Aku kembali ke Villa setelah ambulan yang membawa kak Ega dan pasiennya sudah tak terlihat lagi. Aku naik ke kamarku untuk mandi, karena ternyata sudah hampir jam 5 sore. Badanku terasa segar lagi setelah mandi, aku mengganti baju, memakai celana jeans pendek di atas lutut dan hoodie yang ukuranya kebesaran di badanku. Aku turun ke bawah dan tidak menemukan seorangpun disana, mungkin mereka masih istirahat di kamar masing masing. Aku berjalan keluar Villa dan menuju pantai. Suasana di pantai masih cukup ramai padahal sudah hampir maghrib. Mungkin karena musim libur sekolah, jadi banyak dari mereka yang menghabiskan waktu dengan pergi ke pantai.
Aku duduk di atas pasir, melipat kakiku sehingga aku bisa memeluknya. Aku menatap langit, aku tersenyum menyaksikan sang surya yang mulai turun ke peraduannya. Seperti halnya siang yang berubah jadi malam, terang yang menjelma menjadi petang, penatku seakan sirna, kegelisahan yang menghantui pikiranku lenyap seketika saat aku menjadi korban keajaiban Tuhan yang sulit untuk di jabarkan keindahannya.
" It's beautiful."
Aku mengalihkan pandanganku, mataku menyusuri setiap sudut pantai dan mencari sumber suara. Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahku, menatapku dengan lekat dan tatapannya begitu menghanyutkan.
" Are you okay?" Ucap seseorang yang tak lain adalah kak Zean, seseorang yang seharian ini seperti menghindariku.
" Tentu." Jawabku singkat.
Aku kembali menatap langit. Sang surya sudah benar-benar meninggalkan siangnya dan siap menggantinya dengan senja. Aku semakin terpesona saat pendaran jingga menghiasi sang langit dengan cantiknya. Maha besar Tuhan dengan segala keindahan yang di ciptakannya.
" Ada apa ?" Aku bertanya kepada seseorang yang masih duduk terdiam di sebelahku.
" Nih ponselnya." Kak Zean mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
" Udah jadi, berapa biayanya?" Aku mengambil ponsel di tangan kak Zean lalu menghidupkannya.
" Gratis." Jawabnya singkat lalu memasukan kedua tangannya kedalam jaket.
" Why?" Tanyaku sok memakai bahasa Inggris.
" Soalnya aku yang betulin sendiri, nggak jadi aku bawa ke service center." Jelasnya.
" Oh, makasih." Singkatku.
Aku memasukan ponsel ke saku hoodiku, lalu aku berdiri dan berniat menjauh dari kak Zean. Baru beberapa langkah, aku merasakan sebuah tangan mencekal pergelangan tanganku, aku herhenti lalu berbalik untuk memastikan siapa pemilik tangan itu.
" Lepas." Sambil berusaha melepas tanganku dari cekalan kak Zean.
" Itu saja." Kak Zean masih belum melepaskan tanganku.
" Maksudnya?" Tanyaku heran karena memang tidak mengerti dengan maksud dari perkataan kak Ega.
" Bukannya kamu akan mentraktir aku makan?"
" Kapan aku bilang begitu, sepertinya aku sudah menolak tawaran kakak malam itu. Kalau gitu aku minta nomer rekeningnya, biar aku transfer, kakak bisa traktir pacar kakak makan nanti ." Sepertinya perkataanku terdengar sedikit kasar.
" Girlfriend? Siapa?"
" Menurut kakak?" Aku malah berbalik tanya, dan mengusap pergelangan tanganku yang sudah terlepas dari cekalan tangan kak Zean.
" Apa sakit, sorry?" Sesalnya setelah melihat aku mengusap pergelangan tangan.
" Tidak! Permisi." Aku berbalik dan meninggalkan kak Zean yang masih berdiri di pantai.
Aku kembali ke Villa dan melihat semuanya sudah berkumpul di halaman Villa kecuali aku dan kak Zean tentunya.
" Dari mana aja sih aku cariin dari tadi, terus kak Ega mana?" Cecar Arum setelah melihatku kembali dan berkumpul bersama semua orang.
" Kak Ega pulang tadi sore."
" Kenapa, ada operasi mendadak lagi?" Tanya Arum penasaran.
Belum sempat menjawab pertanyaan Arum, Kak Zean datang dari arahku datang tadi yang membuat semua orang bergantian menatapku dan juga kak Zean. Tak luput tatapan tajam dari kak Natasha yang membuatku sedikit risih.
" Kalian pergi bersama?" Ucap kak Natasha sambil menunjuk aku dan kak Zean bergantian.
" Ya / Nggak ." Jawab kami bersamaan yang membuat mereka semakin curiga.
" Jadi pergi bareng nggak nih?." Tanya Arum sambil tersenyum penuh arti.
" Nggak!" Tegasku.
Kak Zean hanya diam dan mengkat kedua bahunya saat om Fajar ingin memastikan kebenarannya.
" Jadi apa alasan nak Ega pulang Ndi?" Suara tante Marisa membuatku sedikit lega karena mengalihkan topik pembicaraan.
Aku menceritakan kejadian siang tadi dari aku bermain di pantai bersama kak Ega, lalu tidak sengaja bertemu ibu hamil yang tiba tiba pingsang dan ketubannya pecah, lalu kak Ega membawanya ke rumahsakit untuk mendapat perawatan. Semua orang terlihat serius mendengar ceritaku kecuali kak Natasha yang masih belum berhenti menatapku dengan tatapannya yang mengerikan.
Setelah mendengar cerita panjang lebar dari mulutku, kami semua berbagi tugas , para pria bertugas menyalakan api unggun kecil-kecilan sedangkan kami para wanita menyiapkan bahan-bahan yang akan di bakar malam ini. Tante Marisa dan om Suryo bertugas membakar bahan yang sudah kami siapkan, dari bebagai jenis seafood hingga aneka macam bakso dan sosis serta daging-dagingan tentunya.
" Jadi kamu habis jalan nih sama kak Zean?"Arum kembali membuka topik pembicaraan yang sebenarnya aku sendiri malas untuk membahasnya.
" Enggak Rum."
" Kok kalian dari arah yang sama?" Cecarnya lagi dengan setengah berbisik.
" Aku tadi lagi liat sunset sendiri, tiba-tiba aja kak Zean muncul entah dari mana, tapi dia cuma mau balikin ponsel aku aja kok!" Jelasku malas.
" Trus?" Masih belum menyerah.
" Ya terus aku bilang makasih, aku minta nomer rekening dia buat bayar ongkosnya, tapi katanya nggak usah soalnya kak Zean sendiri yang ngebetulin ponsel aku."
" Udah, gitu aja?" Arum masih bertanya dengan semangat.
" Hmmm." Aku mengangguk dan tak menceritakan tentang ajakan kak Zean untuk mentraktirnya makan.
Di tengah obrolanku dengan Arum tiba-tiba ponsel Arum berbunyi dan ternyata kak Ega yang melakukan panggilan. Kak Ega pasti belum tahu kalau ponselku sudah tidak rusak lagi. Arum menyerahkan ponselnya kepadaku, aku masuk ke dalam Villa karena di luar sangat berisik dan takut suara kak Ega tidak terdengar jelas.
" Halo kak."
" Halo. Lagi ngapain, udah makan?" Tanya kak Ega dari seberang sana.
" Lagi bakar-bakar di luar kak, belum makan. Kakak Udah makan? "Tanyaku.
" Belum. Kakak masih di rumahsakit belum sempet keluar cari makan."
" Makan dulu kak, nyuruh siapa gitu buat beliin makanan!"
" Iya bawel."
" Gimana keadaan ibu itu kak?"
" Masih di dalam ruang operasi, kami membawanya ke rumahsakit kakak, karena rumahsakit terdekat peralatan medisnya kurang ." Terdengar kak Ega menarik nafas dengan kasar, menandakan keadaan si ibu hamil lumayan parah.
" Mereka pasti baik baik saja, mereka sangat beruntung bertemu dengan dokter yang hebat seperti kakak." Aku berusaha menenangkan kak Ega.
" Semoga saja ibu dan bayinya selamat." lirih kak Ega.
" Sudah dulu ya, kakak masih ada urusan, kamu baik baik di sana, besok pulang hati hati ya!"
" Iya kak."
Kak Ega mengakhiri panggilan. Aku menghela nafas mengingat lagi kejadian sore tadi. Sebuah kejadian yang membuat jantungku berdebar hebat dan sepertinya sedikit menggoyahkan angan-anganku menjadi seorang arsitek karena sepertinya aku mulai tertarik menjadi seorang dokter.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
jadi apapun ku bisa ndi😘
2022-08-25
0
Watilaras
🙏💐♥️👍🥰
2022-03-19
1
Aumy Re
mampr lagi ka bawa like
masih nyicil baca
mampr juga Di Batas Carawala
2022-03-17
2