Aku membuka mataku perlahan saat mendengar beberapa kali sura ketukan pintu. Aku menyeret kakiku yang masih terasa berat untuk membuka pintu. Di balik pintu aku melihat Arum yang sudah siap dengan pakaian olahraganya. Kemarin kami sudah sepakat untuk joging di tepi pantai dan membeli beberapa sovenir serta oleh-oleh sebelum sorenya kami harus kembali kerumah.
Arum tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi dan menerobos melewatiku yang masih berdiri di depan pintu.
" Buruan siap-siap, nanti kita ketinggalan sunrice!" Perintahnya.
" Aku cuci muka dulu." Mengambil pakaian lalu masuk ke kamar mandi.
Aku membasuh wajah dan menyikat gigiku , setelahnya aku melepas satu per satu pakain tidurku. Aku tersenyum saat melepas jaket milik kak Zean yang semalaman menemaniku tidur, aku memcium jaket itu dan aroma wangi kak Zean masih tertinggal di sana.
Aku dan Arum keluar dari Villa dan sedikit terkejut karena di luar masih gelap gulita. Kami duduk di teras, masih sedikit ragu untuk pergi ke pantai. Terdengar langkah seseorang menuruni tangga, langkahnya semakin dekat dan ceklek, suara pintu terbuka, aku dan Arum menoleh bersamaan.
" Kalian lagi ngapain pagi-pagi nongkrong di sini?" Tanya Kak Dion terlihat akan pergi joging juga dari pakaiannya.
" Mau joging kak, tapi masih gelap banget, kita takut." Jawab Arum sambil menunjuk ke langit yang masih gelap.
" Oh. Ya udah ayo sama kakak, bentar lagi mataharinya terbit." Ucap kak Dion lalu berjalan meninggalkan kami .
Aku dan Arum bergegas mengikuti kak Dion di belakangnya, kak Dion menoleh lalu berhenti dan kami bertiga akhirnya berjalan beriringan ke arah pantai.
" Kalian udah mau lulus ya?" Kak Dion bertanya sambil menggerakan tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya.
" Masih lama kak, baru aja naik kelas!" Jawab Arum lagi sementara aku memilih mengikuti gerakan kak Dion.
Kak Dion dan Arum terdengar asik bercerita, sementara aku lebih memilih diam dan menyimak percakapan mereka, kadang aku ikut tertawa saat mereka menceritakan hal-hal yang lucu. Kami sampai di tepi pantai, kak Dion duduk di atas pasir dan kami mengikutinya.
Beberapa saat kemudian, matahari mulai menunjukkan pendar jingga dengan cantiknya, langit mulai terlihat menunjukan jati dirinya, menyibak gelap yang menutupnya bersama dengan berakhirnya sang purnama. Kami terdiam, terpesona hingga kilaunya mulai terasa menyilaukan mata. Suara deburan ombah serta riuhnya angin pantai menambah keromantisan yang di suguhkan oleh sang Pencipta Sungguh Maha Besar Tuhan yang menciptakannya.
Hampir satu jam kami joging di tepi pantai. Karena sudah merasa lelah, kami akhirnya pulang ke Villa. Kami kembali ke kamar masing-masih untuk membersihkan diri dari.
Arum kembali mengetuk kamarku, karena tak kunjung aku buka dia menerobos masuk dan berteriak memanggil namaku.
" Apaan si Rum, teriak-teriak kaya di hutan!"
" Salah siapa di panggil nggak nyaut".
Aku hanya tersenyum getir mendengar jawaban dari sahabatku ini. Aku kembali membereskan pakaian kotor dan memasukkannya ke dalam paper bag dengan di komandani oleh Arum yang berdiri di depannku. Saat hendak memasukkan jaket kak Zean tiba-tiba Arum merebutnya .
" Punya siapa, perasaan kamu nggak punya jaket modelan begini deh?" Menatapku penuh curiga.
" Punyaku lah." Aku berbohong.
" Bohong banget sih." Tebaknya sambil mengendus jaket milik kak Zean.
" Bau parfum cowok sih." Arum tiba-tiba jadi detektiv dadakan.
" Punya kak Zean." Jawabku pada akhirnya.
" What? Demi apa? Kok bisa? Kapan kalian ketemunya?"
Aku sudah seperti penjahat yang tertangkap tangan dan sedang di cecar dengan banyak pertanyaan oleh detektiv Arum. Aku menyuruhnya duduk dan menceritakan semua detail apa yang terjadi semalam. Arum terlihat sangat berantusias mendengar ceritaku.
" Sudah puas?"Tanyaku setelah mendongeng di pagi hari.
" He.eh, puas banget." Tersenyum penuh kemenangan.
" Turun yuk, aku laper, mamah udah nyiapin sarapan." Ajaknya lagi.
" Mamah kamu masak?" Tanyaku heran, karena kata Arum mamahnya sama sekali tidak bisa masak.
" Enggak lah, gila aja mamahku masak, yang ada entar kita semua keracunan. Hahaha.. Tadi mamah nyuruh bibi yang biasa bersihin rumah buat bikin sarapan." Berbicara sambil membuka pintu.
Aku tertawa mendengar jawaban dari Arum, aku keluar kamar lalu di ikuti Arum yang kemudian menutup pintu kamar. Aku mengurungkan langkahku saat melihat kak Zean dan kak Natasha sedang bermesraan. Arum mengamatiku yang berdiri mematung, lalu matanya mengikuti arah pandanganku dan melihat keberadaan mereka juga. Aku menarik tangan Arum dan berjalan mendekati mereka, aku menganggukan kepalaku dan sekuat tenaga memakerkan senyum kepada mereka saat berjalan melewati mereka.
Dadaku tiba-tiba terasa sesak melihat pemandangan yang tak seharusnya aku lihat, meskipun kata Arum mereka sudah putus, tapi setiap gerakan yang mereka ciptakan mengatakan sebaliknya. Mereka masih begitu dekat, membuatku ragu dengan kebenaran tentang mereka.
Di meja makan kami semua hanya diam, sibuk dengan sarapan dan pikiran masing-masing. Sesekali aku melihat kak Zean menatapku, aku hanya menunduk dan menikmati sarapanku.
Setelah makan tidak kembali ke kamarku, aku berjalan di sekitar Villa untuk membantu tubuhku mencerna makanan yang baru aku makan. Kak Dion melambaikan tangan ke arahku, aku tersenyum dan menghampirinya yang sedang duduk di halaman Villa.
" Dari mana?" Tanya kak Dion setelah mempersilahkan aku duduk di sebelahnya.
" Jalan jalan aja kak, cari udara segar."
" Nanti mau ikut nyari oleh-oleh nggak?" Ajaknya.
" Boleh." Aku tersenyum.
" Aku boleh minta nomer kamu nggak? Siapa tau nanti kita bisa jadi temen."
Aku hanya mengangguk, kak Dion mengeluarkan ponselnya dan aku segera meraihnya lalu menulis nomorku di ponselnya.
" Makasih ya" Sambil mengetik sesuatu di ponselnya, mungkin sedang menamai nomerku.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
" Kalian lagi ngapain?"Terdengar suara dari belakang kami.
Kami menoleh dan melihat kak Zean sedang berdiri di belakang kami dengan tatapan tajam yang sulit di artikan. Dia seperti sedang menahan amarah, mungkin dia sedang bertengkar dengan kekasihnya atau apalah aku tidak peduli.
" Lagi duduk aja sambil ngobrol, iya kan Ndi?" Jawab kak Dion dan melempar pertanyaan kepadaku.
Lagi lagi aku hanya mengangguk. Rasanya sangat malas untuk sekedar mengeluarkan kata-kata dari mulutku. Aku menoleh ke arah kak Zean yang tiba-tiba duduk di sebelahku. Aku merasa canggung karena di apit oleh kedua lelaki yang notabene belum terlalu aku kenal.
" Apa yang kalian bicarakan?" Tanya kak Zean sambil menatapku.
" Hanya obrolan biasa!" Jawab kak Dion.
" Pemandangan apa ini?" Celetuk seseorang lagi yang terdengar seperi suara om Fajar.
Kami menoleh dan melihat semua orang berdiri di belakang kami. Aku bergidik ngeri saat melihat kak Natasha yang menatapku dengan tajam. Aku berdiri menghampiri Arum yang berdiri di sebelah orang tuanya.
" Mau kemana?" Tanyaku pada Arum
" Tante mau nyari oleh-oleh khas tepi pantai. kamu mau ikut?" Jawab tante Marisa.
" Semua orang Tan?"
" Iya, mereka katanya mau cari sovenir dan jalan jalan di sekitar pantai." Imbuh tante marisa.
" Kita emang udah rencanain dari semalem kok mah." Sambung Arum yang tak kunjung mendengar jawaban dariku.
Tante Marisa menoleh ke arahku, aku hanya mengangguk dan kemudian kami semua pergi meninggalkan villa dengan berjalaan kaki.
Kami menghabisnya banyak waktu untuk membeli oleh-oleh dan sovenir. Padahal jarak rumah kami hanya sekitar dua jam dari pantai tapi kami sudah seperti sekelompok turis yang menggila saat membeli oleh-oleh.
Tak terasa waktu cepat beralalu, setelah puas dengan barang belanjaan masing masing, kami akhirnya pulang ke Villa karena harus berkemas dan pulang ke rumah.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ndiii aku nitip y oleh" nya....kirim ke sukabumi ndiiiii
2022-08-25
0
Your name
Kenapa ya?Kalau lagi saat-saat terbaik hari mala berlalu begitu cepat
2022-07-11
1
Aris Pujiono
mantap kak
2022-03-11
2