Hari senin Ratih berangkat kuliah bersama dengan Adit. Sesampai di kampus mereka berpapasan dengan Eka dan Dian ditempat parkir.
"Ehhmmm, cieeee ada yang lengket tapi bukan lem," Eka nyindir Ratih.
"Jadi apaan dong?" tanya Dian gak ngerti maksud Eka.
"Noh baru datang boncengan sama Babang," sambung Eka.
Spontan Dian melihat kearah Ratih yang sudah berjalan kearah mereka, wajah Ratih tersipu malu.
"Oowww rupanya itu yang lengket bukan lem," kata Dian.
"Apa sih, pasti gosipin aku," Ratih sewot.
"Kagak cuma ngomongin aja, emang artis pakai digosipin," saut Eka lagi.
"Yuk ah masuk, Nina udah datang belum ya?" tanya Ratih.
Kedua temannya hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Sejak kapan?" tanya Dian sambil nyolek Ratih.
"Apanya?" Ratih balik bertanya.
"Jadian sama Babang hi hi," ucap Dian lagi.
"Kepo amat sih jadi orang," Ratih agak sewot.
"Ya perlu dirayakan gitu, kayak anak-anak abegeh..., first aniversary dua jam aniversary gitu," sambung Eka
"Eleehhh ogah," sungut Ratih
Mereka berjalan masuk kampus sambil bersenda gurau, sementara Adit sudah menghilang duluan menghindari bulyan dari teman Ratih.
************
Nina ternyata sudah berada di dalam kelas, saat melihat Ratih datang dia langsung tersenyum menyambutnya.
"Seneng banget hari ini?" tanya Nina pada Ratih.
"Masak sih, biasanya juga gitu kog," jawab Ratih.
"Biasa muka lo butek hi hi," balas Nina.
"Awas ya ngatain gue butek," Ratih pura-pura ngambek.
"Noh beneran baru gua bilang butek, langsung deh mukanya dibutek-butekin hi hi," Nina menggelitik pinggang Ratih sampai Ratih tertawa kegelian.
"Gak suka lihat gua seneng?" tanya Ratih.
"Suka dong, biar aura kecantikanmu keluar kamu harus kayak gitu tiap hari," bisik Nina.
"Mmmm Nin..." Ratih ragu-ragu.
"Ada apa?" tanya Nina.
"Gua jadian sama Adit," kata Ratih malu-malu.
"Oh jadi itu biang keroknya,"
Nina memasang wajah pura-pura kesal.
"Kog kamu gak suka, apa kamu suka sama Adit? duh kog kamu gak bilang sih Nin,"
Ratih jadi merasa bersalah, dia takut sahabatnya itu suka sama Adit, jujur dia sayang sama Nina, karna papa Nina orang yang sudah menyelamatkan hidupnya.
"Gua kesel dong masak lo jadian sama Adit nggak bilang-bilang,"
"Oh itu, nganu baru kemarin malam minggu kog eh...,"
"Tuh kan, udah berapa hari lalu kalian jadian,"
"Ya kan masak aku bikin pengumuman sih digroup, kan gak lucu sih aduh..." Ratih garuk-garuk kepala.
"Ha ha ha..., kamu lucu sekali Ratih ha ha ha," Nina tertawa melihat Ratih salah tingkah.
"Aku ikut bahagia kamu jadian sama Adit, aku kenal dia sejak di SMA, dia bukan tipikal cowok play boy kog,"
"Ah kamu bikin aku jantungan saja,"
Ratih jadi lega, karna ternyata Nina tidak marah padanya. Merekapun diam saat dosen mulai masuk keruangan, dan memulai pelajaran.
"Nin..., aku pulang sama Adit gak apa-apakan?" pamit Ratih
"Mmmm ya gak apa-apalah kasian juga si Adit, nanti bawa cewek lain gara-gara ceweknya gak mau diantarin pulang hi hi," jawab Nina terkekeh.
"Ah kamu, godain terus," Ratih pura-pura ngambek.
"Nggak apa-apa suerrr,"
"Ok deh aku pulang duluan ya, kapan-kapan kita jalan bareng sama Adit juga sekalian, gak apa-apa dah gue jadi obat nyamuk,"
Nina mengerlingkan matanya menggoda Ratih, kemudian Nina meninggalkan Ratih yang masih menunggu Adit keluar kampus. Ratih membalas Nina dengan senyum dan lambaian tangan.
**************
"Langsung pulang Mbak?" tanya sopir yang menjemput Nina.
"Iya Pak, kita pulang aja," balas Nina.
"Mmmm mampir njemput Ibuk sekalian ya Mbak?"
"Ok Pak,"
Nina menyandarkan badannya di kursi mobil, lalu membuka musik di hand phonenya dan memasang ear phone ditelinganya. Dia memejamkan matanya mengabaikan kemacetan jalan raya kota Jakarta.
"Nin...!" seorang pemuda memanggilnya.
Nina menoleh kearah suara yang memanggilnya. Seperti pernah bertemu tapi dimana Nina berpikir keras.
Nina yang masih bingung menoleh ke kiri dan ke kanan mencari mungkin orang lain yang dipanggil oleh pemuda itu.
Pemuda itu datang mendekati Nina, hatinya bergetar aneh perasaan yang belum pernah dia rasakan saat bertemu pria lain.
"Hai...," sapanya pada Nina.
"Mmmm, aku?" tanya Nina sambil memegang dadanya sendiri.
"Iya, kamu Nina kan?" kata pemuda itu.
"Mmm I... iya," jawab Nina sambil mengeryitkan keningnya karna bingung.
"Yuk ku anterin pulang," tawarnya lagi.
"Tap.. tapi aku masih...,"
Belum selesai Nina menjawab pria itu sudah menggamit tangan Nina dan membawanya kesebuah mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Nina.
Nina seperti terkena hipnotis dia menurut dan masuk kedalam mobil pria itu. Nina merasa sudah mengenal pria ini tapi siapa dia.
Pria itu menyalakan mesin mobilnya, aroma parfum tubuhnya sangat maskulin menusuk kehidung Nina membuat hatinya berdesir. Apa ini bathin Nina berbisik.
Mobil yang ditumpangi Nina melaju pelan tanpa hambatan, tidak seperti biasanya jalan begitu padat merayap, kali ini jalanan begitu lengang dan nyaman seolah tidak pernah ada lampu merah kalaupun ada mobil lain itu tidak serapat biasanya.
"Apa aku mengenalmu," Nina mencoba menguasai dirinya.
"Apa kamu lupa padaku?" pria itu balik bertanya.
"Aku seperti mengenalmu tapi aku tidak tahu siapa kamu," jawab Nina.
Pria itu memandang Nina lalu mengenggam tangan Nina, seolah waktu tiba-tiba berhenti saat itu, degup jantung Nina juga terasa berhenti berdetak, dia seperti terseret keruang waktu.
Nina berada diatas kuda putih terbang bersama seorang pria, saat pria itu menolehkan wajahnya Nina teringat kembali wajah itu, pria yang membawanya ke istana dalam mimpi.
"Kamu sudah ingat?" tanya pria itu.
Tiba-tiba mereka sudah berada di dalam mobil lagi.
"Hah... bagaimana kamu bisa melakukannya?" tanya Nina heran.
"Kamu... , kamu juga berubah," sambung Nina lagi.
"Makin ganteng ya?" pria itu tersenyum.
Nina menundukkan wajahnya, dia malu karna pria itu tau isi hantinya yang diam-diam memuji ketampanannya.
"Apa kamu bisa baca isi hati orang?" tanya Nina.
"Hanya isi hatimu saja," jawabnya sambil terus memandang jalanan menyetir mobilnya.
"Kamu ini siapa sebenarnya, kenapa kamu selalu datang tiba-tiba?"
"Aku akan selalu ada disisimu Nina, aku akan selalu menemani dan menjagamu,"
"Benarkah, tapi aku tidak pernah melihatmu,"
"Tentu saja kamu tidak tahu, aku akan hadir saat ingin menemuimu,"
"Bagaimana kalau aku ingin bertemu kamu?" tanya Nina penasaran.
Pria itu hanya tersenyum penuh misteri, senyumannya sangat menggoda hati Nina. Tidak pernah dia mengangumi seorang pria seperti mengagumi pria ini. Ada rasa aneh dihati Nina, rasa yang tidak bisa dia ungkapkan.
"Nin..., Nina...!"
Seseorang menepuk-nepuk lembut pipi Nina, Nina membuka matanya.
"Mamah...!" Nina terkejut karna sudah ada mamanya didepannya.
"Udah sampai ayo turun,"
Mama Nina turun dari mobil sambil membawakan tas Nina, Nina masih melongo tak percaya. Dia melihat sekeliling ternyata sudah berada di halaman rumahnya.
"Tadi Nina ketiduran ya Pak?" tanya Nina pada sopirnya.
"Iya Mbak, tadi Mbak Nina tidurnya nyeyak banget jadi sama Ibuk gak boleh dibangunin," terang sopir Nina.
"Ah... cuma mimpi," Nina kesal.
Padahal tadi dia lagi semobil sama pria itu, ternyata cuma mimpi. Seandainya saja itu nyata pasti sangat menyenangkan.
"Kenapa ini cuma mimpi sih," gerutu Nina sambil melangkah masuk ke rumahnya.
Nina masuk kedalam kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya di ranjang, dia kecewa karna yang tadi ternyata cuma mimpi. Nina masih ingin berbicara banyak hal dengan pria misterius itu.
"Kenapa aku memikirkannya ya," bathin Nina.
"Ah jangan-jangan aku sudah gila,"
Nina menyambar handuk dan masuk kekamar mandi, Nina mandi air hangat biar tubuhnya kembali segar dan melupakan mimpinya tadi.
*************
Note : jika suka cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Oka Luthfia
cepet amat ya lope2 nya ,
2021-03-30
0
Elki Black Black
kereeen
2021-01-24
0
Wati Simangunsong
bgs
2020-12-15
0