Sejak berkenalan dengan Nina Erick merasa Nina itu cewek yang unik diantara ketiga kawannya. Sikap cuek Nina membuat Erick penasaran, selama ini dia hanya mendengar tentang Nina dari Adit. Erick ingin mengenal Nina lebih dekat lagi.
"Mmm Dit, kapan-kapan ajak cewekmu jalan yuk, tapi suruh ngajak Nina juga ya," pinta Erick sama Adit.
"Kamu suka sama Nina ya?" ledek Adit.
"Bener kata lo Nina itu cewek yang unik,"
"Awas jangan main-main ya, Nina itu cewek baik-baik," ancam Adit.
"Lu kate gue play boy kampungan apa, ya nggak lah gue serius,"
"Ya asal lo bisa aja dapetin hatinya Nina, gue aja gak bisa ngedeketin dia," kata Adit.
"Ya jelas dia kagak mau, masih gantengan gue sama lo ha ha,"
"Eh ******* sok kegantengan lo. Gua mau lihat seberapa cepat Nina bisa kamu pacarin,"
"Ok lihat saja Nina pasti jadian sama gue,"
Erick sangat yakin kalau Nina akan menjadi pacarnya. Senyumnya mengembang membayangkan dia bisa jadian dengan Nina.
*******
Dikampus Erick mulai melancarkan usahanya untuk mendekati Nina.
"Hai Nin," sapa Erick.
"Hai Rick, baru dateng?"
"Iya, kamu naik apa?"
"Mmm dianter Mama,"
"Udah gede masih dianterin, nanti pulangnya ku anterin mau tapi naik motor," Erick mulai beraksi.
"Hmmm nanti kamu malah muter-muter, makasih deh Rick,"
"Kamu suka nonton film gak Nin?"
Erick masih belum menyerah sama Nina, dia ingin mengajak Nina nonton supaya bisa berduaan.
"Suka, biasanya aku pergi nonton film sama Ratih dan kawan-kawan,"
"Mmm sama dong hobby kita, ya udah kapan-kapan kalau ada film baru kita nonton ya,"
"Mmm boleh juga, tapi rame-rame yah," balas Nina.
"Ya iyalah kalau sendirian bukan nonton film namanya he he," Erick terkekeh.
"Ehem... cieee yang lagi berdua sampai nggak nyadar ada aku disini,"
Suara Eka mengagetkan Erick dan Nina, spontan mereka berdua menoleh ke arah Eka.
"Mau kemana nih, ikutan dong awas kalau kami gak diajak!" ledek Eka sambil mengedipkan matanya pada Erick.
"Idih, ada yang nguping rupanya dari tadi," ucap Nina sambil tertawa.
"Ya iyalah aku nguping, habisnya asik banget kalian berduaan,"
Eka menepuk pundak Erick agar Erick memberi dia ruang agar bisa disamping Nina. Erick tersenyum dan menggeser badannya.
"Eh Erick kalau kamu mau deketin Nina lu baik-baik sama kami, kalau kami bilang ok baru kamu boleh jalan sama Nina," Eka menghardik Erick.
"Eh busyet... sejak kapan ada aturan kayak gitu?" tanya Nina.
"Ya sejak sekarang lah, gue gak mau aja lu jatuh dalam tipuan buaya darat," timpal Eka.
"Hmm gitu yah, kamu mirip mamahku lama-lama ha ha,"
Mereka tertawa, Nina melangkah masuk kekelasnya diikuti oleh Erick sementara Eka langsung menuju kelasnya sendiri.
"Loh kamu mau kemana?" tanya Nina heran melihat Erick masih bersamanya.
"Ya nganterin kamu sampai depan pintu, takut kamu tersesat," ucap Erick sambil melirik genit pada Nina.
"Ih apaan sih," Nina tersipu malu.
Sesampainya di pintu kelas Nina berhenti dan menyuruh Erick pergi karna malu dianterin sampai depan pintu.
"Sana malu dilihat teman-temanku nanti," usir Nina.
"Ok ok janji ya nanti jalan sama aku," pinta Erick dengan wajah serius.
"Maksa?" tanya Nina.
"Iya!"
"Ntar kupikir-pikir dulu," goda Nina.
"Ya udah aku ikut masuk ke kelasmu kalau gitu, sampai kamu bilang iya,"
Erick pura-pura mau masuk ke kelas Nina. Nina cepat-cepat menarik tangan Erick dan mendorong agar menjauh dari pintu kelasnya.
"Isshh apaan sih, ok nanti kita jalan," kata Nina.
"Bener?" Erick belum percaya.
"Bener, udah sono," Nina terus mendorong Erick.
Tiba-tiba Erick menggenggam tangan Nina, membuat Nina jadi malu wajahnya merah seketika.
"Trimakasih Nina,"
Erick berbisik lembut ditelinga Nina, lalu meninggalkan Nina. Nina termangu melihat Erick berjalan meninggalkannya. Saat Erick berbalik melihat kearahnya, dengan cepat Nina berbalik dan berlari masuk kedalam kelas.
Rasa malu berbaur rasa aneh berkecamuk dihatinya. Nina melangkah menuju tempat duduknya dengan senyum mengembang. Ratih yang sudah di kelas memperhatikan sikap temannya itu.
"Seneng amat?" tanya Ratih.
"Apaan kepo," jawab Nina melengos.
"Awas main rahasia sama gue!"
"Biarin!" jawab Nina ketus.
"Apaan sih, cerita dong,"
Nina tetap tak bergeming dan mengeluarkan bukunya tidak memperdulikan Ratih yang penasaran.
"Nina!" panggil Ratih setengah berbisik.
"Apa!"
Ratih mengangkat bahunya penasaran ingin tahu apa yang disembunyikan oleh temannya itu. Nina membalas dengan menutup bibirnya dengan jari telunjuk, agar Ratih tidak bertanya lagi. Ratih mendengus kesal tidak mendapat jawaban apa-apa.
*******
Saat istirahat Ratih masih penasaran sama Nina, anak itu seperti habis menang undian. Ratih merengut sampai di kantin dan Nina masih saja cuek. Di kantin Eka sudah datang lebih dulu menunggu mereka.
"Mana Dian?" tanya Nina pada Eka.
"Nggak masuk, ntah hpnya juga ku WA masih centang," terang Eka.
"Nah, sakit nggak anak itu?" Ratih jadi cemas.
"Iya gak biasanya kan kayak gini," sambung Nina.
"Besok aku kerumahnya kalau dia masih nggak ada kabar," ucap Eka.
"Ok. Kabarin digroup yah kalau ada apa-apa sama Dian," balas Nina.
"Ok. pesen makan gih!"
Eka menyuruh Nina dan Ratih memesan makanan. Saat Nina memesan makan Erick datang bersama Adit dan bergabung bersama mereka. Nina berusaha menyembunyikan rasa kikuknya bertemu Erick.
Nina kembali ke tempat duduk, Ratih sudah duduk di samping Adit. Nina bingung mau duduk dimana.
"Duduk sini," ajak Erick sambil menngeser tubuhnya.
Nina langsung duduk disebelah Eka, dan malah berhadapan dengan Erick posisinya, mau pindah gak enak udah terlanjur duduk. Erick makin senang bisa memandangi wajah Nina dengan puas. Nina makin tertunduk menghindari tatapan Erick.
Pelayan datang mengantarkan makanan kemeja, untuk Erick dan Adit juga karna Nina sekalian memesan makanan buat mereka.
"Lah kami belum pesan padahal," Adit heran.
"Nina tadi mesenin waktu lihat kalian datang ya udah dipesenin sekalian," jawab Ratih.
"Waduh, makasih ya Nin. Kog kamu tahu sih aku mau pesan makanan ini?" tanya Erick.
"Ya gue perhatiin aja saat lo makan pesennya kayak gitu," jawab Nina sambil makan.
"Duh perhatian juga rupanya baru sekali makan bareng udah tau aja makanan kesukaanku," Erick merasa ge er.
"Hmm nggak juga, aku hapal semua selera makan temenku kog," jawab Nina.
"Emang iya Rick, Nina tuh kayak gitu dia suka perhatiin hal detail kayak gini," Eka membela Nina.
Mereka makan sambil bercanda, sesekali tatapan mata Nina dan Erick beradu, Nina cepat-cepat melihat ke arah lain, Erick semakin gemas sama Nina.
"Pulang kuliah nengokin Dian yuk," ajak Ratih.
"Kenapa Dian?" tanya Adit.
"Nggak tahu nggak ada kabar, makanya aku ajak kalian kerumahnya," sambung Ratih.
"Boleh juga," jawab Eka.
"Nina kamu bonceng Erick aja," ucap Adit.
"Kan ada Eka," sambung Nina.
"Ya kamu sama Erick aja, nanti biar sekalian diantar pulang," ucap Adit.
"Mmmm helmnya?" Nina berusaha mencari alasan.
"Aku ada helm di jok motor satu," jawab Erick.
"Ya udah kalau gitu nanti pulangnya kita ngumpul di parkiran aja ya," Eka menengahi.
Setelah makan mereka masuk ke kelas masing-masing, melanjutkan mata kuliah mereka sampai jam mata kuliah berakhir.
*********
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Soleh Jihan
visualnya mana thor
2021-02-09
0
Wati Simangunsong
ok lnjut
2020-12-15
0
Yanti Yul
nina .. bobo ... smoga ma erik hhehe
2020-09-22
0