Sore ini sesuai janjinya, kak Ega pulang lebih awal dan mengajakku pergi jalan-jalan. Kami memutuskan pergi ke sebuah Mall yang letaknya tidak terlalu jauh dari Rumah Sakit tempat kak Ega bekerja. Sesampainya di Mall kami memutuskan untuk mencari makan karena kami belum sempat makan dirumah tadi.
"Mau makan apa?" Tanya kak Ega.
"Terserah kakak aja, aku apa aja doyan."
Tanpa berdebat aku mengekori kak Ega yang masuk kedalan restoran cepat saji. Aku tak pernah meragukan kak Ega perihal memilih makanan, karena selera kami selalu sama dan apapun yang di pilih kak Ega selalu pas dengan lidah kami . Aku bertugas memilih tempat duduk saat kak Ega memesan makanan dan pilihanku pada meja paling ujung dan di pojok restoran. Aku melambaikan tangan saat melihat kak Ega sepertinya kebingungan mencari keberadaanku.
"Kenapa sih sukanya di pojokan gini?" Kak Ega menarik kursi dan duduk sambil terus menggerutu.
"Enak aja, biar bisa fokus makan-nya." jawabku sambil tersenyum mengejek ke arah kak Ega.
Beberapa menit kemudian seorang pelayan datang membawakan pesanan kami, pelayan itu meletakan satu persatu ke atas meja. Aku tersenyum geli saat melihat pelayan wanita itu sedang berusaha curi-curi pandang ke arah kak Ega tanpa sepengetahuannya. Aku berdehem yang membuat si pelayan sedikit kaget dan menoleh ke arahku kemudian meninggalkan meja kami dengan wajah masamnya. Wajah kak Ega memang lumayan tampan, matanya sipit sepertiku tapi dengan kelopak mata ganda, kulit sawo matang, hidungnya mancung, alisnya tebal berwarna hitam, bibirnya tipis dan berwarna cerah karena memang kak Ega tidak merokok, dan kumis tipis tipis yang membuat kak Ega terlihat semakin maskulin juga dengan tinggi 180 cm membuat kak Ega semakin terlihat sempurna.
Bagiku hal seperti ini bukanlah sesuatu yang baru , setiap kali aku pergi keluar bersama kakak, banyak sekali gadis gadis yang mencoba menarik perhatian kakak, atau melihatku dengan tatapan iri. Mungkin karena mereka berfikir bahwa aku adalah kekasih kak Ega.
"Habis ini mau kemana lagi?" Tanya kak Ega setelah selesai menghabiskan makanannya.
"Nonton gimana, mau kan?" Tanyaku ragu.
"Boleh. Kakak juga sudah lama tidak nonton."
Setelah selesai makan kami pergi menuju bioskop. Sepanjang perjalanan kudapati beberapa wanita yang menatap kak Ega seakan-akan kak Ega adalah makanan manis yang sia-sia jika terlewatkan, karena risih melihat itu, aku mensejajari langkah kak Ega kemudian dengan sengaja aku mengaitkan lenganku kesiku kak Ega. Kak Ega menoleh ke arahku dengan tatapan penuh tanya dan aku segera menarik kak Ega agar berjalan lebih cepat sebelum dia protes dengan sikapku yang tak biasa. Sesampainya di bioskop kami berbagi tugas, aku mengantri untuk membeli tiket sedangkan kak Ega membeli popcorn dan minuman. Setelah selesai membeli tiket aku duduk di kursi yang disediakan pihak bioskop yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatku membeli tiket.
" Berapa lama lagi mulainya?" Tanya kak Ega sambil menyodorkan seember popcorn berukuran besar dan dua botol air mineral.
" 20 menit lagi. Kok belinya air mineral si kak? Protesku yang kali ini tak setuju dengan kak Ega.
" Tadi kamu udah minum soda jadi sekarang air putih aja, biar sehat." Imbuhnya sembari melihat jam ditanganya.
Saat kak Ega hendak duduk tiba-tiba ponselnya berbunti, perasaanku mulai tak nyaman dan benar saja beberapa menit kemudian dengan wajah penuh penyesalan kak Ega menghampiriku.
" De." Ucapnya lesu.
" Iya gak papa kak, udah sana pergi, aku bisa nonton sendiri kok!"
Tanpa diberitahupun aku sudah paham pasti pihak rumahsakit yang menelfon kak Ega untuk melakukan operasi darurat. Dan dalam situasi seperti ini aku tak boleh egois, meskipun sedikit berat aku harus merelakan kak Ega pergi ke rumahsakit demi menyelamatkan nyawa orang lain.
" Maafin kakak ya!" Ucapnya sambil mengelus rambutku penuh penyesalan.
" Kalau gitu kamu pulang aja ya, mumpung masih maghrib, nontonnya lain kali lagi kalo kakak libur." Imbuhya lagi.
"Nggak ah kak, sayang tiketnya, aku nonton sendiri gak papa kok. Beneran gak papa kak. Mending kakak buruan pergi ke rumahsakit, kasian pasien kakak udah nungguin!"
Meski sedikit ragu akhirnya kak Ega mengiyakan keinginanku untuk tetap nonton meskipun sendirian. Aku mendorong pelan kak Ega untuk segera pergi dan dengan setengah berlari kak Ega pergi meninggalkanku kemudian mengangkat tangannya mendekati telinga mengisyaratkan agar aku mengabari jika sudah sampai di rumah. Aku tersenyum sambil mengangguk sampai akhirnya punggung kak Ega sudah tak telihat lagi. Aku kembali duduk, membuka tas dan mengeluarkan ponselku, memainkannya sebentar lalu menaruhnya lagi ke dalam tas. Aku duduk sambil menunduk mengamati dua lembar tiket di tangan, sempat ingin menelfon Arum tapi percumah saja sebentar lagi filmnya akan di mulai, yang ada Arum sampai sini filmnya sudah selesai.
"Apa aku pulang saja ya, tapi sayang kan tiketnya.." Gumaku dalam hati.
Masih sibuk menimbang antar lanjut nonton atau pulang tiba-tiba sepasang sepatu sneakers berwarna putih mengalihkan perhatianku. Aku mendongakkan kepalaku, aku terperanjat melihat siapa yang sekarang ada di depanku.
" Ze." Nama itu keluar begitu saja dari mulutku yang kemudian aku sesali dan segera menutup mulut.
" Are you okay?" Tanyanya kemudian.
" Aaa, mmm, ya tentu, aku baik baik saja, kenapa tidak?" Jawabku yang terdengar sedikit aneh.
" Kak Zean lagi ngapain disini?" Lanjutku yang kini mulai sedikit tenang.
" Kak Zean. Hmmm, bukankah tadi Ze?" Ucap kak Zean sambil tersenyum smrik.
" Kapan? Mungkin kakak salah dengar!" Sanggahku.
" Mungkin." Mengangkat bahunya.
" Kamu sendirian?" Kak Zean Melangkah melewatiku dan duduk di kursi yang aku duduki tadi.
" Iya." Ikut duduk disebelahnya.
" Dengan dua tiket, seriously?" Terangnya setelah melihat dua lembar tiket ditanganku.
" Iya." Jawabku seraya mengangguk lemah.
" Lalu kenapa tadi bersedih, kamu di tinggalkan oleh seseorang, pacarmu?" Tanyanya mulai penasaran.
" Bukan pacar, tapi kakak. Dia pergi untuk operasi mendadak." Jawabku setengah berteriak, lalu menunduk karena malu.
" Boleh untukku.? Maksudnya tiket ini, sayang kan kalo harus di buang, lagi pula aku sedang free hari ini, lumayan kan dapet tiket nonton gratis." Kak Zean mengambil salah satu tiket dari tanganku.
Apa ini, kenapa harus bertanya kalau tiketnya saja sudah ditanganmu, dasar aneh. Tak lama kemudian terdengar pemberitahuan bahwa film yang akan kami tonton segera di putar dan pintu studio terlihat sudah terbuka.
" Kenapa tidak!" Jawabku lalu berdiri membawa popcorn dan dua botol air mineral, kemudian berjalan meninggalkan kak Zean yang masih duduk.
" Artinya boleh kan, thanks!" Ikut berdiri, berjalan mensejajari langkahku dan megambil popcorn dari tangnku.
" Biar aku bantu, sepertinya kamu kesulitan." tambahnya lagi.
Kemudian dia berjalan melewatiku yang masih berdiri, aku menatap punggung kak Zean yang mulai terlihat jauh dan setelahnya aku berjalan dengan cepat untuk mengejar kak Zean. Setelah masuk aku duduk disebelah kak Zean dan menyodorkan sebotol air mineral yang sedari tadi kubawa. Dia menerimanya dengan senyum lalu meletakannya di samping kursi yang memang di desain untuk meletakkan botol minuman. Tak lama kemudian film di mulai dan aku masih tak percaya orang yang berada di sebelahku adalah orang yang beberapa malam ini selalu mengganggu fikiranku. Ah sial aku jadi tidak fokus nonton akhirnya. Aku berusaha mengalihkkan kegugupan dengan meraih popcorn dan memakannya perlahan. kenapa malah jadi haus begini, lalu ku ambil lagi botol air mineral dan berusaha membukanya. Ya Tuhan apa lagi ini, tanganku berkeringat dan itu membuatku kesulitan untuk membuka tutup botol tersebut. Tanpa kuduga ternyata kak Zean memperhatikannya, dia mengambil botol dari tanganku lalu membuka tutup botolnya dan menyerahkan kepadaku dengan tersenyum.
" Terimakasih." ucapku lirih.
Aku merutuki kebedohanku dalam hati. Membuka botol air minum saja aku tidak bisa, bukankah itu sungguh memalukan. Apa yang akan kak Zean pikirkan? Dia tidak mungkin menganggapku sedang menggodanya kan.? Tidak, tentu saja tidak, aku kan hanya seorang gadis kecil mana mungkin aku sedang berusaha menggoda seorang pria. Seorang gadis kecil, cihh akhirnya aku mengaku juga bahwa aku hanyalah seorang gadis kecil didepan kak Zean.
Aku larut dalam pikiranku sendiri sampai film selesai diputar. Lampu kembali menyala dan satu persatu pengunjung mulai keluar, aku berdiri dan berjalan kearah pintu keluar yang kemudian di ikuti kak Zean di belakangku. Aku berjalan kearah eskalator untuk turun ke lobby dan mencari taxi atau kendaraan lainnya yang akan membawaku pulang tanpa menyadari bahwa kak Zean masih mengikutiku. Sesampainya di lobby aku kembali terkejut dengan apa yang aku lihat. Hujan. Oh tidak kenapa hujan tiba-tiba saja turun malam ini, padahal prediksi dari BMKG tidak akan turun hujan sampai beberapa bulan kedepan. Tuhan memang Maha Segalanya kan, segala sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika Tuhan sudah berkehendak.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ahay ketemu kesengseman jadi salting y ndiiiii
2022-08-24
1
Lucyna
kalau bisa bukan hujan tp badai biar bisa lbh lama lagi berduaannya 🤣🤣
2022-06-21
0
Your name
Biar Kak Ega aman tuh, tapi... masih aja ada yang curi-curi pandang gitu. Laris bener ya.
2022-03-20
1