" Hanya satu malam, tidak lebih dari itu!"
Kami semua menoleh ke arah sumber suara, memastikan bahwa kalimat itu memang ibu yang mengucapkannya.
" Ibu mengizinkan?" Tanyaku dengan hati-hati.
" Hmmm, tapi harus di antar kak Ega!" Perintahnya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
kami masih berdiam diri di tempat duduk masing-masing, masih belum percaya dengan apa yang barusan terjadi.
" Memangnya kak Ega libur?" Tanya Arum memecah kesunyian.
" Hmm. Tp kakak cuma nganterin aja kok, nanti langsung pulang, takut ada panggilan darurat." Jelas kak Ega.
" Udah ayo siap-siap!" Perintah Arum padaku.
Aku hanya mengangguk, meninggalkan kak Ega di ruang keluarga dan mengajak Arum ke kamarku. Aku mengambil tas ransel dan mengeluarkan beberapa potong pakaian dari lemari. Lalu aku berjalan ke arah kamar mandi memasukan satu per satu perlengkapan mandi ke dalam tas kecil dan menyimpannya bersama baju yang sudah selesai aku kemas.
" Temen - temen om Fajar banyak nggak Rum yang ikut?" Tanyaku di sela kesibukanku mengemas barang bawaanku.
" Nggak tau si, om nggak bilang berapa banyak, cuma bilang ada temennya mau pada ikut. Kenapa? Berharap ada kak Zean ya, hihi." Ledek Arum kepadaku.
Semenjak aku menceritakan kejadian di Mall waktu itu Arum memang selalu meledek-ku dan berusaha menjodohkan aku dengan kak Zean.
" Ih apaan si, nggak lah." Sanggahku.
" Udah ayo ah mumpung belum terlalu siang juga. Terus kamu mau pulang ke rumah dulu atau gimana Rum?"
" Langsung berangkat aja, lagian mereka udah di depan." Jawabnya enteng.
" What? Mereka? Siapa?" Tanyaku setengah berteriak.
" Om sama Kak Zean."
" Kenapa nggak bilang sih, terus kenapa nggak di ajakin masuk? Trus mama sama papa kamu gimana?"
" Habis kamu nggak nanya. Mama sama papa udah duluan, nanti kita ketemu di Villa." Arum menjawab dengan senyum semanis mungkin.
Aku mendengus kesal, lalu mengajaknya untuk segera keluar. Dibawah aku melihat kak Ega sudah siap untuk pergi. Hari ini penampilan kak Ega terlihat berbeda dengan sebelumnya, biasanya kak Ega selalu berpaikan formal, dengan kemeja dan celana bahannya, tapi hari ini kak Ega memakai jelana jeans warna hitam dan kaos pendek warna putih polos yang menampakkan otot di lengan-nya serta sepatu sneakers warna putih.
" Waow, siapa ini? Ganteng banget sih hari ini kak, kaya mau kencan aja." Goda Arum saat melihat penampilan kak Ega.
" Kakak ganteng dari lahir, kamu aja yang baru sadar dengan ketampanan kakak sekarang." Jawabnya penuh percaya diri sambil mengerlingkan sebelah matanya ke arahku.
"Percaya diri banget sih jadi orang." Celaku sambil tertawa.
" Sumpah aku baru sadar kalau kakak ganteng banget, mirip kaya oppa-oppa Korea kak. Coba kakak belum tua pasti udah aku pacarin." Ucap Arum dengan polosnya
" Apaaa? Tua? Sembarangan kalau ngomong, kakak bukan tua tapi dewasa." Jawabnya kesal.
" Hahahahahah, bercanda kak!" Arum mengangkat salah satu tangannya dan jarinya membentuk huruf V ke arah kaka Ega.
Aku hanya tertawa melihat tingkah Arum dan kak Ega. Setelah lelah tertawa, kami akhirnya keluar dari rumah. Kak Ega berjalan ke arah garasi dan mengeluarkan mobilnya, sementara aku dan Arum berjalan ke arah mobil Honda Jazz warna merah yang berhenti di pinggir jalan di depan rumah ku. Dari kejauhan aku melihat Om Fajar di balik kemudi dan membuka kaca mobilnya dan tersenyum ke arahku.
" Kenapa nggak ikut masuk juga si om? Kan kasian kalian nunggu di luar kaya gini." Ucapku merasa bersalah setelah berada persis di dekat om Fajar.
" Ada yang nggak mau, katanya malu." Balasnya sambil menggerakan matanya berusah menunjuk orang yang berada di sebelahnya.
"Oh." Aku tersenyum getir, melihat kak Zean yang sama sekali tak menyapaku.
Aku meninggalkan om Fajar saat melihat mobil kak Ega sudah berada di dekatku, aku masuk ke dalam mobil dan kamipun berangkat dengan mobil masing masing dan beriringan. Aku menyenderkan kepalaku di kursi mobil dan memiringkannya menghadap ke arah kak Ega yang terlihat serius mengendarai mobilnya.
" Kenapa, kamu juga terpesona dengan ketampanan kakak?" Kak Ega berbalik menatapku dan kemudian kembali fokus ke depan.
" Hmm, coba aja kak Ega bukan kakak-ku, pasti aku juga naksir nih sama kakak."
" Oh ya, terus kamu mau jadi pacar kakak dong kalau kakak bukan kakak kandung kamu."
" Pastilah, siapa coba yang gak mau jadi pacar kakak. Udah ganteng, pinter, sayang keluarga, dokter pula. Paket lengkap namanya kak. Kalau aku jadi cewek- cewek di luar sana pasti bakal ikutan antre buat jadi pacar kakak, eh bukan jadi istri malah, hahahaha."
" Sayang ya aku malah jadi kakakmu." Jawabnya yang terdengar serius, namun aku yakin dia hanya ingin meledek-ku.
"Iya, sayang banget ya, hahaha."
" Pakai ini!"Perintah kak Ega sambil mengeluarkan kacamata hitam dari laci dashboard mobil.
" Kenapa gak nyuruh aku buat ambilin sih kak, ini kan bahaya, kalau kita kecelakaan gimana?" Ocehku pada kak Ega karena melakukan hal yang bahaya saat sedang mengendarai mobil.
" Maaf." Ucapnya singkat, lalu memakai kacamata hitam yang di ambilnya tadi.
" Kok samaan kak kacamatanya." Sambil memakai kacamata dan seketika lupa dengan kejadian tadi.
" Beli satu gratis satu, lumayan kan, hemat uang."
" Dasar pelit."
Tawa kami pecah bersamaam. Kemudian kak Ega menyalakan musik, kami bernyanyi bersama bersautan seolah-olah sedang menggelar konser didalam mobil. Sesekali aku melihat kak Ega menatapku, dan aku membalasnya dengan senyuman.
Tak terasa dua jam telah berlalu dan kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku masih duduk di dalam mobil dan memperhatikan kak Zean keluar dari dalam mobil. Tiba-tiba mataku membelalak saat melihat seorang wanita menghampiri kak Zean dan mereka saling berpelukan. Mereka melepas pelukan saat terlihat seorang wanita dan seorang laki-laki menghampiri mereka. Mereka terlihat seumuran, mungkin mereka adalah teman om Fajar.
" Kamu nggak mau turun?"Tanya kak Ega mengalihkan perhatinku.
" Turun lah, Ayo"
Aku turun dari mobil, berjalan ke arah mereka yang di ikuti kak Ega di belakangku dan membawa tas ranselku di pundaknya. Mereka terlihat memperhatikan aku dan kak Ega dari kejauhan.
" Boyfriend?" Tanya om Fajar sambil menunjuk ke arah kak Ega.
" Bukan, ini kakak aku om." Aku menggeleng dan kemudian mengenalkan kak Ega kepada semuanya.
" Kakak asli?" Tanyanya lagi setelah saling bertukar nama dengan kak Ega yang membuatku sedikit jengkel mendengarnya.
" Memang ada kakak palsu om, iyalah kakak asli.!." Tegasku sedikit menekan kata asli.
" Maaf ya, habis kalian nggak mirip sih. Terus pakaian kalian juga terlihat couple. Jadi aku pikir kalian sepasang kekasih bukan sepasang kakak beradik."
Aku baru menyadari bahwa pakaian kami memang seperi couple hari ini, aku juga menggunakan celana jeans warna hitam dan kaos putih yang terlihat kebesaran, sepatu kets warna putih yang senada dengan sepatu kak Ega di tambah dengan kacamata hitam yang kami kenakan pun bentuknya sama. Orang lainpun pasti akan mengira kami adalah sepasang kekasih.
" Oh ya kenalin ini temen temen aku, ini Natasha." Menunjuk gadis yang tadi berpelukan dengan kak Zean.
" Yang ini pacar aku, Viona dan yang itu Dion dan yang satunya lagi Zean, kamu udah kenal kan, kalian beberapa kali ketemu.
Dan kalian kenalin ini Lindhi, dia sahabat keponakanku, dan yang itu kakaknya, kalian dah kenalan kan tadi." Ucapnya panjang lebar mengenalkan aku dan kak Ega kepada teman-temannya.
Setelah perkenalan singkat itu kami masuk kedalam Villa dan masuk ke dalam kamar kami masing masing untuk beristirahat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
aku mau kenalan lagi sama zean dong ommmm😊😊😊😊...
2022-08-25
0
👑Meylani Putri Putti
akak hadir ya nuri
2022-06-05
1
Your name
Bisa akur gitu, couple lan lagi. Mereka berdua seperti sepasang kekasih.
2022-05-08
1