BAB 12

Serasa tidak memiliki tenaga yang tersisa, Emely berjalan sempoyongan ke dalam rumah sakit, matanya hanya menatap pijakan kakinya dengan tatapan kosong. Pikirannya berlarian jauh kearah semua masalah yang menimpah keluarganya dan juga dirinya. Sampai tiba - tiba bugg dia terjatuh karena seseorang tak sengaja menabraknya. Bahkan Emely tidak meringis dan merasakan sakit. Padahal dia jatuh cukup keras.

"Maaf nona saya tidak sengaja. " Ucap seorang dokter tampan yang berusaha membantuh Emely berdiri. Karena ada pasien gawat darurat, dokter itu berlari dan tanpa sengaja menabrak Emely yang baru saja memasuki lorong menuju ruangan dimana ibunya dirawat.

Emely tidak menanggapi ucapan dokter tersebut. Dia kembali berjalan dan kembali menatap nanar lantai keramik rumah sakit.

Sedangkan dokter tadi hanya melihatnya dan kemudian kembali berlari ke ruangan UGD.

" Mel dimana Rayhan? " Tanya Sisilia dan Ana yang sudah berada didepan ruangan ibunya.

"Sil, An pulanglah. " Ucap Emely menatap kedua sahabatnya.

"Tapi Mel? " Ana ingin bertahan untuk menemaninya namun Sisilia menahannya berbicara dan mengikuti keinginan sahabatnya.

" Aku ingin sendiri. Ku mohon. " Matanya sudah berkaca - kaca.

"Baiklah Mel, kami akan pergi. Tapi jika kau membutuhkan sesuatu segera hubungi kami. Setelah Emely mengangguk kedua sahabat itupun pamit meninggalkan Emely. Setelah kepergiaan kedua sahabatnya, Emely pun menangis dalam diam didepan ruangan ibunya dirawat. Berusaha tidak bersuara karena tidak ingin membebani ibunya yang sedang berjuang melawan penyakit yang dideritanya.

***

"Kenapa kau datang kesini? Ingin menertawakan aku lagi? " Ucap Davino melihat sahabatnya yang masuk keruangannya tanpa mengetuk pintu sebelumnya. Memang kebiasaannya seperti itu sejak dulu.

Dokter Alex dengan senyum mengembang dibibirnya langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa ruangan sahabatnya. Tidak perduli dengan protes sahabatnya.

" Aku datang kesini untuk istrihat. Kau malah bawel. " Ucapnya santai membuat Davino kesal dan mulai berjalan kearahnya dan meraih bantal sofa dan melemparnya kearah kepala dokter Alex yang sudah menutup matanya.

"Kalau kau ingin istirahat, pulang sana kerumahmu atau ke hotel. Kenapa harus ke kantorku. " Davino memilih duduk disalah satu sofa masih dengan wajah kesalnya, menatap sahabatnya yang tiduran bahkan masih mengenakan sepatunya.

" Berisik. " Jawab dokter Alex masih menutup matanya membuat Davino tambah kesal dan kembali meraih bantal sofa dan kembali melemparnya. Namun Alex bahkan tidak perduli.

"Bekerjalah. Aku tidak akan mengganggumu. Bangunkan aku jika sudah mau pulang. " Ucap Alex.

Beberapa saat Alex kemudian membuka matanya, tujuan utamanya kesini bukanlah untuk istirahat. Tapi ada maksud lain dibalik kedatangannya. Alex kemudian duduk menatap sahabatnya secara seksama.

"Kenapa sekarang ? Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau jatuh cinta padaku? " Tanya Davino membuat Alex bergidik geli dengan ucapan Davino padanya. Namun dia mengikuti permainan sahabatnya, yang menuduhnya seperti itu.

" Iya sepertinya aku jatuh cinta padamu. Tidurlah denganku tampan. " Mendekati Davino dengan memajukan bibirnya seperti ingin mencium Davino. Davino yang gantian bergidik geli dan mulai bagun dari kursinya dan kembali ke kursi kerjanya.

Alex langsung tertawa terbahak - bahak melihat reaksi Davino.

"Oh yah, nanti malam kita pergi ke Diamont Star yah. Aku ingin minum - minum." Alex mulai berbicara. Tujuannya mengajak Davino ke Diamont Star adalah untuk melihat dimana gadis yang membuat Davino berubah hari ini. Berhubung besok dia juga tidak kebagian shif. Jadi dia bisa minum malam ini.

" Aku lagi malas pergi kesana. " Tolak Davino karena dia pasti akan bertemu dengan wanita itu.

" Kau pasti tidak ingin bertemu dengan wanita itukan? " Tebak Alex.

" Apa kau memiliki perasaan padanya sehingga kau tidak ingin melihatnya. " Tambah Alex. Niatnya hanya ingin memancing Davino.

"Tidak ada perasaan dalam kamusku. " Ucap Davino dengan bangga. Karena sejauh ini, dia tidak pernah jatuh cinta, walaupun dia sudah beberapa kali tidur dengan wanita. Dia bahkan beberapa kali pacaran namun tentu saja hanya status semata tanpa menggunakan perasaan.

"Ya udah kalau begitu, buktikanlah itu. " Ucap Alex kembali.

"Baiklah." Akhirnya Davino menuruti ajakan sahabatnya untuk pergi ke Diamont Star.

Malam harinya mereka pergi ke Diamont Star. Tapi sayangnya Alex tidak dapat melihat gadis yang membuatnya penasaran. Dia bahkan sudah susah payah mengajak Davino malam ini ke Diamont Star.

Emely hari itu meminta ijin ke kak Boy, karena tidak bisa masuk kerja karena harus menemani ibunya dirumah sakit dan kak Boy pun mengijinkannya. Karena kak Boy tahu sendiri, jika hanya Emely dan Eduar yang ibunya miliki saat ini.

***

Dua hari kemudian keadaan ibunya semakin menurun.

"Kak bagaimana keadaan ibu? " Tanya Eduar baru saja datang dari kampus. Karena sudah dua hari dia tidak masuk karena menjaga ibunya dirumah sakit. Walaupun dia tetap bersikeras menjaga ibunya namun hari ini Emely menyuruhnya ke kampus. Karena sebentar lagi Eduar akan mengikuti ujian semester. Dia melihat wajah cemas kakaknya yang duduk diluar ruangan ibunya dirawat.

" Kondisi ibu bisa dikatakan kritis dek. Ibu harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. " Emely kemudian menjelaskan kepada adiknya sesuai yang dokter jelaskan padanya bahkan biaya yang harus mereka siapkan.

"Kak dari mana kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu? " Tanya Eduar mengacak rambutnya frustasi.

"Apa tidak ada cara lain kak? " Tanya Eduar kembali.

"Kata dokter ada satu cara untuk membuat ibu bertahan. "

"Apa itu kak? " Tanya Eduar menatap penuh harap. Berharap cara berikutnya tidak memakan banyak biaya seperti biaya untuk transplantasi sumsum tulang belakang.

"Terapi radiasi. " Jawab Emely.

"Lalu berapa biayanya kak? "

" 40 hingga 70 juta tergantung dari stadium kanker yang dialami ibu. " Jawab Emely, begitu kira - kira uang yang harus dia setor ke bagian administrasi sebelum dilakukan tindakan radioterapi atau terapi radiasi untuk ibunya.

"Ya Tuhan kak, kita tidak memiliki uang sebanyak itu. " Eduar menunduk tak berdaya.

"Eduar akan coba meminjam dari teman - teman Eduar, siapa tahu ada yang bisa meminjamkan untuk kita. " Emely mengangguk, membiarkan adiknya mulai menghubungi teman - temannya. Walaupun Eduar tidak memiliki banyak teman. Karena dia tidak punya banyak waktu bersosialisasi di lingkungan kampusnya. Karena setelah jam kuliah selesai, dia harus segera pulang menjaga ibunya bergantian dengan Emely yang harus berangkat bekerja.

Sudah lima orang yang dihubunginya namun tidak ada satupun yang bisa membantunya.

"Kak Emely akan pergi menemui Sisilia dan Ana. Siapa tahu saja mereka memiliki tabungan dan kakak juga akan mencoba meminjam dari kak Boy. " Ucap Emely diangguki adiknya.

Emely pun memesan ojek online dan menuju ke kediaman sahabatnya. Namun ditengah jalan dia melihat sosok wanita yang sudah membawa ayahnya pergi. Emely pun meminta driver menghentikan kendaraannya. Emely pun mengejar wanita yang mulai masuk kedalam sebuah butik tidak jauh dari pusat kota.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

Emely ini, kandang bikin kesal deh

2023-05-04

1

Ika Aprianti SSC🌹

Ika Aprianti SSC🌹

aduuh Emely knp kau malah mengejar wanita tidak tau malu ituu!!!!

2020-08-02

2

LENY

LENY

aduh Emily jgn mau ketemu wanuta itu pasti gak akan mau nolong malah dihina nnt

2020-07-14

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!