Sesampainya di Villa kak Zean mengantarku sampai di depan pintu kamar, entah aku yang terlalu percaya diri tapi aku merasa malam ini kak Zean terus saja menempel kepadaku. Sudah lah yang terpenting sekarang kami berteman dan itu membuatku sedikit senang. Sedikit ya hanya sedikit saja.
" Sampai." Ucapku sambil menunjuk pintu kamar. Aku melepas jaket milik kak Zean namun segera di cegah olehnya.
" Pakai saja!" Perintahnya yang kemudian aku iyakan dan batal melepas jaket.
" Ya sudah aku masuk dulu kak." Ucapku sedikit canggung.
" Hmm, mimpi indah!" Ucapnya sambil menepuk kepalaku dengan lembut.
Aku segera berbalik, membuka pintu kamar dan masuk. Aku bersandar di balik pintu, mengatur nafas perlahan dan memegang kedua pipiku yang terasa panas sambil tersenyum girang. Aku mengingat lagi adegan saat kak Zean menepuk kepalaku, ritme jantungku semakin menggebu dengan senyum yang masih terlukis di wajahku.
Aku melompat ke atas tempat tidur dan melentangkan tubuhku, meregangkan otot-otot yang sempat menegang karena gugup berdekatan dengan kak Zean. Aku mengendus badanku yang kini di penuhi aroma parfum yang menempel di jaket kak Zean. Aku tersenyum lagi, memeluk erat jaket yang kini memberikan kehangatan bukan hanya di tubuhku, tapi juga di hatiku tentunya. Malam semakin larut, kantuk mulai menyerangku, akhirnya aku tertidur dengan perasaan yang jika di gambarkan mungkin akan penuh dengan warna keindahan.
POV ZEAN
Waktu sudah lewat tengah malam dan aku masih terjaga. Perasaanku saling mengadu, berkecamuk melawan pendirianku. Hari ini sekuat tenanga aku berusaha menghindarinya, berusaha untuk tidak terlalu dekat dengannya dan aku hanya berniat mengembalikkan ponselnya saja setelah itu aku benar- benar tidak ingin bertemu dengannya lagi, namun pada akhirnya hatiku berhianat, pendirianku goyah dan aku melewati batasan yang aku ciptakan sendiri. Melihat kedekatannya dengan sang kakak membuatku merasa tak karuan, perasaan gila macam apa ini, meraka itu saudara pantas saja jika mereka dekat, atau mungkin aku hanya terganggu dengan celoteh teman-temanku yang mengatakan mereka seperti seorang kekasih.
Hatiku semakin rancau saat berpapasan dengannya dan kakanya, apalagi saat dia bener -benar mengacuhkanku dan melewatiku begitu saja. Entah apa yang ada di dalam gadis itu, dia seperti magnet yang terus saja menarikku, membuatku tak bisa menjauh dan tingkahnya selalu bisa menarik perhatianku.
Aku penasaran kemana mereka pergi siang itu, aku diam-diam mengikuti mereka, memperhatikan mereka dari kejauhan. Aku tersenyum melihat gadis itu bermain pasir dengan tawa menghiasi wajah imutnya. Pandanganku tak pernah luput dari semua gerak-geriknya, tiba-tiba perasaan iri menyusup di hatiku ketika melihat sepasang adik dan kakak itu saling bercengkrama dan bercanda, rasanya aku ingin di sana di posisi kakaknya, bisa dekat dengannya tanpa mengkhawatirkan apapun. Tapi sebenarnya apa yang benar-benar aku khawatirkan?. Takut orang-orang memandangku aneh karena tertarik dengan seorang gadis kecil atau aku hanya bersembunyi di balik pandangan orang lain untuk menutupi luka yang belum sembuh sepenuhnya.
Untuk kali ini, hari ini saja. Tidak, sampai besok saja, biarkan aku berada di dekatnya dan menikmati momen bersama, setelahnya biarkan aku membangun batasan lagi, membenahi pendirianku dan hidup seperti yang sudah aku rencanakan.
Karena tak bisa tidur aku meraih laptop di atas nakas, menyalakannya dan memutuskan untuk menyelesaikan naskah skripsiku agar aku bisa segera lulus dan bisa menyusul kedua orangtuaku ke California. Aku sama sekali tak bisa fokus dengan laptop-ku, lagi-lagi senyum manis yang jarang dia perlihatkan mengganggu pikiranku. Leher jenjangnya yang nampak indah saat dia mengikat tinggi rambutnya membuat naluri laki-lakiku tergugah.
Astaga apa yang aku pikirkan, aku benar-benar tidak tau malu. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan diriku sepenuhnya, dia nampak tidak seperti bocah seumurannya saat mengenakan pakaian biasa, postur tubuhnya sangat ideal, tidak telalu kurus dan juga tidak terlalu berisi dan tingginya telihat pas untuk di peluk.
Aku mengoyakan kepalaku berkali-kali, mencoba mengeluarkan pikiran kotor yang bersarang di kepalaku. Aku menutup laptopku, aku benar-benar kehilangan fokus, aku berpindah ke kasur, merebahkan badanku dan berharap kantuk segera menghampiriku. Aku harus segera tidur, besok siang kami harus kembali ke rumah dan aku sudah berjanji untuk mengantarnya pulang. Aku harus istirahat dengan cukup agar besok bisa mengantarnya dengan selamat. Akhirnya setelah hampir dini hari aku bisa memejamkan mataku dan aku larut dalam buaian sang malam.
Aku menggeliat saat merasakan sesuatu membelai wajahku, aku membuka mata perlahan, saat kesadaranku sepenuhnya kembali aku tekejut melihat siapa yang sedari tadi membelai wajahku, aku terlonjak dan menjauh dari jangkauan tangannya.
" Kenapa kamu bisa di sini?" Tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" Kenapa kamu begitu kaget si, bukannya kamu sangat senang jika aku melakukan hal seperti ini." Ucap Natasha yang kembali mengelus wajahku.
Aku menyingkirkan tangannya dari wajahku, aku bangun dan duduk di tepi ranjang, meraih sebotol air mineral di atas meja dan meminumnya sampai habis.
" Ada apa?" Tanyaku kemudian setelah menyegerkan tenggorokan.
" Semua orang sudah di bawah, Fajar menyuruhku ke sini untuk membangunkanmu."
" Fajar menyuruhmu?" Aku tak percaya Fajar akan melakukannya.
" Ya." Menggeser duduknya agar semakin dekat denganku.
Aku berdiri dan menjauh karena merasa risih.
" Kenapa, kamu takut pacar kecilmu akan marah?."
" Pacar?" Aku bingung.
" Ya. Gadis kecil yang semalam bersama kamu di tepi pantai!."
" Oh, jadi sekarang kamu mengawasiku?"
" Apa dia yang menggodamu duluan, apa kalian sudah berciuman, bagaimana rasanya bersama anak kecil?" Tanya Natasha membuatku jengkel.
" Stop Nat, dia bukan gadis seperti itu dan kami hanya berteman!" Aku menaikan suaraku menadakan aku sedang kesal.
" Satu lagi, kita sudah berakhir Nat, jadi tolong jangan seenaknya saja masuk ke kamarku dan berhenti mengawasiku seolah-olah aku tawananmu." Aku memperjelas lagi hubungan kami yang memang sudah berakhir sejak lama.
" Keluarlah, aku mau mandi dulu, aku akan menyusul kalian nanti!."
Aku meninggalkan Natasha yang masih duduk di atas kasur. Aku mengguyur badanku dengan air dingin, rasanya sangat menyegarkan dan menjernihkan pikiranku. Aku keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangku, aku terkejut lagi saat melihat Natasha masih berada di kamarku. Dia tersenyum smrik ke arahku. Aku mengambil pakaianku dan membawanya masuk kembali ke kamar mandi. Aku keluar kamar mandi setelah rapi dan aku mengajaknya keluar untuk bergabung dengan yang lain di bawah. Lagi-lagi Natasha membuatku frustasi, dia mengaitkan lengannya di tanganku, saat hendak melepas tangannya tiba-tiba terdengar pintu terbuka dari arah belakangku, aku menoleh dan melihat gadis kecil itu bersama ponakan Fajar keluar dari kamar. Mereka menatapku, aku melihat gadis itu mengamati tangan Natasha yang masih menggelayut di tanganku dan aku segera melepaskan tangan Natasha karena tidak ingin dia salah paham.
Mereka berjalan ke arahku, melewatiku dan hanya mengangguk sopan tanpa menyapa.
Aku mengikuti mereka dari belakang. Rasanya aku ingin memanggilnya dan menjelaskan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku sadar kami bukan dalam hubungan yang mengharuskan menjelaskan kondisi satu sama lain.
Pagi ini kami kembali berkumpul bersama untuk sarapan sebelum nanti siang kami kembali ke rumah dan sibuk dengan aktivitas masing masing. Kami sarapan dengan tenang, tanpa obrolan apapun, sesekali aku melihat ke arahnya, dia hanya menunduk dan fokus dengan sarapannya. Sementara aku, aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri. Apakah setelah ini aku benar-benar bisa melepaskannya, sedangkan saat ini melihatnya sudah seperti candu bagiku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
emang susah klo dah jatuh cinta massss
2022-08-25
0
Erni Fitriana
klo saran aku..nih kan nanti kalian satu mobil...gimana klo kamu bilang jujur sama april ????
2022-08-25
0
Erni Fitriana
bunga cinta dimana manaaaaaa😘😘😘😘😘😘😘
2022-08-25
0