Tentang Dian

Pulang kuliah Nina dan kawan-kawannya mendatangi rumah Dian. Nina berboncengan dengan Erick, sementara Ratih dengan Adit dan Eka naik motor sendirian.

Eka sebagai penunjuk jalan karna selama ini Ekalah yang tahu alamat rumah Dian, karna mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMA.

Nina merasa canggung di bonceng Erick, apalagi kalau Erick mengerem dan Nina tidak siap, otomatis tubuh Nina langsung menempel pada Erick, cepat-cepat Nina beringsut menjaga jarak.

Adit dan Ratih senang melihat Nina mulai dekat dengan Erick, akhirnya rencana mereka untuk mencomblangin Nina dengan Erick berhasil.

Beberapa saat berkendara akhirnya sampai juga mereka di rumah Dian. Rumah Dian tertutup dan sepi sepertinya tidak ada orang di rumahnya.

"Yah kayaknya gak ada orang deh disini," kata Nina.

"Kita coba dulu panggil, kalau gak ada ya kita cabut aja," kata Eka.

Eka melangkah masuk mendekati pintu rumah Dian.

"Dian..., Assalamualaikum!"

"Diaaann!"

Tak ada jawaban Ekapun membalikkan badannya kembali pada teman-temannya.

klek...

Suara pintu terbuka, Eka menoleh kebelakang dan terlihat Dian dari balik pintu rumahnya.

"Oh syukurlah," seru Eka.

Melihat Dian membuka pintu yang lain akhirnya ikut masuk ke rumah Dian. Dian tak menyangka teman-temannya akan datang ke rumahnya.

"Kamu sakit?" tanya Nina.

Dian menggeleng pelan wajahnya terlihat murung, akhirnya para cewek masuk ke dalam rumah sementara Adit dan Erik menunggu diteras.

"Kog kamu matikan hp sih?" Ratih ikutan bertanya.

"Iya cerita dong sama kita, kita kan sahabatmu," balas Eka.

Dian meneteskan air matanya, dia menangis teman-temannya semakin bingung melihat Dian seperti itu.

Setelah puas menangis barulah Dian bisa menguasai dirinya dan mulai bercerita.

"Orang tua gue bokap gue kawin lagi. Kemarin mereka ribut besar, adikku dibawa bokap dan aku disuruh ikut ibu hiks..." tangis Dian kembali pecah.

"Aku gak nyangka keluarga gue berantakan kayak gini, aku gak tau kenapa bisa begini,"

"Jadi sekarang ibumu kemana?" tanya Nina karena rumah Dian terlihat sepi.

"Ibu pergi dari kemarin setelah ribut, aku bingung mencari kemana karna nomor hpnya juga gak bisa dihubungi. Aku sengaja matikan hpku agar ibuku cemas dan segera pulang,"

"Sabar kamu juga jangan ikutan stres, mungkin ibumu butuh waktu untuk menenangkan diri," Nina mencoba membujuk Dian.

"Jadi bagaimana sekarang?" tanya Ratih.

"Aku tak tahu harus bagaimana, aku bingung Rat," Dian masih tersedu.

"Mmm bagaimana kalau kamu kerumahku saja, kamu jangan sendirian kayak gini," ajak Nina.

"Nah bener juga tuh, mending kamu dirumah Nina, sambil nunggu kabar dari Ibumu," kata Eka.

"Tapi bagaimana Ibuku nanti," Dian masih terisak.

"Ya nanti kita coba hubungi ibumu, atau kamu kirim pesan sama ibumu, kalau ibumu buka hpnya dia tau kamu dimana," Nina memberi saran.

Dian mengangguk setuju, kemudian Dian masuk ke kamarnya dan mengambil hand phonenya.

Dian menghidupkan hpnya lalu mencoba menghubungi ibunya, tapi tetap saja hp ibunya tidak bisa dihubungi.

"Tetap nggak bisa,"

Dian menghempaskan badannya dikursi, teman-temannya memandangnya dengan iba.

"Ya udah yuk kerumahku saja kalau gitu, kamu kirim pesan dulu sama ibumu biar nanti tidak cemas," ucap Nina.

"Aku nggak tahu ngomong apa Nin,"

Dian menyodorkan hpnya ke Nina, Nina kemudian mengambil hp Dian dan menuliskan pesan singkat pada ibu Dian.

"Ibu maaf ini Nina teman Dian, kami mencemaskan Dian karna tidak masuk kuliah, tolong pulanglah Dian sangat menghawatirkan ibu. Saat ini Dian dirumah Nina, jika ibu pulang tolong kabari Dian ya,"

Dian ikut Nina pulang ke rumahnya diantar Eka, sementara Nina di antar Erick, Adit dan Ratih tidak ikut mengantar karna harus cepat pulang.

************

Dirumah Nina orang tua Nina belum pulang dari kantor. Nina yang baru datang bersama kawannya mengajak kawannya masuk ke dalam rumah.

"Yuk masuk dulu, mama papahku kayaknya belum pulang,"

Nina membuka pintu rumahnya dengan menggunakan pasword, Eka, Dian dan Erick mengikuti Nina masuk ke dalam rumah. Mereka mengagumi rumah Nina yang lebih besar dan megah di banding rumah mereka.

"Kamu sendirian Nin?" tanya Eka.

"Ada Bibik di dapur, biasanya kalau jam segini lagi masak. Duduk dulu aku ambilkan kalian minum ya,"

Baru kali ini teman Nina mengunjungi rumah Nina. Erick semakin terpesona dengan Nina yang low profile anak gedongan tapi tidak milih-milih kalau berteman, bahkan penampilannya juga sangat sederhana.

Seorang wanita datang dengan membawa empat gelas minuman dan makanan ringan, lalu menyajikan di meja.

"Silahkan,"

"Trimakasih Bik," jawab ketiga teman Nina.

Nina turun dan sudah berganti baju, lalu bergabung bersama ketiga temannya.

"Jam berapa orang tuamu pulang Nin?" tanya Erick.

"Nggak tentu juga sih, kadang papa ketemu klien mama juga gitu makanya aku dijemput sopir kalau mereka lagi sibuk, makanya aku senang Dian disini buat temani aku juga," jawab Nina.

"Kalau begitu aku boleh main kesini biar kamu gak kesepian," goda Erick.

"Halah lo mah nyari kesempatan aja kerjanya," hardik Eka pada Erick.

Dian dan Nina tersenyum, Erick tertawa terkekeh.

"Boleh aja kalian kesini dari pada suntuk di rumah, palingan aku kalau sendiri ngedrakor aja sama main game, kalau kalian kesini kita bikin party ala kita bakar ikan makan-makan asik juga,"

"Nah itu maksudnya, curiga aja ini Eka bawaannya. Gua cowok baik-baik tauk, kalau Nina suka sama gue kenapa nggak ya Nin," balas Erick.

Dianpun akhirnya tertawa lepas melupakan kesedihannya.

"Dian kamu mau mandi, yuk ku antarin ke kamarku. Oh ya kalian tunggu bentar ya aku udah minta bibik siapin kita makan,"

"Waw makaaann, asik tau aja kalau gue laper Nin," seru Eka.

"Wajahmu kelihatan doyan makan," saut Erick.

"Lihat lo gua jadi laper mulu, nyebelin sih huh," balas Eka sewot.

"Ah udah-udah, biasanya kalau suka berantem bakal jadi pacar lo," Nina meledek kedua temennya.

"Oh no!" jawab Eka.

"Yah gue milih Nina buka elo," balas Erick.

Nina dan Dian senyum-senyum lalu meninggalkan Erick dan Eka menuju kamar Nina untuk mandi.

Nina menyiapkan baju ganti buat Dian, sementara Dian langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Nina mengecek ke dapur dan membantu bibik menyiapkan makanan buat teman-teman Nina. Nina juga sudah mengabari mamanya kalau dirumah ada teman Nina dan Dian yang akan menginap di rumah mereka.

Dianpun kembali turun berkumpul diruang tamu menemui Erik dan Eka yang masih berdebat.

"Yuk kita makan udah siap," ajak Nina pada teman-temannya.

Merekapun mengikuti Nina ke ruang makan, lalu makan bersama dengan saling bersenda gurau. Selesai makan Erick dan Eka berpamitan pulang karna hari sudah semakin sore.

Setelah Erick dan Eka pulang Nina mengemas piring kotor dan di bantu sama Dian. Sudah menjadi aturan di keluarga Nina harus mencuci bekas makanan sendiri biarpun di rumah ada pembantu.

Nina dan Dian menghabiskan waktu di kamar Nina dengan menonton drama korea kesukaan Nina. Dian mulai melupakan kesedihannya, Nina selalu membuatnya tertawa dengan cerita-cerita lucunya.

***************

note :

Hai... selamat berpuasa bagi yang sedang menjalankan, trimakasih sudah mampir di cerita saya, trimakasih buat like dan votenya yah.

Terpopuler

Comments

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

lanjut

2020-12-16

0

Raina Ayudia Inara

Raina Ayudia Inara

yuhuuuu, lanjut aja ahh...

2020-10-02

0

👑卂尺丂ㄚ

👑卂尺丂ㄚ

penggemar Drakor cash🎉

2020-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Liburan
2 Teman baru
3 Telaga angker
4 Mimpi
5 Mbah Siti
6 Pulang ke Jakarta
7 Menjadi mahasiswa
8 Dia datang lagi
9 Sisi kelam Ratih
10 Bertemu om Hendra
11 Jadian dengan Adit
12 Siapakah dia?
13 Pengakuan Ratih
14 Bertemu dengan Erick
15 Lelaki misterius itu bernama Rekso
16 Erick jatuh cinta
17 Tentang Dian
18 Kabar dari mama Dian
19 Kembalinya sang mama
20 Babak baru kehidupan Dian
21 Bersama mereka
22 Peringatan dari Rekso
23 Di rumah saja
24 Firasat Erick
25 Jalan dengan Erick
26 Inikah rasanya cinta
27 Kabar dari Erick
28 Bangunlah Erick
29 Perjuangan Erick
30 Berpisah dengan Erick
31 Kembalinya Erick
32 Patah Hati
33 Siapakah Fatih?
34 Masa lalu Fatih
35 Saling terbuka
36 Teman lama
37 Bertemu dengan Erick
38 Nikah siri
39 Bayang masa lalu
40 Siapa ayah Fatan?
41 Antara Maya Fatih dan Fatan
42 Sebuah janji
43 Kembali merajut kepercayaan
44 Hasil test
45 Pisah ranjang
46 Bertemu Marcel
47 Selamat tinggal kota penuh luka
48 Membuka lembaran baru
49 Mengejar mimpi
50 Jatuh hati pada Erick
51 Kembali ke Jakarta
52 Opening cabang baru
53 Mendekati Nina
54 Kita sama
55 Di Singapura
56 Menikmati waktu berdua
57 Hiduplah bersamaku
58 Perjodohan
59 Akad Nikah
60 Bulan madu
61 Kembali ke Singapura
62 Telat
63 Mengunjungi dokter kandungan
64 Home sweet home
65 Syukuran rumah baru
66 Bertemu dengan Fatih
67 Reuni alumni SMA
68 Wujud asli Rekso
69 Depresi
70 Tentang Nabila
71 Cemburu
72 Dia datang lagi
73 Mengawal nafsu
74 Teraphi
75 Rasanya berbeda
76 Pelarian
77 Bersatunya Fatih dan Dian
78 Akhirnya mereka tahu
79 Mencari kedamaian
80 Pura-pura tidak mengenalnya
81 Mengusir sepi
82 Tentang dia
83 Melihatmu bersamanya
84 Mencari Ronald
85 Pembalasan
86 Sekeping kenangan
87 Ronald yang rapuh
88 Kabar suka di tengah duka
89 Sejarah yang terulang
90 Memulai hal baru
91 Kembalinya Ronald
92 Sebuah permohonan
93 Memulai hidup baru
94 Balas Dendam
95 Kembali terluka
96 Menjaga Nina
97 Ke makam Ronald
98 Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99 Surat dari Ronald
100 Pelabuhan terakhir
101 Dari author buat reader tersayang
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Liburan
2
Teman baru
3
Telaga angker
4
Mimpi
5
Mbah Siti
6
Pulang ke Jakarta
7
Menjadi mahasiswa
8
Dia datang lagi
9
Sisi kelam Ratih
10
Bertemu om Hendra
11
Jadian dengan Adit
12
Siapakah dia?
13
Pengakuan Ratih
14
Bertemu dengan Erick
15
Lelaki misterius itu bernama Rekso
16
Erick jatuh cinta
17
Tentang Dian
18
Kabar dari mama Dian
19
Kembalinya sang mama
20
Babak baru kehidupan Dian
21
Bersama mereka
22
Peringatan dari Rekso
23
Di rumah saja
24
Firasat Erick
25
Jalan dengan Erick
26
Inikah rasanya cinta
27
Kabar dari Erick
28
Bangunlah Erick
29
Perjuangan Erick
30
Berpisah dengan Erick
31
Kembalinya Erick
32
Patah Hati
33
Siapakah Fatih?
34
Masa lalu Fatih
35
Saling terbuka
36
Teman lama
37
Bertemu dengan Erick
38
Nikah siri
39
Bayang masa lalu
40
Siapa ayah Fatan?
41
Antara Maya Fatih dan Fatan
42
Sebuah janji
43
Kembali merajut kepercayaan
44
Hasil test
45
Pisah ranjang
46
Bertemu Marcel
47
Selamat tinggal kota penuh luka
48
Membuka lembaran baru
49
Mengejar mimpi
50
Jatuh hati pada Erick
51
Kembali ke Jakarta
52
Opening cabang baru
53
Mendekati Nina
54
Kita sama
55
Di Singapura
56
Menikmati waktu berdua
57
Hiduplah bersamaku
58
Perjodohan
59
Akad Nikah
60
Bulan madu
61
Kembali ke Singapura
62
Telat
63
Mengunjungi dokter kandungan
64
Home sweet home
65
Syukuran rumah baru
66
Bertemu dengan Fatih
67
Reuni alumni SMA
68
Wujud asli Rekso
69
Depresi
70
Tentang Nabila
71
Cemburu
72
Dia datang lagi
73
Mengawal nafsu
74
Teraphi
75
Rasanya berbeda
76
Pelarian
77
Bersatunya Fatih dan Dian
78
Akhirnya mereka tahu
79
Mencari kedamaian
80
Pura-pura tidak mengenalnya
81
Mengusir sepi
82
Tentang dia
83
Melihatmu bersamanya
84
Mencari Ronald
85
Pembalasan
86
Sekeping kenangan
87
Ronald yang rapuh
88
Kabar suka di tengah duka
89
Sejarah yang terulang
90
Memulai hal baru
91
Kembalinya Ronald
92
Sebuah permohonan
93
Memulai hidup baru
94
Balas Dendam
95
Kembali terluka
96
Menjaga Nina
97
Ke makam Ronald
98
Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99
Surat dari Ronald
100
Pelabuhan terakhir
101
Dari author buat reader tersayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!