BAB 4

"Kenapa dengan tanganmu nak?" Elisa ibunya melihat pergelangan tangan anaknya yang memerah dan bahkan sudah mulai membiru. Ketika menyuapi ibunya makan malam.

"Tadi Emely kejepit pintu bis bu. " Kilah Emely tidak ingin memberitahu ibunya alasan kenapa tangannya jadi seperti itu.

"Emely maafkan ibu." Selalu kalimat itu yang ibunya ucapkan. Karena dirinya Emely harus membanting tulang untuk keluarganya. Emely juga tidak menyadari bahwa semenjak ayahnya pergi, ibunya tidak pernah menanyakan ayahnya. Membuat Emely sedikit lega karena dia harus menjawab apa jika sampai ibunya bertanya. Emely tidak tahu bahwa ibunya sudah mengetahui jika suaminya telah pergi meninggalkannya dan juga kedua buah hati mereka.

" Ibu, Emely keluar sebentar. Emely akan ke mini market membeli sesuatu." Ibunya hanya mengangguk dan mengatakan untuk Emely berhati - hati.

***

" Hei berhenti " Teriak segerombolan pria kepada pria umur berkisar 40 tahun yang tengah lari terengah - engah dan menabrak Emely yang hendak pulang dari mini market dengan menjijing tas kresek berwarna putih ditangannya.

"Nona tolong saya. " Pria yang gaya bicaranya kemayu itu, bersembunyi dibalik tubuh ramping Emely.

"Pak aku hanya seorang gadis, apa yang bisa aku lakukan melindungi bapak. Mereka berlima pak." Ucap Emely pada pria yang masih bersembunyi dibalik tubuh Emely. Lima orang pria bertubuh kekar dan berwajah menyeramkan itupun sudah hampir mendekati Emely dan pria tadi.

"Tolong saya nona. " Emely meraih ponselnya menyembunyikannya dibelakang dan memutar rekaman suara sirene mobil polisi.

"Itu suara mobil polisi keliling. " Ucap Emely setengah berteriak. Lima orang preman yang mendengar suara itu langsung kabur begitu saja. Emely langsung menarik tangan pria tadi, keduanya lari dan berhenti di depan rumah Emely. Keduanya mengatur nafas mereka yang tersengal - sengal, ketika sudah sampai didepan pintu rumah Emely.

"Masuklah." Ajak Emely kepada pria yang baru ditemuinya itu. Pria itu mengikuti langkah kaki Emely masuk kedalam rumah.

"Siapa dia kak? " Tanya Eduar yang baru keluar dari dalam kamar.

"Saya Boy. " Ucap pria itu, menyodorkan tangannya berkenalan dengan Eduar. Eduar hampir tertawa dengan gaya bicaranya yang kemayu. Namun Eduar menahannya karena lirikan Emely padanya. Pria itu sedikit lama menjabat tangan Eduar. Yah mungkin dia juga menyukai sesama jenis pikir Emely.

" Kalian tinggal berdua?" Tanyanya setelah melepaskan tangan Eduar dan kembali duduk di kursi plastik tadi.

"Sama Ibu. Tapi Ibu sedang sakit dikamar." Emely yang menjawab.

"Ayah kalian?" pertanyaan pak Boy membuat keduanya diam tak menjawab.

"Sorry. " Ucap pak Boy tulus.

" Kau kerja dimana?" Tanyanya pada Eduar dan tidak lagi menanyakan ayah mereka.

"Saya tidak bekerja pak. Saya kuliah." Jawab Eduar jujur.

"Jangan panggil pak, panggil saya kak Boy saja. Saya belum setua itu " imbunya.

Eduar hanya tersenyum.

"Kalau kau nona?" tanya pak Boy pada Emely.

"Saya baru berhenti dan sekarang sedang mencari pekerjaan baru. " Jawab Emely jujur. Entah mengapa mereka bisa sejujur ini kepada orang yang baru mereka kenal.

"Kau mau kerja bersama kak Boy?" Tanyanya membulatkan mata Emely. Seperti bertanya apa orang ini serius mengajaknya bekerja. Pekerjaan apa? Salon, aku bahkan tidak tahu menggunting poni rambutku.

"Kak Boy memiliki sebuah Bar di kota ini. Jika kau mau kau bisa bekerja disana." Eduar dan Emely saling tatap menatap, mendengar kata BAR.

"Maaf kak Boy, saya mencari pekerjaan part time." Tolak Emely dengan cara halus. Karena dia tahu bagaimana pekerjaan di BAR tersebut. Harus melayani pria mabuk entahlah dia juga tidak terlalu tahu karena belum pernah masuk kedalan BAR sebelumnya.

"Kamu bisa datang kapan pun yang kamu mau. Kak Boy akan membayarmu full time." Masih terbesit ketakutan dimata Emely karena bisa saja pria ini pria tidak baik.

"Jangan takut sayang, Kak Boy orang baik. Kak Boy bukan seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Kau sudah menolong kak Boy, kak Boy tidak akan menjahati malaikat penolong kak Boy. Satu hal lagi Bar kak Boy dilarang keras memperjual belikan perempuan didalamnya." Jelas Kak Boy.

"Begini saja kalian pikirkan dulu. Jika belum mendapat pekerjaan, hubungi kak Boy. " Pria itu menyerahkan kartu namanya yang sudah tertera nomor Bar dan juga nomor ponselnya. Setelah itu dia menghubungi seseorang untuk menjemputnya. Boy pun pamitan kepada Eduar dan Emely dan sekali lagi berterima kasih karena Emely telah menolongnya.

***

"Apakah kakak akan bekerja bersama kak Boy?" Tanya Eduar kepada kakak perempuannya yang tengah berpikir keras.

"Entahlah dek. Kakak butuh uang. Karena sebentar lagi ibu harus kemo. Belum juga kebutuhan hidup kita setiap hari. Uang tabungan kakak juga sudah mulai menipis." Emely menarik nafasnya lama dan membuangnya kasar.

" Maafkan Eduar kak, Eduar tidak bisa membantu kakak mencari uang. "Eduar berfikir " Atau Eduar berhenti saja kuliah dan biar Eduar yang bekerja di Bar itu? " Emely memelototi adiknya.

" Kau harus fokus pada kuliahmu. Buat ayah dan ibu bangga padamu, bukan buat ayah menyesal karena telah meninggalkan kita. Kakak yang akan bekerja." Ucap Emely berlalu meninggalkan adiknya.

Terpopuler

Comments

Yunita Suan

Yunita Suan

semoga sehabis hujan ada pelangi ya thor 😘😘😘😘

2021-10-26

1

Ifa El Abdurrahman

Ifa El Abdurrahman

sedih.. bikin nyesek😥

2020-10-14

1

musran manorek

musran manorek

kerasnya kegidupan

2020-08-02

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!