Aku masuk kedalam kamar yang berada di lantai dua villa ini dan kemudian di susul kak Ega di belakangku. Sebelumnya aku sudah meminta izin kepada orang tua Arum untuk membawa kak Ega ke kamarku dan membiarkannya istirahat sebelum kembali ke rumah. Setibanya di kamar kak Ega langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, tangan kanannya terangkat dan menutupi ke dua matanya, sementara kakinya bergelantungan diatas lantai. Aku memperhatikan kak Ega dengan seksama, sepertinya kak Ega sangat kelelahan. Aku merasa bersalah kepada kak Ega, karena ingin membuatku bahagaia dia merelakan waktu istirahatnya untuk pergi mengantarku, padahal aku tau beberapa hari ini kak Ega sangat sibuk dan selalu pulang larut malam.
" Sudah puas liatin kakak?" Ucap Kak Ega sambil mengintip dari balik tangan-nya.
" Kakak punya indra ke-6 ya, kok tau kalau aku lagi liatin sih?"
" Berasa merinding aja, ternyata bener ada yang lagi liatin, hehehe."
" Maksud kakak aku setan?."
" Hahaha, enggak lah, masa adik kakak yang cantik ini di bilang setan." Kak Ega bangun dan berjalan ke arahku yang duduk di sofa sebelah tempat tidur.
" Maaf." Ucapku penuh penyesalan.
" Untuk?"
" Ngrepotin kakak. Harusnya kan kakak hari ini istirahat di rumah, malah jauh-jauh ke sini buat nganterin aku."
" Kakak nggak ngerasa di repotin. Kakak malah seneng, itung-itung kakak sekalian refresing, biar ada suasana baru, bosen sama suasana rumahsakit tau." Jawabnya sambil mengelus kepalaku dan kalian pasti tau apa yang terjadi selanjutnya.
" Makasih ya kak, aku sayaaaaang banget sama kakak.!" Ungkapku kemudian menyenderkan kepalaki di bahu kak Ega.
" Kakak juga sayaaaaang banget sama kamu." Jawanya sambil mempraktekan gaya bicaraku barusan.
Tok tok tok, terdengar suara ketukan dari balik pintu, Kak Ega bagun dan membuka pintu yang ternyata di ketuk oleh Arum.
" Ndi, di suruh mamah turun, mau makan siang bareng-bareng katanya!" Kepalanya menyembul dari balik pintu
" Sekarang?".Tanyaku, sementara kak Ega masih berdiri di depan pintu.
" Taun depan, ya iyalah sekarang. Kak Ega sekalian di bawa ya, biar nambah nikmat makan siangnya kalau ada yang ganteng." Sambungnya lalu pergi meninggalkan kamar.
Aku tertawa geli melihat ekspresi kak Ega yang masih mematung di depan pintu setelah mendengar kata-kata mutiara dari Arum.
Aku dan kak Ega turun dari kamar dan melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan. Tunggu, tapi sepertinya kak Dion juga belum datang. Aku menarik kursi di sebelah Arum dan kak Ega menarik kursi lainnya di sebelahku. Aku menatap sekilas ke arah kak Zean yang duduk tepat di depan ku, mata kami sempat bertemu lalu aku mengalihkan pandangnku ke arah lain.
" Maaf, aku terlambat." Ucap kak Dion menarik kursi di dekat kak Ega. Satu satunya kursi yang tersisa dan bersebrangan dengan papa Arum yang duduk memimpin makan siang kali ini.
" Karena semua sudah datang, ayo kita mulai makannya, semoga sesuai selera kalian ya." Perintah tante Marisa, mama Arum.
Aku mengamati semua hidangan yang tersaji di meja makan. Mungkin karena kami berada di dekat laut jadi menu makan siang hari ini serba seafood. Ada kepiting saus padang, cumi goreng tepung, Udang lada hitam, gurameh bakar, dan tak ketinggalan cah kangkung dan tumis tauge yang menambah sempurna menu makan siang hari ini. Tapi sayangnya semua menu itu sama sekali tak menggugah selera makanku, bukan karena aku tidak suka seafood, tapi karena efek yang di timbulkan setelah memakannya membuatku sama sekali tidak tertarik terhadap seafood.
" Maaf tante, di kulkas ada telur nggak ya, soalnya Indhi alergi seafood?" Ucapan kak Ega membuat perhatian kami tertuju padanya.
" Ada nak Ega, tante kebetulan beli tadi." Balas tante Marisa.
"Aduh sayang, maaf ya tante nggak tau kamu alergi seafood. Arum juga kenapa kamu nggak bilang sama mama kalau Indhi alergi seafood." Omel tante marisa kepada anaknya.
" Aku lupa mah, maaf ya Ndi." Ucap Arum dengan wajah memelas.
" Nggak papa kok tan, salah Indhi juga nggak bilang ke tante masalah alergi." Aku merasa tidak enak hati kepada tante Marisa.
Kak Ega datang membawa piring yang berisi dua telur ceplok dengan toping kecap di atasnya lalu meletakan di depanku. Kami melanjutkan acara makan yang sempat tertunda karena harus menunggu kak Ega menggoreng telur.
Aku mengamati sekeliling, melihat semua orang selesai menyendok nasi dan lauk ke piring masing-masing, akhirnya aku juga megambil nasi dan cah kangkung dan memindahkannya piring. Tak lupa dengan telur mata sapi buatan kak Ega, aku menyayat telur itu dengan sendok-ku, memisahkan bagian putih telur dan kuningnya, setelahnya aku mengambil kuning telur itu dan memindahkan putih telur ke piring kak Ega. Sedikit terlihat aneh kan, tapi ini adalah salah satu kebiasaan kami berdua, jika ada menu telur ceplok aku hanya akan makan kuningnya saja sedangkan kak Ega mendapat bagian putihnya dan kamipun selalu bertukar bagian telur. Entah dari mana awalnya tapi kebiasaan itu terjadi sampai hari ini, sampai aku sebesar ini dan mungkin sampai nanti aku dan kak Ega sudah tidak makan satu meja lagi.
" Ritual macam apa ini?" Celoteh om Fajar yang ternyata melihat kegiatan anehku dan kak Ega.
" Ritua biar awet muda om." Godaku kepada om Fajar.
" Kalian membuat jiwa jombloku meronta." Tambah kak Dion yang ternyata ikut memperhatikan kami.
" Apaan sih kak Dion, iri tuh sama pasangan kekasih bukan sama pasangan kakak beradik kak." Tambah Arum menambah suasana makin hidup.
"Habisnya mereka tuh kaya pasangan kekasih bukan kakak beradik." Celetuk kak Dion.
" Uhuk-uhuk." Sepertinya kak Zean tersedak.
" Are you okay, pelan-pelan dong makan-nya, minum dulu nih." Ucap kak Natasha lalu menyodorkan segelas air kepada kak Zean.
Kak Zean meraih gelas dari tangan kak Natasha lalu meminumnya. Aku menatap kak Zean khawatir, lagi-lagi pandangan kami saling bertemu saat kak Zean kembali menatap ke arahku , aku celingukan dan memegang tengkuk-ku menandakan aku sedang salah tingkah. Sekilas aku bisa melihat senyum si bibir kak Zean.
" Udah enakan?" Tanya kak Natasha lagi, dan mengusap punggung kak Zean tanpa canggung sedikitpun.
" Udah." Jawabnya singkat.
" Tapi aku salut si sama kalian berdua, bisa seakur ini, kalau aku sama adikku mah boro-boro bisa akur kaya kalian, ketemu saling nyapa aja udah kaya keajaiban." Tambah kak Dion lagi yang berhasil membuatku mengalihkan perhatian kepada kak Zean.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan kak Dion dan kamipun melanjutkan makan siang dengan hening, hanya terdengar suara lentingan sendok yang menggema di ruang makan.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
yuk thor...mulai warna warni romantis bertaburan nihhhhh
2022-08-25
0
Erni Fitriana
ichhhhhhhh gemezzzzzzzx senyumnyahhhhhhh😉😉😉😉😉😉
2022-08-25
0
Erni Fitriana
Ku duka komen" kak ega klo lgi nyepetin indii
2022-08-25
0