BAB 20

Haizel kembali setelah tadi dia mengorek informasi dari pemilik pelelangan. Entah mengapa Davino menyuruhnya mencari tahu, mengapa Emely bisa ada ditempat itu. Awalnya Davino mengira bahwa Emely, memang datang ketempat itu sendiri secara sukarela. Namun mengingat Emely yang dibawah paksa dua pria bertubuh besar itu dan juga perkataan Emely waktu itu, membuat Davino yakin bahwa memang gadis itu dipaksa seseorang untuk datang ke tempat itu.

"Gimana? " Dalam sudut hatinya, ia berharap bahwa gadis itu tidak semurahan yang selama ini dipikirnya. Walaupun dia sendiri sudah membuktikan bahwa gadis itu tidak murahan seperti yang ia dituduhkan beberapa kali.

Kenapa aku harus kecewa, jika benar dia datang sendiri menjual tubuhnya. Kenapa aku begitu gelisah dan sampai menyuruh menyelidikinya. Apa yang aku harapkan dari semua ini.

"Dia dijual seorang wanita." Satu kalimat yang entah mengapa membuat Davino lega. "dan kata pria tua itu.... " Menjeda ucapannya, Haizel menarik nafas kasar. " Wanita itu ibunya. " Davino hampir menjatuhkan ponsel yang dipegangnya. Dia tidak percaya seorang wanita yang disebut ibu itu mampu melakukan hal keji seperti itu pada anak gadisnya. Seekor singa saja tidak akan menerkam anaknya sendiri.

"Oh yah dimana Alex? " Tanya Haizel yang sudah tidak mendapati Alex bersama Davino.

"Dia duluan, besok dia ada operasi dirumah sakit. "

"Davi, baru kali ini aku melihat kau perduli pada seorang gadis yang pernah kau tiduri. " Ucap Haizel, selesai meminum wine di gelasnya.

"Dari mana kau tahu aku pernah menidurinya? " Davino memandang Haizel penuh selidik.

"Apa kau lupa, aku yang mengantarkan dia ke hotel? " Menggeleng kepalanya karena itu baru beberapa hari saja. Sedangkan Davino mengira Haizel tahu jika gadis yang dibawanya menemui Davino di hotel adalah gadis yang sama yang ditidurinya. Ternyata Haizel tidak tahu, malam itu dia bahkan tidak menyentuh Emely.

"Apa dia tidak memohon waktu malam itu? " Lagi - lagi ucapan Haizel membuat Davino, menatapnya serius.

"Maksudnya? " Tanya Davino menyelidik.

"Iya waktu aku mengantarnya menuju hotel, dia sempat memohon untuk melepaskannya. Dia bilang dia akan mengganti uang yang sudah digunakan untuk membelinya. Dengan cara menjadi pelayan dirumahku. Karena saat itu, dia salah paham. Dia pikir aku yang telah membelinya. Sampai aku menjelaskan bahwa aku hanya disuruh olehmu. Aku sudah menyuruhnya untuk memohon padamu tapi apa dia tidak memohon malam itu? "

Davino hanya mengangkat kedua bahunya, membuat Haizel berdecak. Davino tersenyum membentuk seringai, ada tujuan dibalik senyumnya itu. Tujuan yang hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Aku cabut..." Berdiri dan melempar bungkusan rokok tepat diatas kepala Haizel.

"Sialan." Ucap Haizel mengelus kepalanya.

***

Pagi harinya Eduar pergi ke kampus, dia memilih kembali kuliah karena dia tidak ingin kakak perempuannya terus mendiaminya. Eduar sadar jika dia telah melakukan kesalahan. Untuk itu dia bertekad untuk memperbaiki kesalahannya agar sang kakak dapat memaafkannya.

Emely hari itu kembali menitipkan ibunya kepada perawat rumah sakit. Dia akan mengambil beberapa keperluan ibunya dan juga ada satu barang yang dia butuhkan di rumahnya.

***

"Pak ini sertifikat rumah saya. Apakah saya bisa meminjam uang dengan jaminan sertifikat rumah saya? " Emely terpaksa meminjam uang dari rentenir, untuk menambah biaya pengobatan ibunya. Dengan adanya sertifikat rumah mereka, maka sang rentenir memberi pinjaman dengan bunga 10% tiap bulannya.

Setelah dirasanya uang untuk radioterapi ibunya telah cukup. Emely memutuskan menyetor uang tersebut ke bagian administrasi rumah sakit.

Emely berucap syukur, karena akhirnya jadwal radioterapi ibunya akan dilaksanakan dua hari lagi.

***

"Nak dari mana kamu dapat uang sebanyak itu? " Tanya ibunya yang saat ini sedang disuapi bubur oleh Emely. Emely sudah menjelaskan pada ibunya, perihal dua hari lagi ibunya akan mendapat pengobatan dengan cara radioterapi, pembunuhan pertumbuhan kanker.

"Emely pinjam sama Sisilia, Ana dan tante Nia bu, bos Emely di restoran. " Emely tidak berbohong soal dirinya meminjam uang pada kedua sahabatnya itu, tetapi untuk tante Nia terpaksa Emely berbohong. Karena selama ini, ibunya belum tahu kalau Emely sudah berhenti bekerja dari restoran milik tante Nia dan pekerjaan Emely di Bar juga dirasaikan Emely dan Eduar dari ibunya. Bahkan sertifikat rumah yang dia gadaikan, dia sama sekali tidak memberi tahu ibunya.

"Tapi nak darimana kamu bisa dapat uang buat bayar uang yang kamu pinjam? " Ibunya merasa bersalah karena dirinya, Emely harus pinjam sana sini untuk mendapat biaya pengobatannya.

"Ibu tenang aja, Emely akan bekerja segiat mungkin untuk bisa mencicil uang yang Emely pinjam." Emely menyuapi satu sendok bubur terakhir pada ibunya.

"Bu, kak Emely. " Eduar yang baru pulang kampus, langsung datang mengunjungi ibunya.

"Gimana kabar ibu hari ini? " Tanya Eduar mencium pipi kanan ibunya.

"Ibu merasa sehat. Bahkan ibu ingin segera pulang. " Emely tahu ibunya hanya berusaha terlihat sehat, agar Emely dan Eduar bisa membawanya pulang. Ibunya tidak ingin berlama - lama dirumah sakit, karena itu akan menambah biaya administrasi rumah sakit.

" Eduar dan kak Emely akan mengajak ibu pulang, tapi kalau ibu sudah benar - benar sehat yah bu. " Ucap Eduar melihat kearah kakak perempuannya, yang masih mendiaminya.

"Kak apakah kakak tidak pergi bekerja?." Emely masih bungkam. "Kak Emely pergilah, biar Eduar yang jaga ibu. " Tambah Eduar akhirnya. Kemudian Emely berpamitan kepada ibunya, benar dia harus bekerja. Walaupun kak Boy sudah memberinya ijin untuk tidak masuk bekerja, namun Emely tidak enak hati pada bosnya itu. Karena sudah hampir seminggu Emely tidak pergi bekerja.

***

Disinilah Emely sekarang didepan meja Bar Diamont Star.

"Sayang, bagaimana keadaan ibumu? " Tanya kak Boy yang datang menghampiri Emely.

" Begitulah kak Boy. " Ada kekuatiran terpancar dari binar matanya dan kak Boy menyadari itu.

"Kamu kenapa sudah masuk kerja lagi? Kau bisa jaga ibu kamu dirumah sakit. Kak Boy ngga apa - apa kok sayang." Emely menggeleng " Tidak apa - apa kak Boy, Emely bisa pulang kalau suasana Bar udah ngga rame. Kasihan Bayu nantinya, kewalahan. Apalagi ini malam minggu, pasti banyak pengunjung yang datang."

"Baiklah kalau itu maunya kamu sayang. " Kemudian kak Boy meninggalkan Emely yang sudah mulai sibuk mengantar minuman para tamu.

"Emely bisa antar minuman ini ke tamu VVIP yang di lantai dua nggak? " Emely mengangguk ketika Bayu meminta tolong padanya.

Emely dengan hati - hati menaruh beberapa minuman Vodka dan juga Wine keatas meja tamu VVIP. Entah sudah mabuk atau sengaja, salah seorang pria dimeja itu menyentuh paha Emely yang berlapiskan stokin warna hitam.

"Cantik temanin om minum yah, om nanti kasih tip lebih. " Ucapnya dengan senyum licik.

"Terima kasih tuan, tapi maaf saya banyak kerjaan. " Ucap Emely yang mulai melangkah dari meja tersebut. Emely belajar dari kesalahannya waktu itu, dia tidak akan menyinggung siapapun di Bar. Yang harus ia lakukan adalah cepat menghindar, agar tidak menimbulkan masalah.

Namun apakah sekarang dia bisa menghindar, disaat pergelangan tangannya dicekal oleh pria tadi.

"Tolong tuan, lepaskan tangan saya. " Namun pria itu malah berdecih. " Tidak usah sok mahal, kamu sama saja seperti perempuan lainnya. Murahan." Kalimat terakhir Emely bisa dengar walau pria itu mengatakannya seperti bisikan.

"Apakah setelah kehilangan kehormatannya, dia memang gadis murahan. Apakah ucapan pria itu benar adanya. " Emely mematung, matanya berair mengingat sudah berapa orang mengatakan dirinya seperti itu. Bahkan Rayhan kekasihnya mengatakan hal yang sama dengan yang diucapkan pria ini.

"Kenapa kau mematung? Apakah ucapanku benar perempuan murahan. " Kali ini ucapan pria itu terdengar nyaring ditelinga Emely. Membuat air matanya, mulai mengalir dipipinya.

Emely memejamkan matanya, menahan sesak didadanya. Namun cekalan tangan pria itu tiba - tiba terlepas dari tangannya.

"Sekali lagi kau bilang dia murahan, akan kurobek mulutmu dan tanganmu ini harus diberi pelajaran karena sudah beraninya menyentuhnya. " Pria itu mengambil botol minuman, memecahkannya dilantai dan menusuk tangan pria tadi dengan setengah pecahan botol minuman yang setengah utuh.

"Mas Davi, stop kau bisa membunuh pria itu. " Ucap kak Boy keluar dari ruangannya, setelah mendengar suara dentingan botol tadi.

Davino hari itu datang menemui kak Boy untuk mengorek sedikit informasi tentang kejadian waktu malam Emely menampar adiknya, namun setelah dia keluar ruangan kak Boy, dia tanpa sengaja melihat kejadian saat laki - laki itu, mulai kurang ajar pada Emely dan terjadilah keributan tadi.

"Memang aku akan membunuhnya." Ucap Davino, hendak menusuk pria itu namun melihat Emely yang gemetar ketakutan menatapnya, membuat Davino langsung melepaskan pecahan kaca itu dan langsung meraih tubuh Emely yang sudah mulai jatuh karena sudah tidak sadarkan diri. Mungkin Emely terguncang melihat kejadian yang mengerikan terjadi didepan matanya.

Terpopuler

Comments

Erna

Erna

devino sdh mulai jatuh cinta sama emely

2023-05-20

1

Putri Minwa

Putri Minwa

👍👍👍

2023-05-06

0

musran manorek

musran manorek

aku juga bakal pingsan kalo bgtu..

2020-08-02

7

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!