BAB 10

"Tumben kau datang ke rumah sakit. Biasanya kau tidak suka bau rumah sakit. Aku sangat terharu, sampai - sampai ingin menangis darah. Apakah kamu sakit? " Mengganti pertanyaan, seharusnya dia menanyakan

" Apakah manusia sepertimu bisa sakit? " Tertawa seenaknya. Karena tidak masuk akal menurutnya jika seorang manusia seperti Davino sakit dan pergi ke rumah sakit. Walaupun Davino juga manusia biasa seperti dirinya.

"Sial. Jangan membuatku memukulmu dan menjadikanmu sebagai salah satu pasien di rumah sakit mu sendiri. Aku sedang kesal sekarang. " Ucap Davino menatap kesal kearah sahabatnya.

Alexander Hardian

Seorang dokter ahli Onkologi (spesialis kanker). Berwajah tampan, Terlihat kalem kalau sudah di rumah sakit, humoris dan mencintai pekerjaannya. Pernah diputuskan pacarnya didepan pasien karena tidak datang ke acara ulang tahun pacarnya. Bersahabat dengan Davino sejak mereka kecil.

"Kenapa pagi - pagi kau sudah terlihat kesal? Apakah hasratmu tidak tersalurkan semalam? " Alex kembali tertawa melihat raut wajah kesal Davino.

"Aku kesal pada seorang gadis, tidak dia bukan seorang gadis lagi dia seorang wanita sekarang. Karena aku telah mengambil kegadisannya. " Davino memang selalu bercerita jujur kepada Alex.

Alex berdecak dan menggeleng kepala.

"Siapa lagi gadis yang telah menyerahkan dirinya padamu? Mereka benar - benar tidak punya mata. Coba saja mereka menyerahkan diri padaku akan kuserahkan rumah sakit ini untuknya. " Tertawa lagi. Padahal gadis - gadis diluar sana mau saja mengantri untuk menjadi pacarnya. Namun semenjak dia putus dengan pacarnya yang terakhir, dia memilih fokus dengan pekerjaannya.

" Dia tidak menyerahkan dirinya padaku. Tapi aku... " Ragu - ragu Davino mengatakannya. Sedangkan Alex terlihat menunggu sambungan kalimat Davino. "Aku memperkosanya. "

" What? " Kaget karena baru kali ini, Davino menodai seorang gadis. Apalagi ini Davino loh, pria yang digilai banyak wanita dan bisa menunjuk wanita mana saja untuk bersamanya.

" Dimana wanita itu? Aku akan memberikan apresiasi dan medali penghargaan untuknya karena pasti wanita itu menolak kau tiduri dan akhirnya ... " Tidak melanjutkan kata - katanya karena Davino tahu lanjutan kalimatnya.

"Aku yang memaksanya. Begitu kan yang ingin kau ucapkan." Sambung Davino kesal membuat Alex semakin senang menggodanya.

"Kau sendiri yang mengatakannya tuan Davino. " Alex tertawa lagi.

"Kalau tahu kau akan menertawakan ku seperti ini, aku menyesal telah datang menemui mu. " Sudah ingin bangkit dari sofa yang didudukinya bersama Alex, namun Alex menahannya.

"Baiklah pemarah. Aku tidak akan tertawa lagi dan akan serius mendengar ceritamu. " Alex memasang wajah bak seorang pendengar yang baik. Seperti seorang anak mendengarkan dongeng bawang putih bawang merah dari ibunya sebelum tidur.

"Siapa dia? gadis yang menolakmu ? dan kenapa bisa kau melakukan hal itu padanya? Secara kau bisa mendapatkan gadis manapun untuk menemanimu." Tanya Alex ketika Davino tak kunjung bicara.

"Aku lupa namanya. Tapi dia bekerja di Bar Diamond Star, milik Boy pria jadi - jadian itu." Davino akhirnya mulai bercerita.

"Apa? Dia bekerja disebuah Bar malam tapi masih virgin? Wow aku benar - benar harus berkenalan dan memberikan penghargaan padanya. " Berhenti mengoceh ketika Davino memberikan tatapan kesalnya.

"Ups Sorry, Dasar nih mulut tidak bisa diam. " Habis ini menarik, baru kali ini Alex mendengar cerita Davino yang membuatnya penasaran. Davino datang pertama kali menemuinya di rumah sakit, berwajah kesal, menodai seorang gadis dan gadis itu bukan anak seorang pejabat atau artis cantik tapi seorang gadis pekerja disebuah Bar malam. Dilihat dari pekerjaannya berarti dia gadis sederhana dan dari sosial menengah ke bawah.

" Dia memukul David di Bar jadi aku membawanya ke apartemen dan ... " Belum melanjutkan kalimatnya lagi - lagi Alex memotong pembicaraannya. Sepertinya Alex tidak bisa menjaga mulutnya.

"Apartemen? " Alex bahkan sangat kaget. Karena Apartemen milik Davino terlarang untuk siapa saja yang masuk kecuali Alex dan David adiknya. Kalau Bi Ani hanya sesekali datang untuk membersihkan apartemen anak tuan besarnya itu. Jadi bisa dibilang Bi Ani, bukan pelayan di apartemen milik Davino. Melainkan pelayan di rumah orang tua Davino.

Davino mengangguk. Alex kemudian menaruh tangannya di dahi Davino, membuat Davino bingung.

"Kau tidak sakit. " Ucap Alex membuat Davino ingin memukulnya.

"Aku malas bercerita padamu. Aku ke kantor dulu. " Sudah berjalan tanpa menunggu Alex menjawabnya.

"Ahh dasar ni mulut, kenapa sih kamu tidak bisa diam " Alex Menyentil mulutnya. "Aku bahkan penasaran ingin mendengar sampai akhir ceritanya. Ini sesuatu yang langkah. " Berbicara sendiri, membayangkan siapa wanita yang membuat Davino seperti orang bodoh.

"Dokter ada pasien yang membutuhkan pertolongan di ruang ICU. " Masuk salah satu perawat setelah sedari tadi mengetuk pintu namun karena melamun Alex tidak mendengar suara ketukan itu.

"Oke, saya segera kesana. " Sudah bersikap layaknya seorang dokter sungguhan. hahaha padahal dia memang seorang dokter.

***

"Kak Emely, kakak kemana saja? " Eduar yang terlihat mondar mandir dengan wajah cemasnya di depan ruang ICU dimana ibunya dirawat. Melihat kedatangan Emely yang berlari kecil kearahnya.

"Maaf kak Boy baru bisa mengantar Emely kesini. " Kak Boy yang menjawab. Karena dia melihat Emely yang tidak bisa menjawab pertanyaan adiknya.

"Dek apa yang terjadi dengan ibu? Kenapa ibu bisa drop? " Emely mendekati Eduar dan menangis dan berusaha membuka pintu ruang ICU namun Eduar melarangnya karena dilarang dokter dan perawat yang tengah memeriksa ibunya.

" Eduar nggak tahu kak. Tadi pagi disaat Eduar akan memberikan sarapan buat ibu, ibu sudah tidak sadarkan diri. Jadi Eduar membawa ibu kesini dengan bantuan pak Ramly tetangga kita. " Eduar menjelaskan kronologi kejadian tadi pagi disaat ibunya ditemukan pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya, seperti mimisan.

"Emely sayang dan juga Eduar sayang. Kak Boy pamit kembali ke Bar yah. Maaf Kak Boy tidak bisa menemani kalian lama - lama. Biaya Administrasi biar kak Boy yang bayar." Pamit Kak Boy.

" Tidak apa - apa kak Boy dan terima kasih telah membantu kami. " Ucap Emely dan di iyakan kak Boy. Sebelum Kak Boy pergi, dia pun berpesan kepada Emely untuk tidak sungkan meminta bantuan padanya.

"Dek bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk dengan ibu? " Tanya Emely kepada Eduar.

"Aku belum siap kehilangan ibu Dek." Tambahnya mulai menangis terisak, yang bisa Eduar lakukan adalah memeluk kakak perempuannya yang mungkin lebih rapuh darinya.

Sementara dari ujung lorong ada seorang pria menatap keduanya.

"Dasar perempuan murah*n. Semalam tidur denganku sekarang berpelukan dengan pacarnya. Tapi mengapa dia menangis? Apa dia sedang mengakui pada pacarnya bahwa dia telah di perkosa. " Laki - laki itu ialah Davino. Setelah dia keluar dari ruangan Alex, dia melihat sosok wanita yang mengenakan gaun yang sama sewaktu dia mengantarnya tadi. Dia tidak bisa mendengarkan pembicaraan Emely dan Eduar karena dia berada sedikit jauh dari ruangan ICU.

Terpopuler

Comments

Ika Aprianti SSC🌹

Ika Aprianti SSC🌹

haduuuh Davi 😠😠😠😠😠

2020-08-02

2

Liani la Bunga

Liani la Bunga

davino gilaaa

2020-06-26

4

Nurbayah Nurbayah

Nurbayah Nurbayah

devino gak punya perasaan

2020-05-19

8

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!