Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari dan mataku masih terasa begitu segar, beberapa kali aku mencoba untuk memejamkan mata tapi sepertinya sama sekali tidak berhasil.
Aku melipat kedua tanganku dibelakang kepala dan memperhatikan sebuah foto berukuran besar yang letaknya di seberang tempat tidurku. Sebuah foto keluarga yang di ambil saat merayakan kelulusanku dari Sekolah Menengah Atas dan sengaja aku cetak dengan ukuran besar dan aku pajang di kamarku. Ah aku sangat merindukan mereka, sudah hampir 6 bulan ini mereka belum kembali ke negara ini.
Orangtuaku adalah seorang pengusaha yang di bilang cukup terkenal di negara ini. Keluarga kami memiliki beberapa hotel bintang 5 dan juga restoran di beberapa kota besar di negara ini. Namun dalam setahun terakhir kedua orang tuaku tengah fokus memperkenalkan kuliner khas Indonesia di mancanegara, lebih tepatnya di California, kampung halaman dadyku. Dan karena kesibukan mereka aku harus merelakan mereka tinggal di luar negeri untuk sementara waktu.
Aku merubah posisiku, aku duduk di tepi ranjang, mengamati dua ponsel yang tergelak di atas nakas, aku meraih salah satunya dan mengamati dengan seksama, tak terasa ujung bibirku sedikit terangkat menciptakan sebuah senyuman ketika aku mengingat kejadian sore tadi.
Aku baru saja selesai makan bersama teman-temanku saat mataku tertuju pada sesosok gadis yang sepertinya tidak asing bagiku, aku memperhatikannya dengan seksama dan benar saja gadis itu adalah dia, gadis kecil yang beberapa waktu yang lalu mendarat tepat di pelukanku karena terjatuh dari angkutan umum dan gadis yang tempo hari aku antarkan ke rumahnya bersama Fajar.
Aku melihatnya tengah bergandengan dengan seorang pria dewasa dan berjalan ke arah bioskop. Apa itu kekasihnya? Entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku mengikuti mereka dari belakang seolah-olah sedang menangkap basah kekasihku sedang berselingkuh dengan pria lain.
Mereka masuk ke dalam bioskop, gadis kecil itu telihat mengantre untuk membeli tiket sedangkan si pria berada di tempat penjualan popcorn. Setelah selesai dengan tiket dan popcornnya mereka terlihat sedang mendiskusikan sesuatu, wajah si pria terlihat begitu serius dan tak lama kemudian pria itu meninggalkan si gadis kecil sendirian.
Aku melihat gurat kekecewaan di wajah gadis itu, wajar saja, kalau aku jadi dia mungkin aku sudah menggila karena di tinggal sendirian saat sedang kencan kan. Entah mendapat dorongan dari mana tiba-tiba kaki-ku melangkah mendekati gadis itu, dia mendongakkan kepalanya dan terlihat terkejut saat melihatku, sudah seperti melihat hantu di siang bolong saja. Tapi ada hal yang lebih mengejutkan bagiku ketika aku mendengar nama Ze keluar dari mulutnya, bagaimana nama itu terdengar sangat indah saat dia yang mengucapkannya?
Aku berusaha bersikap tenang lalu mendekat dan duduk di sebelahnya. Dia masih terlihat terkejut dengan kedatanganku. Aku mengatur nafas perlahan dan memberanikan diri bertanya kepadanya, kenapa dia terlihat sedih dan kenapa berada di bioskop sendirian? Dan hal tak terduga lainnya dia menjawab semua pertanyaanku, katanya dia di tinggal oleh kakaknya karena harus operasi darurat .
Melihat dua lembar tiket di tangannya, dengan kepercayaan diri penuh aku menawarkan diri untuk menonton bersamanya, oh Tuhan mau di taruh dimana mukaku jika dia menolaknya. Namun ketakutanku ternyata tak beralasan, aku tak perlu menanggung malu karena dia menerima tawaranku untuk menemaninya.
Didalam sana kami hanya saling diam, tak ada percakapan apapun kecuali aku membantunya yang kesulitan membuka tutup botol, dan semua berjalan dengan normal sampai aku tak sengaja mengagetkannya dan membuat ponselnya jatuh. Aku bener benar tak sengaja waktu itu, aku hanya sedikit berbisik di dekat telinganya namun di luar dugaanku dia malah terkejut dan melempar ponselnya begitu saja. Apakah aku benar-benar seperti hantu? kenapa setiap melihatku dia selalu terkejut sih? Ah sudah lupakan.
Aku menghentikan motorku di pelataran lobby saat melihat gadis itu masih berdiri di sana dan dengan wajah yang terlihat cemas, karena merasa bersalah telah merusak ponselnya, ya walaupun bukan seratus persen kesalahanku si, aku menghampirinya dan menawarkan tumpangan kepadanya. Awalnya dia menolak dan aku sedikit kecewa karena di tolak olehnya. Akhirnya aku sedikit berbohong padanya kalau jam segini sudah tidak ada taxi lagi dan dia percaya begitu saja padaku, aku jadi merasa sedikit bersalah kan, tapi kenapa aku malah senang begini saat dia mengiyakan tawaranku.
Aku melajukan motorku dengan perlahan, lagi lagi hanya hening yang tercipta di antara kami. Saat melewati deretan tenda penjual makanan aku berinisiatif untuk berhenti dan menawarinya makan. Entah karena merasa tak enak padaku atau dia benar benar lapar kali ini dia tidak menolak tawaranku dan kami sepakat untuk makan nasi goreng.
Aku duduk di kursi plastik saat dia sedang memesan, aku mengamatinya sejenak. Gadis kecil yang cantik, gumamku dalam hati. Penampilannya sangat sederhana, dia hanya mengenakan celana jeans warna hitam, kaos berwarna putih dengan model kerah berbentuk V dan flatshoes yang membuatnya terlihat dewasa, padahal setahuku dia baru kelas 3 SMP dan mungkin usianya baru sekitar 15 tahun.
Aku segera mengalihkan pandanganku ketika melihat dia berjalan ke arahku dan duduk tepat di depanku. Aku seperti mati gaya waktu itu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku sampai aku kembali mengingat ponselnya yang rusak, aku menjulurkan tanganku meminta ponselnya dan berniat untuk memperbaikinya namun sepertinya dia sedikit keberatan denganku.
Aku meraih paksa ponselnya saat dia mengelurkan dari tasnya. Dia hendak merebut kembali namun langsung ku masukan ke kantong celanaku dan kebetulan pesanan kami datang sehingga tidak perlu ada adegan saling berebut ponsel.
Kali ini aku yang terkejut melihat nasi goreng di depanku dengan toping dua telur ceplok di atasnya, aku menanyakan kepadanya dan dengan santainya dia menjawab kalau telur mata sapi ya harus dua telurnya, karenakan mata sapi ada dua. Hmmm benar juga sih, mungkin kalo telurnya cuma satu bukan lagi telur mata sapi namanya kan.
Aku tersenyum saat melihat dia memasukan suapan demi suapan ke mulut mungilnya dengan lahap, sepertinya ini pertama kali bagiku melihat seorang gadis makan dengan begitu lahap dan menghabiskan semua nasi gorengnya tanpa sisa.
Sepertinya ada yang terlewat dari semua kebetulan ini. Nama? Ya nama, aku sama sekali tak tau namanya, padahal dia selalu menyebut namaku dalam setiap percakapan kami dan aku hanya memanggilnya dengan hey kamu, bukankah itu sangat tidak sopan.
Akhirnya aku memberanikan diri menanyakam namanya dengan alasan agar lebih mudah saat mengembalikan ponselnya nanti. Prilatia, begitulah dia memperkenalkan dirinya. Dia juga menyerahkan kartu nama kakaknya yang seorang dokter, katanya aku bisa menghubungi kakaknya jika ponselnya sudah selesai di perbaiki. Sepertinya kejutan belum selesai, gadis itu tiba-tiba menanyakan nomer rekening pribadiku, katanya dia akan mentransfer biaya perbaikan ponsel. Ah sungguh gadis yang manis.
Aku melepas hoodie yang ku pakai saat melihat gadis itu beberapa kali menggosok lengannya dengan telapak tangan, sepertinya dia kedinginan. Aku menyerahkan hoodieku, dia menatap bingung namun kemudian meraih hoodieku dan memakainya. Aku tak bisa menahan tawa saat hoodieku berubah menjadi seperti jubah saat dia mengenakannya, apa ukuran tubuhku begitu besar atau dia yang begitu kecil sih, gumamku dalam hati sambil berusaha menghentikan tawa.
Dia terlihat pasrah melihat menampilannya itu dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Setelah sampai, dia menyerahkan helm dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun. Aku diam, bingung dan seperti tidak punya topik lain yang harus di bahas sehingga aku hanya membiarkannya berlalu begitu saja.
"Pril." Tiba tiba aku memanggilnya. Aku mengutuk diriku sendiri dalam hati, kenapa aku harus memanggilnya, apa yang harus aku katakan padanya, dasar bodoh. Aku melihat dia berhenti dan berbalik ke arahku, dan seperti pria jahat aku meminta kembali hoodieku yang tengah dipakainya dengan nyaman. Dia menepuk keninggnya sendiri, lalu melepaskan hoodie itu dan menyerahkan kembali kepadaku. Aku segera memakai hoodie itu dan berpamitan untuk pulang, rasanya aku sudah tidak punya muka lagi untuk tetap di sana.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
kesengsem aku bacanya😌😌😌😌😌
2022-08-24
0
Your name
Jadi keinget Komi-san, Pritalia malu-malu tapi mau nih
2022-04-07
1
meli meilia
masih nyicil yaa Kak..💨 semangatt upp
2022-04-03
1