataku seperti sedikit berhalusinasi, membayangkannya dalam wujud malaikat super agung yang sangat cantik.
Kuuuh~ Aku harap itu nyata! Yang manapun tetap terbaik~!
Sebagai murid Eisenwald, tentu mereka juga tinggal di sekitar. Chloe menempati sebuah asrama perempuan dan Yuba hidup bersama kakaknya pada selatan kota. Ngomong-ngomong, tempatku masuk bagian barat.
Daerah pertokoan dan beberapa tempat umum.
Baiklah, kurasa waktunya makan siang. Tetangga sebelah terlalu banyak memberi roti kemarin. Makan itu saja memang kurang baik, tapi jumlahnya cukup untuk mengisi perutku.
Tak apalah, demi menghemat pengeluaran.
Selagi menikmati hidangan, kuperiksa buku daftar permintaan pelanggan di meja. Ini cukup penting demi kelancaran bisnis dan ... selain itu juga untuk mengenal pelanggan tetap.
Ah, Page Hour itu tadi meletakkan pesanan di kotak suratku.
“Ehm ... ‘Kegembiraan Surgawi' karya Kio ya, kalau nggak salah ini buku filosofi.” Setelah menyedu air putih, aku berdiri dan jalan menuju rak rak paling ujung kiri. “Oh, belum ada.”
Baiklah, kurasa waktunya ke serikat.
“Ahh kenyang juga.” Cangkir kayunya kuhantam ringan pada pojokan meja, membawa roti yang masih tersisa. “Hadiah untuk nona resepsionis.”
Serikat kota ini, Chamberlein. Dasarnya tempat dimana kamu bisa mengajukan beragam permintaan. Hari ini cukup sepi. Sekarang aku memerlukan kertas formulir, perlu antri dulu.
Oke ... permintaannya adalah buku filosofi berjudul ‘Kegembiraan Surgawi’, lalu bayarannya 200 Feld dan kartu *beta *Crimson Force. Batas waktu bebas, syarat penyelesaian harap letakkan di kotak surat toko buku Llyod. Jika memungkinkan.
Dari sepele maupun hal besar, memang dikatakan ‘berbagai’. Namun, tidak semua diterima apalagi diijinkan pemerintah.
Bagus, antrian mbak resepsionis ini sepi. “Hai kakak!” seruku sembari meletakkan formulir di meja, lalu sedikit mendorongnya agar melewati pagar pembatas.
“Selamat siang~ Permintaan buku lagi hari ini, Zale?” jawab wanita berambut pendek oranye dengan ceria, dia memungut formulir dan angguk-angguk beberapa kali ketika membacanya. “Hmm hmm. Jenis permintaan umum dan boleh dipajang di buletin—“
Kuambil keranjang isi roti yang di sebelah kaki, mengangkatnya ke meja. “Kakak mau roti?”
“Waaah, kornet khas bibi itu! Makasih banyak.” Kakak resepsionis terkekeh dengan mata tertutup. Merendahkan posisi tubuhnya untuk mengambil benda di bawah mejanya. “Ini~ Kuberi kamu jajanan manis, dari salah satu pekerja. Namanya kalau nggak salah ... ah, permen!”
Ampun deh, dia benar-benar menganggapku sebagai anak kecil. Jarang-jarang mendapat kebaikan begini.
“Oh— Manisnya!” Kuacungkan jempolku, dikala sebentar memojokkan batang permen di mulut. “Ini benda baru lain yang kudapat selain lembar foto dari benda bernama ‘kamera’ itu,” gumamku.
Jadi nggak heran menyebut ini era perkembangan industri. Banyak penemu berbondong-bondong menciptakan berbagai revolusi, demi memudahkan kehidupan bermasyarakat.
Carambia mah masih lama, lima bulan lagi.
“Oke, permintaannya diterima ya. Apa ada perbaikan sebelum kutempel?” Setelah melihat gelengan kepalaku, dia mengangguk formal. “Terima kasih telah mengunjungi Chamberlein! Sekali lagi makasih rotinya ya Zale~!”
Sekarang aku harus kembali ke toko. Kebutuhan toko dan pribadiku sudah terpenuhi, mungkin sudah ada beberapa yang tidak sabaran. Perlu cepat—
"He?"
"Kyaah!"
Aku menabrak seseorang ketika membuka pintu keluar, dia jatuh duduk dengan posisi kaki ‘w’ bersama kalung mutiaranya yang berserakan di luar.
Aduduh ... sial, ini orang nggak lihat ada aku apa?!
"Oi, kalau jalan lihat-lihat dulu dong—"
Seorang gadis?
Kuulurkan tangan kepadanya. "Bisa bangun?"
Gadis itu awalnya hanya mempelototiku, bibirnya merengut dan entah kenapa dia mulai menekankan auranya padaku. Setidaknya mau menerima uluranku.
"Kau baik-baik ... saja??"
Sepertinya dia tidak mendengarkanku, matanya tertuju pada hal lain ... kurasa pecahan mutiara di sana. Gadis itu masih melihat bawah. Lama kelamaan tangan kanannya dikepal, tubuhnya gemetar seperti tak kuasa menahan sesuatu.
Muncul aura tak mengenakkan.
"Grrrrrr ... rusak. Hadiah mama rusak…!"
"Oi kutanya kau baik-baik saja—"
Seketika dia mengenyahkan tanganku dari pundaknya. Walaupun sudah berdiri, dia masih saja enggan menatapku.
"O-Oi ... ada apa?"
Sial, aku tidak mengerti lagi. Ini memalukan, gara-gara keributan kami orang-orang mulai bergerumun dan saling berbisik sekarang. Lebih baik pergi sebelum tambah repot—
"Tunggu...." Dia menahan Pundak, lalu memutar balik diriku dan meremas kedua pundakku. "Ganti rugi! Kamu harus ganti rugi sekarang jugaaaaa!!"
"HA? KENAPA? BUKANKAH KAU YANG LALAI KARENA SEMBARANGAN DI DEPAN PINTU?! Jalan sudah enggak lihat-lihat, malah protes tanpa rasa malu! Minta maaflah!"
Ayolah biarkan aku pergi, nggak enak tahu jadi tontonan memalukan begini!
Dia menghempas maju mundur punggungku berkali-kali. "Justru kamu yang harusnya minta maaf! Lihat ini…." Berhenti dengan mendorongku hingga jatuh dekat perhiasan rusaknya. "Padahal aku susah payah mendapatkannya, kamu malah ... malah menghancurkannya!!"
Hah ... aku terjebak perkara yang begitu merepotkan. Cih, dari penampilan dan perilakunya ... seorang nona muda ya! Lagi-lagi bangsawan. Sepertinya tipe kasar dan merendahkan seperti si bodoh Irving.
Apa semua bangsawan seperti ini? Pokoknya aku harus segera pergi!
"Apa peduliku! Maaf ya aku tidak punya waktu meladenimu nona. Ada bisnis yang perlu dilanjutkan—“
"Diam!" Dia berseru sembari mengangkat kedua tangan yang dikepalkan. Sumpah, orang ini berteriak seperti tupai. "Bodo amat, pokoknya kamu yang salah!!" Seenaknya menunjuki tepat di dada, posisi wajahnya makin meninggi. "Tidak peduli apa yang kamu katakan, ganti rugi ya ganti rugiiiii!!"
"HAAAAADUUUUUUH, BERISIK! BERISIIIIIK!!" Kupungut kepingan kalung berliannya, menyeretnya pergi. “Sini ikut denganku!”
“Eh— “
****
Pada akhirnya malah kubawa ke rumah. Ah sudahlah, tidak masalah bicara di sini.
“Baiklah Nooooona ... aku tahu ini sangat berharga bagimu, reaksimu cukup menjelaskannya. Jadi, berapa harganya? Mungkin bisa kutebus dengan penghasilan tokoku.”
"Hmph, mana mungkin bisa!" Dia memalingkan wajah sembari menyilangkan tangan. "Bicara apa kamu ini?" Pandangan wajahnya ditinggikan dan mulutnya merengut.
Hah … masih saja begini.
"Dengar, aku mungkin terlihat tidak memiliki banyak uang. Kuakui kalau akulah yang salah. Perasaanmu ... setidaknya bisa kupahami, aku juga memiliki benda berharga dari orang penting. Jadi bisakah—"
"Fufu, ngaku gembel tuh.” Bola matanya menuju pojok kiri atas, dia seperti menambah beberapa ejekan di balik mulut yang ditutup tangan itu. “Dasar miskin.” Dia meringis meremehkan.
Geh, dikatain lagi! Memangnya salah tidak memiliki uang— Sedikit sih ... Aaaaah! Sialan. Dia ini maunya apa sih, susah bener berurusan dengannya!
Terpaksa langsung kutunjukkan padanya, kalau isi brangkasku itu berlimpah! Meskipun semua uang untuk urusan mendesak— Bisa dipikir nanti, setidaknya gadis merepotkan ini bisa berubah pikiran!
“Bagaimana? 5000 Feld! Cukup banyak ‘kan?”
“Kamu bercanda? Tentu saja nggak cukup! Sudah kuduga uangnya kurang, jelas tidak mungkin kamu bisa bayar 50.000 Feld!”
HAH? 50.000 Feld katamu?! Mahal banget! Bahkan pelajar yang juga kerja sepertiku nggak bakal bisa beli barang semewah itu!
Aku tidak ingin memperparah ini lagi, harus selesai bagaimana pun caranya.
Sebelum itu kututup kembali brangkasnya, tanpa memperlihatkan kodenya. “Kalau begitu beritahu aku, apa yang bisa kulakukan untuk menebusnya? Aku rela melakukan apa pun, kalau perlu aku bisa memberi semua penghasilanku selama satu tahun!”
“Lupakan saja, lupakan saja.” Ucapannya terdengar begitu kasar, diperparah gerakan tangan menggusah itu. “Kamu ga mungkin bisa ngumpulin 50.000 Feld dalam setahun. Buku-buku nggak guna ini hasilnya pasti tidak seberapa, mending buang dan biarin jadi tumpukan sampah!”
Apa katamu? Aku tidak peduli meski kau itu perempuan, tapi ucapanmu barusan benar-benar kelewatan!
Kutarik kerahnya, menatap wajahnya dengan murka. “BAJINGAN, KALIMAT BARUSAN ... SAMA SEPERTI MENGHINA PAMANKU! TARIK KEMBALI!”
“Sungguh tidak sopan, kamu sebut dirimu laki-laki? Aku menolak!”
Masih sok kuat? Padahal bernapas saja sudah tidak kuat. Lihatlah dirimu yang susah payah melepaskan diri dengan tangan lemah itu!
“Lepas ... lepas … kan! L-Lepas– Lepas!”
Melihatnya sangat tidak berdaya, membuatku reflek melepaskannya.
Sialan, ekspresinya seperti mau menangis. Apa yang kulakukan? Aku baru saja mencoba melukai gadis yang baru kutemui beberapa menit lalu! Tetap berada di akal sehatmu, Zale. Dia belumlah mengenalmu, pahamlah diriku!
“Uhuk…! Uhuk– Uhuk!”
Kubiarkan dia mengambil napas dan mempersiapkan diri.
“M-Maaf. Aku terlalu kelewatan.” Kutundukkan kepalaku serendah-rendahnya dengan tulus menyesal. “Lehermu ... baik-baik saja?”
“….!”
Barusan, dia seperti kaget? Kurang jelas.
“Aku ... anu ... rasanya yang harus minta maaf. Padahal kamu hanyalah orang asing, karena perilakuku ... aku berlaku tidak sopan.” Dia berjalan ke arah sebuah rak buku, meraba sisi kayu. “Tidak seharusnya aku merendahkan harta orang lain ketika milikku sendiri rusak, aku turut menyesal.”
Dia barusan … meminta maaf?! Bahkan sampai dua kali?! Sialan, kalau begini jadinya semuanya benar-benar akan jadi kesalahanku— Mungkin aku sudah salah sejak awal.
“Hei, bagaimana dengan membuat kesepakatan?” Kutunjuk diri dengan sentuhan telapak pada dada. “Aku akan menjadi pesuruhmu! Selama satu— Tidak! Tiga tahun, kuturuti segala permintaan egoismu selama aku mengumpulkan uang. Kau bahkan boleh mengawasi dan mengangguku, jadi kumohon....”
“… kamu janji?”
Kenapa dia mendadak pendiam begini? Aku sama sekali tidak mengerti. Yah, tapi….
Kuanggukkan kepala. “Janji.”
“Yakin meski kuawasi tanpa henti dan sampai menganggu kehidupan pribadimu, kamu tetap mau janji?” Ekspresinya sangat berbeda dari sebelumnya, cemas— Tidak, rasanya lebih dari itu.
“Janji! Sudah kubilang, kau bebas melakukan apa pun.”
….
Seketika gadis itu berbalik, merendahkan pandangan wajahnya. Seakan-akan dirinya tidak mau aku melihatnya lagi. Kedua tangannya gemetar tak tenang, membuatku sangat penasaran.
“Kamu, Zale Llyod ... anak kelas orang biasa yang terkenal suka meledak itu?”
“Itu benar.”
Kali ini apa yang ingin dikatakannya?
“Aku Kurin Ashbell, tahun pertama kelas bangsawan.” Akhirnya mau berbalik menghadapku, merentangkan tangan menunjuk mukaku. “Persiapkan dirimu mulai sekarang.”
Dia barusan … tersenyum? Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
“Oi, tunggu….”
Dia pergi. Ada apa dengannya? Perilakunya sangat membingungkan, bisa dibilang labil ‘lah.
Aku pun tersenyum menyeringai. “Ada-ada aja deh.”
Untuk seukuran bangsawan, Kurin Ashbell termasuk orang baik. Yah ... selamat datang kehidupan merepotkan.
To Be Continued….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
lo ga bahaya to
woah, gak kena sensor yah😂
2021-06-03
0
lo ga bahaya to
cewek emang serba bener yah
2021-06-03
0
*Ephixna Neesama* >>>[Cieciel]
Definisi Cewek yang ..... kamu tahu lah.
2021-04-13
2