POV ZEAN
Aku melajukan motorku perlahan meninggalkan dia yang masih berdiri di depan halaman rumahnya. Semilir angin menemani perjalananku kali ini , tiba tiba aku mencium aroma yang tak ku kenali, aroma parfum wanita yang menempel di hoodieku. Hmm wangi bunga melati, aromanya hangat, romantis, elegan, dan classy . Aku tersenyum bahagia yang entah karena apa sebabnya. Aku menepikan motorku saat merasakan ponselku bergetar, sebuah panggilan Internasional yang kupastikan adalah mamiku.
" Hallo, kenapa mam?" Aku mulai membuka percakapan.
" Kenapa? Mami tak boleh menelfon?" Protes mamiku.
" Bukan begitu mam, mamy pasti tau kan disini sudah larut malam?" Aku mengingatkan mamy tentang selisih waktu yang hampir 15 jam.
" Iya mami tau, tapi mami juga yakin kamu pasti belum tidur kan?"
" Aku lagi di luar mam, nanti aku hubungi lagi ya, aku mau pulang dulu takut hujan soalnya!"
" Kamu keluar naik motor lagi? Honey mami kan sudah bilang itu bahaya, please jangan bikin mami sama dady khawatir disini!." suaranya mulai meninggi karena khawatir kepadaku.
" Cuma keluar sebentar mam, nggak jauh-jauh dari rumah kok. Udah ya mom aku mau pulang, by mamy. I love you." Ucapku lalu mematikan panggilan tanpa persetujuan mami, aku tau mami pasti akan menceramahiku panjang lebar jadi aku lebih memilih menyudahi panggilan ini.
Aku memasukan ponsel ke dalam saku depan hoodiku dan tak sengaja tanganku menyentuh sebuah benda asing di dalamnya, aku mengeluarkannya dari saku, aku mengamati sesaat benda yang terlihat seperti ikat rambut namun mirip juga seperti sebuah gelang karet. Dasar ceroboh, pasti dia mengira ini adalah jaket miliknya sehingga menaruh ikat rambut ini di saku. Aku memutar balik motorku, berniat mengembalikan ikat rambut miliknya, aku terkejut saat sebuah mobil sedan melewatiku dengan kecepatan penuh. Orang gila macam apa yang mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi di jalan komplek, tengah malam pula?
Aku menghentikan motorku saat melihat mobil itu berhenti di tempat yang sama dengan tujuanku, aku mengamati dari kejauhan, nampak seorang pria keluar dari mobil dengan setengah berlari menghampiri gadis yang tadi ku tinggalkan lalu memeluknya.
Aku memicingkan sebelah mataku berusaha meneropong siapa pria yang sedang memeluk gadis kecil itu, namun percumah saja yang nampak hanya bagian belakang pria itu saja karena posisinya memang membelakangiku. Gadis itu nampak mendorong tubuh pria tersebut tapi sepertinya si pria masih enggan melepas pelukannya, menyaksikan langsung kejadian yang terbilang sedikit romantis ini, tiba-tiba dadaku terasa penuh sesak. Aku mencoba mengatur nafasku perlahan dan melanjutkan menikmati adegan yang seharusnya tak aku lihat ini.
" Bukankah itu pria yang tadi bersamanya di bioskop? Kakaknya.? Aku tersenyum lega saat melihat dengan jelas siapa pria yang memeluk gadis itu. Apa mereka benar saudara kandung? Tiba-tiba pertanyaan bodoh itu terlintas di otakku. Bukan tanpa alasan kenapa aku sampai berfikir demikian, di lihat dari penampilan luar saja mereka tampak berbeda tidak ada kemiripan sama sekali, ditambah lagi dengan sikap kakaknya yang terlihat begitu posesif kepadanya, caranya memeluk gadis itu lebih mirip dengan pelukan seorang kekasih dari pada seorang kakak yang mengkhawatirkan adiknya.
Astaga apa yang aku pikirkan, mungkin kakaknya terlalu khawatir pada gadis itu, lihat saja dia bahkan masih memakai baju rumah sakit. Aku mengurungkan niat awalku untuk mengembalikan barang miliknya, menghidupkan motorku dan meninggalkan mereka yang masih terlihat saling berbincang.
Aku mengendarai motorku dengan perasaan yang entah bagaimana aku menjelaskannya. Marah, sedih, gelisah, tapi kenapa? Apa karena gadis itu? Atau karena gadis itu di peluk oleh kakaknya? Perasaan macam apa Tuhan, aku bahkan baru tau namanya malam ini, tak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini, di tambah lagi dia masih sangat kecil. Atau jangan-jangan aku punya kelainan seksual, kenapa aku harus tertarik dengan anak-anak. Tidak, ini tidak boleh, ini tidak seharusnya terjadi Ze, hentikan Ze, sebelum semuanya semakin rumit. Aku larut dalam fikiran konyolku sampai tak menyadari rintik hujan mulai turun lagi. Aku mempercepat laju motorku, namun tetap saja aku basah kuyup sesampainya di rumah.
**
Aku meneggoyangkan kepalaku berusaha untuk tidak mengingat lebih tentang kejadian sore tadi. Aku bangun dari tempat tidurku, membawa ponsel gadis itu ke meja kerjaku. Mencoba menciptakan kesibukan dengan cara memperbaiki ponsel gadis itu, dari pada aku harus membawanya ke service center mending aku memanfaatkan sedikit skill yang ku miliki untuk memperbaikinya. Selain bisa menghemat waktu, tenaga dan uang, mungkin dengan cara ini aku bisa melupakan bayang-bayang gadis kecil itu.
Aku larut dalam kesibukannku memperbaiki ponsel gadis itu, waktu sudah hampir subuh saat aku berhasil memperbaiki ponsel tersebut. Aku menyalakan ponsel itu untuk memastikan apakah benar-benar sudah normal kembali. Ponselnyamenyala dan menampilkan sebuah foto yang terlihat sangat indah, aku tersenyum dan mengusap layar ponsel itu. Dasar ceroboh, lagi-lagi aku menyebutkan kata itu saat mendapati bahwa ponsel itu tidak terkunci. Tanganku mulai aktiv memainkan ponsel itu, tidak ada niat lebih awalnya, aku hanya ingin memastikan ponselnya sudah bisa di gunakan dengan baik sebelum aku kembalikan kepada pemiliknya. Saat melihat folder foto, tiba-tiba rasa penasaranku begitu menggebu, aku beberapa kali menahan jariku untuk tidak membuka folder itu, tapi entah mendapat dorongan dari mana akhirnya jari pengkhianat ini menyentuh folder tersebut dan menampilkan beberapa kolase foto. Aku menggeser, mengamati satu persatu foto yang ada di ponsel, lalu lagi-lagi sebuah senyum terbit di ujung bibirku, malam ini rasanya aku tersenyum terlalu banyak.
Sepertinya keberanianku semakin menjadi, aku kembali ke tempat tidur dan mengambil ponselku yang masih berada di atas nakas, aku duduk menyilangkan kakiku seperti seorang pertapa dan dengan tanpa berdosa memindahkan satu persatu foto gadis itu ke ponselku. Kegilaan macam apa Tuhan, bukankah ini sudah sangat lancang, ini privasi Ze, kenapa kamu berani sekali mengambil gambar gadis itu tanpa seizinnya.
Aku berbaring sambil memperhatikan wajah gadis itu di layar ponselku, aku memejamkan mata berusaha mengembalikan kewarasanku yang sepertinya sempat terganggu karena gadis itu. Prilatia, Prilatia, kenapa susah sekali si menyebut namamu.
Aku melempar ponselku ke atas kasur, aku menghembuskan nafas dengan kasar lalu mencoba menyadarkan semua kegilaan ini. Sudah Ze, hentikan, hentikan perasaan konyol ini. Fokus Ze, fokus dengan impianmu, fokus dengan masa depan yang sudah kamu rancang sendiri Ze, jangan sampai karena seorang wanita kamu menghancurkan hidupmu lagi Ze, sudah cukup dengan satu kebodohan, jangan tertipu dengan perasaanmu sendiri Ze, lagipula dia hanya seorang gadis kecil, kamu tidak mungkin tertarik kepadanya, kamu hanya penasaran saja, ya hanya sebatas rasa penasaran.
Akhirnya sampai matahari keluar dari persembunyiannya aku masih sibuk bergelut dengan diriku sendiri, mencoba meyakinkan hatiku untuk tidak terbawa perasaan lagi. Dan karena lelah dengan peperangan ini, akhirnya mataku terpejam, aku tertidur dengan perasaan yang masih belum bisa di selesaikan.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Erni Fitriana
iya ze..aku juga sering bet
ribet manggil.prili
2022-08-24
0
Your name
"Tak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini" apa berarti baru mengalami rasa sesak seperti ini.
Mungkin mulut berkata begitu, tapi hati tidak bisa di bohongi.
2022-04-14
0
bunda f2
mampir lagi kak semangat terus ya
2022-03-18
1