BAB 3

"Kak Emely, Eduar berangkat ngampus dulu."

Sebelum berlalu, Emely berteriak kepada adiknya tersebut "Jangan lupa temui ayah dan cepat pulang. Kakak akan mencari pekerjaan baru hari ini. " Eduar berbalik mengangkat jari jempolnya dan berlaru meninggalkan Emely yang masih berdiri memandang punggung adiknya.

"Muda - mudahan Eduar bisa membujuk ayah pulang." Berdoa dalam hati sambil melangkah kearah dapur.

***

" Pak apakah ayah saya ada didalam? " Tanya Eduar pada salah satu rekan kerja ayahnya yang Eduar kenal dulu waktu ayahnya sempat mengajaknya ke pabrik ini.

"Loh nak, ayahmu sudah berhenti sejak tiga hari yang lalu. Ayahmu bilang, dia sudah mendapat pekerjaan yang lebih baik." Ucap rekan ayahnya membingungkan Eduar.

"Apa bapak tahu dimana tempat kerja ayah saya yang baru? " Eduar berharap masih bisa menemukan dimana saat ini ayahnya berada.

"Maaf nak, bapak tidak tahu. Ayahmu juga tidak menyebutkan tempat kerjanya yang baru." Ada segurat kekecewaan diwajah Eduar.

"Baiklah pak, terima kasih atas informasinya."

"Sama - sama nak. " Eduar pun pamitan kepada pria yang seumuran ayahnya tersebut. Dia memilih pulang mengingat harus berganti menjaga ibunya karena hari ini Emely akan mencari pekerjaan baru.

***

" Ini udah beberapa toko, tempat laundry, restoran yang aku lamar, tapi kenapa tidak ada satupun yang membutuhkan karyawan part time. " Emely terlihat sedih, sudah duduk didalam mobil disamping Rayhan.

"Sabar yah." Rayhan mengelus pucuk kepala Emely dan menyodorkan air mineral dingin yang tadi sempat dibelinya dalam toko.

"Kita kemana sekarang?" Tanya Rayhan belum menghidupkan mesin mobilnya.

"Kita pulang saja. Besok kita lanjut lagi. Kamu pasti lelah. Besok juga kamu ada kuliah pagi kan? " Rayhan mengangguk. Rayhan memang masih kuliah dan masih semester VII. Awal pertemuannya dengan Emely dikampus itu saat Emely masih menjadi calon mahasiswa baru dan Rayhan yang masih semester V menjadi salah satu Senat Mahasiswa dan menjadi mentor dalam kelompok Emely. Emely terlihat lucu dengan kunciran rambutnya, menggemaskan menurut Rayhan dan setelah selesai masa orientasi untuk mahasiswa baru Rayhan pun menyatakan perasaannya namun ditolak oleh Emely.

Rayhan berusaha dan tidak pernah berhenti mengejar Emely dan buah kesabarannya berhasil membuat gadis itu menerimanya setahun yang lalu.

***

"Bagaimana apakah kamu sudah bicara dengan ayah dek? " Tanya Emely kepada Eduar disaat mereka sedang menonton tv diruang tengah rumah kecil mereka.

"Eduar tidak ketemu ayah kak. " Emely memicingkan matanya menuntut penjelasan lebih adiknya.

"Ayah sudah berhenti dari pabrik itu kak, tiga hari yang lalu. " Ucapnya menunduk.

"Kita kehilangan jejak ayah kak." tambahnya lirih. Karena pabrik itu satu - satunya petunjuk keberadaan ayahnya. Namun rekan kerja ayahnya dipabrik itupun tidak tahu keberadaan ayahnya.

"Kita akan menemukan ayah. Kakak berjanji." Emely merangkul adiknya.

***

Hari ini Emely kembali mencari pekerjaan. Emely tidak ditemani Rayhan yang harus mengantar ibunya pergi arisan bersama kelompok sosialitanya.

"Maafkan aku Onta, aku tidak bisa menemanimu hari ini." Pesan yang diterima Emely yang tadinya masih menunggu Rayhan didepan rumahnya. Setelah mendapat pesan itu Emely pun berangkat menaiki bis kota. Kembali ia masuk keluar toko, rumah makan dan tempat yang bisa menggunakan ijasah terakhirnya sebagai syarat lamaran. Namun hasilnya tetap sama, mereka membutuhkan karyawan full time bukan part time.

Emely linglung, panas sore juga mulai menusuk kulit putihnya. Langit terlihat sangat terik padahal waktu sebentar lagi magrib. Emely baru akan berjalan kepembatas jalan menuju halte bis, namun ada mobil yang hampir menabraknya dan membuat Emely terduduk dijalan raya.

"Apa kau tidak memiliki mata? " Teriak wanita yang Emely pernah ingat wajahnya. Emely mengumpulkan kesadarannya karena syok hampir tertabrak tadi.

"Benar dia wanita itu" Emely berdiri dengan sedikit sakit dibagian kakinya. Emely sekarang ingat siapa wanita itu.

"Dimana ayahku? " Emely mendekati wanita yang waktu itu datang kerumahnya membawa ayahnya pergi. Menggenggam erat kedua lengan wanita itu.

"Dimana ayahku? " Sekali lagi dia bertanya. Semua mata yang menunggu kedatangan bis dihalte tersebut melihat kearah Emely dan wanita itu. Ada yang tertarik dengan pertikaian kedua orang itu, ada yang memilih cuek dan menaiki bis yang membawa mereka ke tempat tujuan mereka.

"Ayahmu siapa?" Teriak wanita itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Emely namun tidak berhasil. Emely menahannya sangat kuat karena wanita ini harapan satu - satunya yang tahu keberadaan ayahnya.

Seorang polisi lalu lintas datang merelai pertikaian dua wanita itu. Namun percuma Emely tetap tidak melepaskan tangan wanita itu.

"Nona bicarakan baik - baik, jika ada masalah dengan wanita ini. " Bujuk pak polisi, namun Emely tetap bertahan, bayangan ibunya yang sakit tanpa didampingi ayahnya membuat keberaniannya berkali kali lipat. Dia bahkan tidak menghiraukan kata polisi itu.

" Tolong saya, dia berani kurang ajar kepada saya. Dia bilang saya membawa kabur ayahnya." Wanita itu berakting sangat baik, walaupun lengannya memang sudah terasa sakit.

"Nona tolong. Nona bisa ditahan karena dengan tuduhan melakukan kekerasan fisik pada wanita ini." Pak polisi masih berusaha menarik tangan Emely.

"Sial gadis itu kuat juga" Gumam pak polisi.

Sampai akhirnya ada seseorang yang membuka pintu mobil dan menghempaskan tangan Emely kasar.

"Ayah " Ucap Emely mulai mendekati ayahnya.

"Aku bukan ayahmu. Aku tidak memiliki anak yang tidak punya etika sepertimu, bertengkar dengan orang yang lebih dewasa darimu. Ditengah jalan pula."

Degg. Kata - kata ayahnya menghujam jantung Emely. Rasanya seperti tertusuk pedang belati. Sakit namun tak berdarah. Ayahnya menyangkalinya sebagai anak, hanya karena membela wanita yang baru beberapa bulan dikenalnya, dibanding anaknya yang sudah hampir 21 tahun bersamanya.

"Ayah, Emely janji tidak akan bertengkar dengan siapapun lagi, Emely akan menjadi anak yang lebih baik lagi. Asalkan ayah pulang sama Emely, Ibu membutuhkan ayah."

Sepertinya semua yang menyaksikan kejadian dari tadi sudah mendapat jawaban dari pertanyaan yang ada di kepala mereka masing - masing, termasuk pak polisi tadi. Dia sudah mengerti masalah yang dihadapi gadis ini.

"Oh jadi dia selingkuhan ayahnya." Suara seseorang wanita yang terdengar pelan namun bisa didengar Emely, ayahnya dan juga wanita yang sudah sangat kesal, menatap Emely.

"Sayang ayo kita pergi. " Ajak wanita itu kepada ayah Emely.

"Ayah " Emely masih mengejar dan menahan pintu mobil dimana ayahnya masuk. Setengah tangan Emely menghadang pintu mobil berharap ayahnya tidak akan menutup pintu karena tangannya akan terjepit. Namun ayahnya tetap menarik pintu, membuat Emely meringis dan terpaksa menarik tangannya yang sudah memerah. Emely terduduk dijalan raya, menangis seperti orang bodoh. Semua yang melihatnya sedari tadi merasa iba.

"Mengharukan " Kata pria yang sedari tadi memperhatikan dari balik kemudi mobilnya yang terparkir tidak jauh dari Emely saat ini.

Setelah merasa tenang, pak polisi tadi membantu Emely berdiri dan mengantarnya sampai dalam bis, bis tujuannya untuk pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Erna

Erna

pelakor serem melebihi kuburan

2023-05-20

2

Een Mely Santi

Een Mely Santi

dsr ayah biadab

2022-10-12

1

Yunita Suan

Yunita Suan

sakiiiit emg 😥😥😥😥 karena aku pernah merasakan di posisi Emily 😥😥😥😥😥

2021-10-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!