Selesai makan siang kami semua masih berada di ruang makan dan sedang menikmati hidangan penutup.
Mataku terus saja memperhatikan kedekatan kak Zean dan kak Natasha, melihat mereka begitu akrab entah kenapa aku merasa begitu kesal dan ingin segera meninggalkan meja makan.
" Nak Ega katanya dokter ya, tugas di mana nak?" Tanya om Suryo, papa Arum yang akhirnya mengalihkan perhatianku.
" Iya om, saya tugas di rumah sakit XX."
" Wah itukan salah satu rumah sakit terbaik di kota ini nak. Sudah ambil spesialis nak?"
" Sudah om, spesialis bedah umum dan rencana akan belajar sub-spesialis ." Terang kak Ega yang membuatku sedikit terkejut.
Aku menoleh ke arah kak Ega mencoba meminta penjelasan kak Ega tentang sub-spesialis, karena sebelumnya kak Ega tidak pernah menyinggung masalah ini kepada aku dan ibu. Kak Ega menatapku dan hanya mengangguk kecil seolah-olah sedang mengatakan nanti kakak akan jelaskan semuanya. Karena merasa kesal dengan kak Ega, aku memilih untuk pergi ke kamar lebih dulu dan meninggalkan mereka semua yang masih asik berbincang satu sama lain.
Sesampainya di kamar aku berjalan ke arah balkon, kamarku persis menghadap ke arah pantai sehingga aku bisa melihat pemandangan pantai hanya dengan berdiri di balkon saja. Perasaan kesalku seketika hilang tat kala deburan ombak terpampang nyata di seberang sana. Hembusan angin menerpa wajahku, aku memejemkam mata, menarik nafas lebih dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ah aroma pantai, gumamku dalam hati.
" Bagus ya pemandangannya?"
Aku menoleh ke arah suara dan tersenyum, sejak kapan kak Ega ada di kamar, kenapa aku tidak mendengar kak Ega masuk kamar sih.
" Kamu marah sama kakak?"Ucap Kak Ega setelah berdiri di sebelahku.
" Marah? Kenapa harus marah!" Sok tidak peduli padahal nyatanya memang sempat marah.
" Maaf. Kakak nggak bermaksud buat rahasiain ini dari kamu, cuma kakak belum ketemu waktu yang pas buat cerita sama kamu sama ibu juga."
" Terus maksud kakak, tadi adalah waktu yang pas?" Aku Sedikit menaikan volume suaraku.
Kak Ega hanya diam dan menunduk memperlihatkan rasa bersalahnya karena telah merahasiakan hal ini dariku. Aku menghela nafas, menarik pandanganku dari kak Ega dan mengalihkannya ke pantai lagi.
" Sebagai permintaan maaf, kakak bakal nemenin kamu di sini sampe besok."
" Serius?" Ucapku dengan girang dan langsung melupakan kekesalan tadi.
" Hemmm, sebenarnya sebelum kesini kakak mengajukan cuti sampai besok dan ternyata di aprove. Kakak juga sudah izin sama om Suryo dan tante Marisa dan mereka dengan senang hari mengizinkan kakak menginap bersama kalian."
" Sudah nggak marah kan sama kakak?"
Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Kak Ega tersenyum dan mengusap kepalaku dengan lembut lalu kami menikmati setiap hembusan angin pantai yang menyejukkan.
Lagi-lagi mataku terasa panas saat tak sengaja melihat kak Zean dan kak Natasha sedang bermain pasir di tepi pantai. Aku masuk ke dalam kamar, menghempaskan tubuhku ke atas kasur, menatap langit-langit kamar dan berusaha menenangkan perasaanku. Aku nggak boleh kaya gini, lagian aku sama kak Zean kan cuma teman, atau lebih tepatnya hanya aku yang menganggapnya teman.
Tok tok tok, terdengar suara ketukan pintu dan sebuah suara menyusul setelahnya.
"Ndi, aku masuk ya!" Pinta Arum.
" Masuk aja nggak di kunci." jawabku setengah berteriak dan masih dalam posisi rebahan di atas kasur.
Ceklek, terdengar suara pintu terbuka dan suara langkah kaki berjalan mendekat ke arahku. Lalu aku merasakan kasurku sedikit bergoyang, aku membuka mataku dan menemukan sahabatku sudah berada di sebelahku.
" Makasih ya." Ucapku, masih dalam posisi rebahan.
" Hmmm, sama-sama."
" Emang kamu tau makasihnya buat apa?" Ucapku tak percaya mendengar jawaban dari sahabatku.
" Buat hari ini kan, buat jalan-jalan ke pantai dan villanya kan!" Tebak Arum dengan entengnya.
" Dasar penyihir, hahahah." Godaku.
" Mungkin lebih tepatnya ibu peri Ndi, bukan penyihir, hahaha." Balasnya lagi dan kami tertawa bersamaan, suara tawa kami menggema di dalam kamar ini.
" Rum."
" Apa?"
" Kak Natasha itu pacarnya kak Zean ya?" Tanya ku penasaran.
" Bukan." Jawabnya singkat yang malah membuatku semakin penasaran.
" Dari mana kamu tau, mereka kelihatannya sangat dekat?"
" Aku nanya sama om fajar, katanya mereka mantan pacar dan udah putus dari beberapa tahun yang lalu." Jelasnya sedikit mengurangi rasa penasaranku.
" Mantan?" Spontan kata itu terucap dari mulutku.
" Kamu tenang aja, kata om Fajar kak Zean udah gak ada perasaan apa -apa lagi sama kak Natasha, mereka fix cuma temenan aja sekarang."
" Memangnya kenapa aku harus tenang Rum?"
" Kamu pikir aku nggak merhatiin kamu dari tadi, kamu cemburu kan liat kedekatan mereka?" Cecarnya.
" Aku. Cemburu. hahaha." Mencoba menyangkal.
Aku kembali memejamkan mataku dan mencoba mencerna perkataan Arum barusan. Cemburu? Haruskah aku merasakan itu, tapi kenapa? Apa aku benar-benar menyukai kak Zean? Tapi apa alasannya, hanya karena dia bersikap baik kepadaku? Bukankah dia juga bersikap baik kepada Arum dan kedua teman wanitanya tadi, bukan hal yang tak mungkin jika kak Zean bersikap baik kepada semua kenalannya kan.
Terdengar suara kak Ega menggeser pintu balkon dan menutupnya, aku mengubah posisiku dan duduk di tepi ranjang sedangkan kak Ega duduk di kursi yang berada di depan meja rias.
" Tuh kan lupa. Niatnya kesini kan mau ngasih tau kak Ega kalau kamarnya sudah siap." Arum menepuk jidatnya sendiri.
" Ini kuncinya kak." Lanjutnya
" Makasih ya." Ucap kak Ega sambil tersenyum.
" Kembali kak ganteng." Jawab Arum dengan suara sok imut.
" Kembali berapa Rum?" Ledekku.
" Tau ah. Ya udah lah aku mau ke kamar dulu, jangan lupa nanti malem ya, kita mau barbequan di tepi pantai."
Aku hanya tersenyum dan mengacungkan jempol ke arah Arum tanda setuju. Meskipun kami bersahabat aku dan Arum memilih untuk tidur masing-masing, bukan tanpa alasan ya, itu karena Arum tidak bisa membagi tempat tidurnya dengan orang lain, pernah sekali kami tidur bersama dan hasil akhirnya badanku sakit semua dan sampai memar karena terjatuh dari ranjang akibat di tendang oleh Arum. Setelah kejadian itu Arum tak pernah mengizinkan aku tidur di rumahnya lagi kecuali jika kami berpisah kamar.
" Main di luar yuk, bosen di kamar mulu!" Ajak kak Ega yang kemudian aku iyakan.
Kak Ega keluar kamar terlebih dahulu dan aku mengekor di belakangnya. Aku mengikat rambutku dengan setengah berlari karena mengejar langkah kaki kak Ega.
Di depan Villa tanpa sengaja kami berpapasan dengan kak Zean dan Natasha yang sepertinya baru selesai bermain air di lihat dari pakaian mereka yang sudah basah kuyup dan kotor terkena pasir. Kak Natasha menatapku dengan tatapan yang menurutku sedikit menakutkan, seolah-olah aku adalah musuhnya padahal kami baru saja bertemu kan hari ini. Kak Zean hanya tersenyum ke arah kami dan melangkah meninggalkan kami tanpa sepatah katapun, tanpa ambil pusing aku menarik tangan kak Ega dan berlari ke arah pantai.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
jadi saling sangka nih ndiii...zean ngerasa ada kejanggalan antara lamu n ega...kamu ndiii...ngerasa natasya pasang kuda kuda" ke kamu y ndiiii...makanya ngobrol ndiii sama zean
2022-08-25
0
👑Meylani Putri Putti
semangat Nur 😘😍
2022-06-05
0
Your name
Waduh Kak Ega jadi pelampiasan nih
2022-05-23
1