Godaan Penghuni Telaga
"Nina, apa barangmu cuma ini saja?"
Mama Nina memasukkan koper ke dalam bagasi mobil, sedangkan Nina masih mondar-mandir keluar masuk kamar mengambil beberapa barang yang akan dibawa.
"Cuma itu aja, Ma!" teriak Nina dari atas.
"Cepat, nanti kamu ketinggalan pesawat," mama Nina memperingatkan.
"Iya, iya, ah ... Mama berisik, bikin Nina tambah bingung,"
Nina tergopoh-gopoh turun dari menuju mobil, papanya sudah menunggu di belakang setir mau mengantar ke bandara.
"Ayok cepetan!" seru mama Nina lagi.
"Ok Mam!"
Nina masuk mobil diikuti mamanya, mobil mereka melaju dengan cepat ke arah bandara.
"Hati-hati selama di kampung, salam sama Nenek. Sampaikan kalau Mama sama Papa kali ini nggak bisa pulang karena ada urusan," pesan mama Nina di perjalanan.
"Jangan pergi sendirian, minta antar om Parman atau Dayat kalau mau jalan-jalan," imbuh sang papa ikut berpesan.
Orang tua Nina hanya mengantar sampai bandara saja, dia berangkat sendirian ke Semarang.
"Iya Ma, Pa, Nina bukan anak kecil, lagian juga udah sering 'kan Nina ke rumah nenek," ucap Nina sewot.
Sesampainya di bandara Nina langsung check in, lalu menunggu di tempat keberangkatan. Pesawat baru berangkat satu jam lagi, Nina membeli minuman untuk menghilangkan rasa haus, setelah itu mencari tempat duduk dan mulai mengupdate insta storynya.
Rasanya sudah tidak sabar mau melakukan traveling ke tempat-tempat wisata di kampung, suasana desa yang asri dan sejuk pasti sangat menyenangkan.
Suara panggilan untuk penumpang pesawat jurusan Semarang, itu adalah pesawat yang akan di tumpangi oleh Nina.
"Mah, Nina berangkat, ya." Nina mengirim pesan pada mamanya menggunakan aplikasi hijau.
"Ok hati-hati ya Sayang." Balas sang mama.
...***...
Penerbangan memakan waktu selama satu jam lebih, akhirnya Nina tiba di Semarang. Di bandara dia dijemput Parman bersama anak lelakinya Dayat, yang juga seusia dengan Nina. Parman adalah adik kandung Pratiwi mamanya Nina, beliau yang saat ini merawat sang nenek di kampung.
Sepanjang jalan Nina sangat menikmati keindahan kota Semarang, mobil yang mereka tumpangi melaju masuk jalan perkampungan menuju rumah nenek Darmi.
Hamparan sawah yang menghijau membuat mata terasa segar. Dulu waktu kecil, setiap main ke sini dia paling senang ikut Om Parman ke sawah mencari siput buat pakan bebek. Bermain dengan lumpur membuatnya sangat bahagia, permainan yang tak didapati selama di Jakarta. Mobil perlahan berhenti di sebuah bangunan rumah tua.
Rumah ini sudah banyak berubah, Nina membatin.
Dulu rumah ini tidak berpagar tembok seperti sekarang. Halaman luas dengan beberapa pohon buah-buahan masih belum berubah. Nampak pohon jambu sedang berbuah lebat di samping rumah.
Nina turun dari mobil, seorang wanita tua tergopoh-gopoh keluar menyambut kedatangan cucunya.
"*Putu k*u!!" seru wanita tua itu bahagia.
(putuku \= cucuku)
"Embah!"
(embah \= nenek)
Nina berlari memeluk mbah Darmi. Parman dan Dayat mengeluarkan barang bawaan lalu membawa masuk ke rumah.
"Lo, kamu sendiri saja Pratiwi nggak melu?" tanya mbah Darmi.
(melu \= ikut)
"Mama nggak bisa ikut, lagi ada kerjaan di Jakarta," jawab Nina.
"Mbah sudah kangen sama mamamu, yo wes nggak apa-apa, yang penting kamu datang Mbah sudah senang."
(yo wes \= ya sudah)
Mbah Darmi mengajak cucunya masuk ke rumah, dia sudah menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangannya.
"Kamu lapar Nduk? makanlah dulu, tadi tante Imah masak ayam bakar. Yat, Dayat temani Mbakmu makan," panggil Mbah Darmi.
(nduk \= panggilan untuk anak perempuan)
Dayat mengangguk dan tersenyum, Nina membalas dengan senyum bersahabat.
"Nanti aja Mbah, Nina belum lapar. Mbah kulihat pohon jambunya berbuah?" tanya Nina.
"Iya, tapi rontok, Parman sibuk di sawah nggak sempat ngrabuk, coba kamu lihat sana sama Dayat," ucap mbah Darmi.
(ngrabuk \= memberi pupuk).
Nina meletakkan tas slempang, lalu membuka sepatu menggantinya dengan sandal jepit biar lebih leluasa bergerak.
"Yuk, Yat kita nyari jambu!" ajak Nina pada Dayat.
"Ayuk!" sahut Dayat senang.
Mereka berlarian kecil ke samping rumah, tempat pohon jambu air itu berada.
"Bentar aku ambil galah dulu, ya Mbak," pamit Dayat.
Dayat bergegas mengambil galah di belakang rumah, Nina yang sudah tak sabar langsung memanjat pohon jambu.
"Awas Mbak, itu banyak semut merahnya!" teriak Dayat memperingatkan sepupunya.
Dayat mulai mengambil buah jambu menggunakan galah. Nina baru menyadari kalau pohon jambu itu banyak semut merahnya, spontan dia meloncat turun, ada beberapa yang sudah mulai mengigit. Rasa gigitan semut merah itu begitu panas dan gatal. Dayat cekikikan melihat sepupunya kesakitan digigit semut.
"Eh kampret, bantuin malah diketawain. Awas kamu ya!" sungut Nina kesal.
"Mbak bandel sih, disuruh nunggu nggak sabaran main naik aja!" Dayat membantu memunguti beberapa semut di baju Nina.
"Opo to Le?" Mbah Darmi melongok dari jendela, mendengar kegaduhan di samping rumah.
(opo to le \= ada apa sih nak)
"Mbak Nina dicokoti semut, Mbah!" Dayat masih terkekeh.
(dicokoti \= digigit)
"Oalah hati-hati Nduk, banyak semut. *K*ono kasih minyak tawon dulu biar nggak gatel," ucap mbah Darmi.
(kono \= sana).
Dayat berlari ke dalam rumah mengambil minyak, lalu mengolesi kaki dan tangan Nina yang digigit semut.
"Duh panas dan gatal rasa gigitan semutnya." Nina meringis merasakan panas ditubuhnya.
"Itu semut angkrang, pasti panas gigitannya. Mbak Nina duduk saja di pendopo, biar Dayat yang ambil jambunya," ucap Dayat.
Nina menurut, dia memilih duduk di pendopo menunggu Dayat mengambilkan jambu buatnya.
Oh ya baru ingat belum ngabarin mama kalau sudah sampai di rumah Nek Darmi. Nina mengambil ponsel, kemudian mengambil foto kaki dan tangannya yang memerah akibat digigit semut buat diunggah ke sosial media. Anak jaman now gitu loh.
"Ma, Nina udah sampai di rumah Nenek," sapa Nina.
"Oh syukurlah Sayang, Nenek sehat 'kan?" tanya Pratiwi pada anaknya.
"Ma, Nenek katanya kangen sama Mamah, Mama mau bicara sama Nenek?" tanya Nina.
"Biar Mama nanti telpon ke hp Nenek langsung. Mama masih ada meeting," ucap Pratiwi
"Ok Ma, see you," pamit Nina sebelum mengakhiri panggilan telponnya.
Dayat datang mendekati Nina membawa sekantung kresek berisi jambu air, keringat pemuda itu bercucuran di leher dan tangannya.
"Wah!" Nina melonjak girang.
Mereka berdua makan jambu air di pendopo sambil bercerita, dan menyusun rencana jalan-jalan selama Nina liburan di desa ini.
Nina sudah hunting tempat-tempat yang akan didatanginya melalui internet. Dia menunjukkan daftar itu pada Dayat, pemuda itu menyanggupi akan mengantar kemana pun saudaranya itu ingin pergi.
Mumpung ada Nina kesempatan buat Dayat menikmati liburan, biasanya kalau musim liburan hanya dihabiskan untuk membantu orang tuanya di sawah.
Sebelum Nina datang Pratiwi sudah meminta Dayat untuk mengantar anaknya itu berkeliling, dia juga sudah memberi imbalan untuk uang jajan.
Liburan kali ini selain Nina, Dayat juga merasa bahagia, jarang-jarang dia bisa pegang duit banyak, paling banyak pegang duit dua puluh ribu, itu pun uang bensin dan uang saku sekolah, kalau Mbah Darmi memberi uang biasanya disimpan buat beli baju saat lebaran, atau untuk keperluan sekolah.
...***...
Note : jika suka cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Nina Novita
baru mampir
2022-12-15
0
Maulidya Mahmudah
lanjut...
2021-08-19
0
💫💞💫
ok
2021-04-23
0