Sisi kelam Ratih

Hari itu Nina berangkat kuliah dengan mata sayu menahan kantuk karna kurang tidur, akibat terbangun dari mimpinya semalam dan tidak bisa tidur lagi.

"Kamu nggak tidur tadi malam?" tanya mama Nina.

"Nina tadi malam kebangun Mah, terus gak bisa tidur lagi," jawab Nina sambil menguap.

"Kenapa gak minum susu coklat hangat, biar kamu bisa tidur lagi,"

"Mana inget Mah ke situ, Nina nonton drakor eh malah melek sampai pagi"

"Hmmm darkor aja sih yang di tonton, nanti kamu lama-lama gak suka sama cowok lokal gara-gara keseringan lihat cowok korea,"

"Ah... Mamah nggak juga kalee Nina suka produk lokal Mah, Nina cuma suka filmnya aja karna bagus ceritanya gak kayak sinetron kita,"

"Sarapan dulu terus minum susunya, nanti ke kampus bareng Papa ya, Mama berangkat agak siang,"

"Okeeh Momi bawel!"

Nina lalu mengecup pipi mamanya yang sedang membuatkan susu untuknya. Kemudian Nina menikmati roti bakar yang sudah tersedia dimeja.

"Uang saku masih ada kan?" tanya mamanya lagi.

"Kalau ditambahin mau Mah hi hi,"

"Belajar berhemat jangan boros jadi wanita, biarpun Mama ada duit kamu juga harus belajar mengatur duit,"

Nina pura-pura mendengarkan ceramah pagi mamanya sambil manggut-manggut.

"Tidak semua orang hidupnya beruntung, kadang buat makan aja susah," sambung mamanya.

"Ma..., Nina berangkat dulu ya," pamit Nina.

"Udah selesai makannya,"

"Udah,"

Nina mendekati mamanya mencium punggung tangan mamanya dan berpamitan. Papanya sudah menuggunya di depan sambil membaca koran pagi.

"Yuk Pah otewe kita!" ajak Nina.

Papa Nina yang tak melihat kedatangan anaknya mendongakkan kepalanya.

"Udah siap?"

"Udeh dong, yuk cap cus!"

"Hmm kamu ini ngomong apaan sih kayak gitu?" tanya papa Nina.

"He he ini bahasa gaul Papa, bahasa anak jaman now, ih... Papah kuper deh,"

"Ok ayuk cap cus kalau gitu, pamit Mamah sana,"

Nina tertawa geli mendengar papanya ikut-ikutan ngomong bahasa gaul.

"Mamaaaa!!! Nina berangkat ya,"

"Oke hati-hati ya,"

mama Nina datang lalu menyalami suaminya dan mengecup pipi suaminya sebelum berangkat.

************

Mobil Nina sudah memasuki area kampus, dan berhenti diparkiran.

"Pa trimakasih ya udah dianterin,"

"Nanti pulang sama pak Dhe ya,"

"Oke Papa,"

Nina mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Papanya, setelah salaman tangan Nina masih menengadah seperti orang meminta, dengan memasang wajah super imutnya.

"Apa lagi?" tanya papanya.

"Duit he he,"

"Mamamu nggak ngasih?"

"Buat ngemall pulang kuliah Pa, please!"

Masih pasang wajah imut super lucu.

"Hmmm Papa nggak bawa duit ini,"

sambil membuka dompetnya, mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.

"Ini cukup?" tanya papanya.

"Dapet BH ini mah,"

" Ya udah buat beli BH aja,"

"Ih Papa pelit," jawab Nina sambil cemberut.

"Nanti Papa transfer, ini Papa gak bawa duit lihat ni dompet Papa,"

sambil menunjukkan isi dompetnya yang tinggal selembar.

"Ok nanti tambahin ya Pah, cup..."

Nina mengecup pipi papanya sebelum keluar dari mobil.

"Niiin...!"

"Hai Rat..."

Nina menoleh pada Ratih yang baru saja datang dan memanggilnya.

"Dah Pah...,"

Mobil papa Nina mulai berjalan keluar kampus, Ratih sempat bertatapan dengan papa Nina, wajah Ratih langsung berubah.

"Hmmm itu siapa yang antar kamu tadi Nin?" tanya Ratih sambil berjalan masuk ke dalam kampus.

"Papah Nina" jawab Nina.

"Oh Pa... pa.. mu," Ratih ragu-ragu.

"Yoi... ganteng kan Papaku," tanya Nina, dia tak menyadari raut wajah Ratih sudah berubah.

"Mmmmm i.. iya sih," jawab Ratih pelan.

"Yuk masuk kelas" ajak Nina pada Ratih.

************

flash back Ratih

Dua tahun yang lalu Ratih berlari keluar dari hotel tanpa sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berjalan menuju mobilnya.

brukkk..

"Ma... maaf om tidak sengaja,"

Ratih memungut kunci mobil yang terjatuh dan menyerahkan kepda laki-laki yang di tabraknya.

"Ini kuncinya"

"Trimakasih"

laki-laki itu menerima kunci dan memandang wajah Ratih yang seperti orang ketakutan.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa Om, permisi,"

pamit ratih sambil sesekali menoleh celingukan seperti sedang dikejar orang.

"Mau pulang?" tanya laki-laki itu.

"Iya Om," jawab Ratih pelan.

"Yuk Om anterin," ajak pria itu.

"Nggg .... tapi Om," Ratih ragu-ragu.

Pria itu membuka pintu mobilnya. Dari dalam hotel keluarlah laki-laki bertubuh tegap matanya nanar seperti sedang marah.

Ratih segera masuk ke dalam mobil dan menyembunyikan wajahnya agar tak dilihat laki-laki yang baru saja keluar dari hotel.

"Numpang ya Om,"

Pria itu menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobil keluar dari parkiran hotel.

"Tinggal dimana, siapa namamu?"

"Ra... Ratih Om," jawab Ratih gugup.

"Saya Hendra, dimana rumahmu biar Om antar?" kata pria itu.

"Wr. Soepratman Om, kalau Om gak lewat sana gak apa Om, nanti saya naik ojek biar cepat,"

"Om antar saja searah kog, kamu masih sekolah?" tanya om Hendra.

"Kelas dua SMA Om," jawab Ratih.

"Tadi itu siapa, kamu kenal?" tanya om Hendra lagi.

"I... itu tadi nganu Om...,"

Ratih diam menunduk tak berani bicara.

"Kamu seusia dengan anakku, sama kelas dua SMA juga, Om punya anak satu,"

"Kenapa kamu bisa sampai di hotel itu,"

Om Hendra masih mencari jawaban dari Ratih.

"Itu tadi tamu Ratih Om," jawa Ratih pelan.

"Tamu, maksudnya?" om Hendra tidak mengerti maksud Ratih.

"Masak Om tidak tahu arti tamu"

"Ya..., Om tidak paham maksud kamu,"

"Pelanggan Ratih Om, tapi tadi di dalam ada dua orang makanya Ratih takut terus lari, karna gak biasa menghadapi dua orang sekali main,"

"Jadi kamu...." om Hendra melihat Ratih, Ratih mengangguk.

"Apa kamu tidak punya orang tua?" tanya om Hendra.

"Tinggal ibu Om, kalau ayah Ratih tidak tau apa masih hidup atau sudah meninggal, ayah pergi sejak Ratih masih SD," ucap Ratih sendu.

"Apa ibumu tau kamu begini?"

Ratih menggelengkan kepalanya, matanya menatap kosong kedepan.

"Masa depanmu masih panjang kenapa kamu pilih jalan ini,"

Ratih menundukkan wajahnya, tak tau harus menjawab apa pada om Hendra.

"Ini belok kemana kita?" tanya om Hendra.

Ratih melihat kejalan ternyata sudah sampai didekat rumahnya.

"Di gang depan aja berhenti Om, Ratih bisa jalan kaki kerumah sudah dekat,"

Om Hendra meminggirkan mobilnya ditepi jalan.

"Trimakasih Om,"

"Tunggu!"

Sebelum Ratih turun om Hendra mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang ratusan lalu menyerahkan pada Ratih.

"Ambilah, jangan lakukan kerjaan itu lagi,"

"Nggak usah Om," tolak Ratih.

"Ambil, ini kartu nama Om, kalau kamu butuh uang datanglah kekantorku,"

Ratih menerima kartu nama dan uang dari om Hendra dan turun dari mobil Om Hendra. Mobil om Hendrapun melaju meninggalkan Ratih yang masih bengong ditepi jalan.

flash back off

***************

Note : jika suka cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.

Terpopuler

Comments

Oka Luthfia

Oka Luthfia

udah bolong aja si ratih

2021-03-30

0

Roro Ayu Murwani

Roro Ayu Murwani

lha gmn ini jgn2 zama bapakke nina ini si ratih
ngapain pake nyuruh ke kantornya minta uang aneehhh

2021-01-17

0

Roro Ayu Murwani

Roro Ayu Murwani

lhaa

2021-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Liburan
2 Teman baru
3 Telaga angker
4 Mimpi
5 Mbah Siti
6 Pulang ke Jakarta
7 Menjadi mahasiswa
8 Dia datang lagi
9 Sisi kelam Ratih
10 Bertemu om Hendra
11 Jadian dengan Adit
12 Siapakah dia?
13 Pengakuan Ratih
14 Bertemu dengan Erick
15 Lelaki misterius itu bernama Rekso
16 Erick jatuh cinta
17 Tentang Dian
18 Kabar dari mama Dian
19 Kembalinya sang mama
20 Babak baru kehidupan Dian
21 Bersama mereka
22 Peringatan dari Rekso
23 Di rumah saja
24 Firasat Erick
25 Jalan dengan Erick
26 Inikah rasanya cinta
27 Kabar dari Erick
28 Bangunlah Erick
29 Perjuangan Erick
30 Berpisah dengan Erick
31 Kembalinya Erick
32 Patah Hati
33 Siapakah Fatih?
34 Masa lalu Fatih
35 Saling terbuka
36 Teman lama
37 Bertemu dengan Erick
38 Nikah siri
39 Bayang masa lalu
40 Siapa ayah Fatan?
41 Antara Maya Fatih dan Fatan
42 Sebuah janji
43 Kembali merajut kepercayaan
44 Hasil test
45 Pisah ranjang
46 Bertemu Marcel
47 Selamat tinggal kota penuh luka
48 Membuka lembaran baru
49 Mengejar mimpi
50 Jatuh hati pada Erick
51 Kembali ke Jakarta
52 Opening cabang baru
53 Mendekati Nina
54 Kita sama
55 Di Singapura
56 Menikmati waktu berdua
57 Hiduplah bersamaku
58 Perjodohan
59 Akad Nikah
60 Bulan madu
61 Kembali ke Singapura
62 Telat
63 Mengunjungi dokter kandungan
64 Home sweet home
65 Syukuran rumah baru
66 Bertemu dengan Fatih
67 Reuni alumni SMA
68 Wujud asli Rekso
69 Depresi
70 Tentang Nabila
71 Cemburu
72 Dia datang lagi
73 Mengawal nafsu
74 Teraphi
75 Rasanya berbeda
76 Pelarian
77 Bersatunya Fatih dan Dian
78 Akhirnya mereka tahu
79 Mencari kedamaian
80 Pura-pura tidak mengenalnya
81 Mengusir sepi
82 Tentang dia
83 Melihatmu bersamanya
84 Mencari Ronald
85 Pembalasan
86 Sekeping kenangan
87 Ronald yang rapuh
88 Kabar suka di tengah duka
89 Sejarah yang terulang
90 Memulai hal baru
91 Kembalinya Ronald
92 Sebuah permohonan
93 Memulai hidup baru
94 Balas Dendam
95 Kembali terluka
96 Menjaga Nina
97 Ke makam Ronald
98 Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99 Surat dari Ronald
100 Pelabuhan terakhir
101 Dari author buat reader tersayang
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Liburan
2
Teman baru
3
Telaga angker
4
Mimpi
5
Mbah Siti
6
Pulang ke Jakarta
7
Menjadi mahasiswa
8
Dia datang lagi
9
Sisi kelam Ratih
10
Bertemu om Hendra
11
Jadian dengan Adit
12
Siapakah dia?
13
Pengakuan Ratih
14
Bertemu dengan Erick
15
Lelaki misterius itu bernama Rekso
16
Erick jatuh cinta
17
Tentang Dian
18
Kabar dari mama Dian
19
Kembalinya sang mama
20
Babak baru kehidupan Dian
21
Bersama mereka
22
Peringatan dari Rekso
23
Di rumah saja
24
Firasat Erick
25
Jalan dengan Erick
26
Inikah rasanya cinta
27
Kabar dari Erick
28
Bangunlah Erick
29
Perjuangan Erick
30
Berpisah dengan Erick
31
Kembalinya Erick
32
Patah Hati
33
Siapakah Fatih?
34
Masa lalu Fatih
35
Saling terbuka
36
Teman lama
37
Bertemu dengan Erick
38
Nikah siri
39
Bayang masa lalu
40
Siapa ayah Fatan?
41
Antara Maya Fatih dan Fatan
42
Sebuah janji
43
Kembali merajut kepercayaan
44
Hasil test
45
Pisah ranjang
46
Bertemu Marcel
47
Selamat tinggal kota penuh luka
48
Membuka lembaran baru
49
Mengejar mimpi
50
Jatuh hati pada Erick
51
Kembali ke Jakarta
52
Opening cabang baru
53
Mendekati Nina
54
Kita sama
55
Di Singapura
56
Menikmati waktu berdua
57
Hiduplah bersamaku
58
Perjodohan
59
Akad Nikah
60
Bulan madu
61
Kembali ke Singapura
62
Telat
63
Mengunjungi dokter kandungan
64
Home sweet home
65
Syukuran rumah baru
66
Bertemu dengan Fatih
67
Reuni alumni SMA
68
Wujud asli Rekso
69
Depresi
70
Tentang Nabila
71
Cemburu
72
Dia datang lagi
73
Mengawal nafsu
74
Teraphi
75
Rasanya berbeda
76
Pelarian
77
Bersatunya Fatih dan Dian
78
Akhirnya mereka tahu
79
Mencari kedamaian
80
Pura-pura tidak mengenalnya
81
Mengusir sepi
82
Tentang dia
83
Melihatmu bersamanya
84
Mencari Ronald
85
Pembalasan
86
Sekeping kenangan
87
Ronald yang rapuh
88
Kabar suka di tengah duka
89
Sejarah yang terulang
90
Memulai hal baru
91
Kembalinya Ronald
92
Sebuah permohonan
93
Memulai hidup baru
94
Balas Dendam
95
Kembali terluka
96
Menjaga Nina
97
Ke makam Ronald
98
Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99
Surat dari Ronald
100
Pelabuhan terakhir
101
Dari author buat reader tersayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!