Bertemu dengan Erick

Ratih semakin lengket dengan Adit, mereka sudah saling mengikat janji untuk selalu bersama, dan akan menikah saat lulus kuliah. Orang tua Ratih juga menyukai Adit, sedangkan keluarga Adit tidak pernah mempermasalahkan pilihan anaknya.

Dikampus gang KEREND berkumpul pada jam istirahat, mereka menghabiskan waktu bercengkrama di kantin bercanda ria saling ejek satu sama lain.

Hari ini seperti biasa mereka makan bersama di kantin, Nina, Ratih, Eka dan Dian sudah duduk di salah satu meja menunggu pesanan mereka datang.

"Eh itu bebebmu datang?" kata Eka sambil menunjuk ke arah pintu masuk kantin.

Semua menoleh ke arah yang dimaksud Eka, rupanya Adit datang bersama temannya.

"Panggil gih, ajak gabung sama kita" kata Dian.

"Dit...! sini," panggil Ratih.

Adit yang dipanggil namanya mencari arah suara yang memanggilnya dan tersenyum saat melihat Ratih bersama gangnya.

"Yuk disana aja gabung sama cewek gue Rick, nanti kukenalin sama cewek yang kuceritain kemarin" ajak Adit.

"Ok." jawab Erick mengikuti langkah Adit.

"Hai..., kenalin nih temen gue Erick," kata Adit memperkenalkan temannya.

"Erick!"

"Hai aku Eka, ini Ratih, Dian dan Nina," kata Eka sambil menunjuk temannya satu-satu.

Eka memborong semua nama kawannya. Yang lain tersenyum melihat tingkah Eka.

"Duduk sini Dit," Ratih yang duduk dengan Nina menggeser tubuhnya agar Adit duduk diantara mereka.

Nina memilih untuk pindah duduk di sebelah Eka sehingga Erick bisa duduk disamping Adit. Kursi kantin menggunakan kursi kayu panjang yang cukup buat tiga orang.

"Hmm udah pada makan kalian," tanya Adit.

"Kami udah pesan nunggu dianter aja. Pesan dulu gih," jawab Ratih.

"Ini Nina yang kemarin aku ceritain itu Rick," kata Adit sambil menyenggol lengan Erick.

"Eh nyeritain apaan nih, gosipin gue ya kalian?" tanya Nina.

"Nggak dia bilang kamu cantik," jawab Erick.

Nina mendengar itu langsung memandang Adit dengan tatapan curiga. Sementara yang lain menertawakan Nina.

"Hmmm kalian laki-laki udah kayak emak-emak sekarang ya," balas Nina.

"Emang bener kog kamu cantik," ulang Erick.

"Duh please deh gak usah gombal siang bolong," balas Nina.

"Lagian disini yang cantik bukan Nina aja loh, kalian laki-laki gak bisa lihat ada cewek lain yang cantik juga," celetuk Dian.

"Ha ha maaf iya kalian semua emang cantik kog," balas Erick.

"Eh Rick kapan-kapan kita jalan bareng yuk," ajak Ratih.

"Boleh-boleh aku juga suntuk di kosan, maklum anak kos,"

"Kami gak diajak?" kata Eka.

"Ya boleh ikutan dong, kalian bawa cowok kalian juga ya jadi kita bawa pasangan masing-masing,"

Ratih menjawab sambil agak melotot ke arah Eka dan Dian, kode kalau Erick mau dijodohin sama Nina.

"Hmmmm kalau gitu gue gak bisa ikutan deh," sambung Nina.

"Kenapa gak bisa Nin?" tanya Adit.

"Gue gak ada pasangan," jawab Nina.

"Nah ini ada jomblo ganteng di sebelah gue," balas Adit.

Erick senyum-senyum, Nina melirik sesaat pada Erick, lalu dia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Pelayan kantin datang mengantarkan makanan mereka, lalu mereka pun makan sambil bersenda gurau.

Nina sesekali mencuri pandang pada Erick, demikian juga Erick. Saat pandangan mereka beradu Nina buru-buru melihat ke arah lain Erick tersenyum melihat wajah Nina yang menurutnya sangat imut.

Ratih merasa senang melihat Erick dan Nina saling mencuri-curi pandang, semoga Erick bisa membuat Nina jatuh hati padanya. Sepertinya Erick cowok yang baik, Adit pasti tidak sembarangan mengenalkan temannya.

Selesai makan mereka berpisah. Nina masuk ke kelas bersama Ratih, Erick bersama Adit, dan Eka bersama Dian.

"Heh... gantengkan si Erick itu?" tanya Ratih.

"Hmmm lumayan," jawab Nina.

"Gimana menurutmu?" tanya Ratih lagi.

"Apanya?" tanya Nina heran.

"Ya itu tadi lo suka nggak?"

"Oh Rat please deh kalian jodohin aku sama dia?" Nina mulai gusar.

"Salah ya, sorry aku gak bermaksud begitu Nin,"

"Heran aja kalian sibuk amat nyariin gue pacar," Nina mendengus kesal.

"Sorry sorry kalau gue salah," Ratih menyesal melihat Nina mulai kesal.

drrttt...

drrttt...

Nina melihat hand phonenya, ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

"Hai Nin, ini nomor aku Erick. Maaf kalau lancang ngirim pesan sama kamu. Salam kenal ya," isi pesan dari Erick.

Nina melotot kesal lalu menunjukkan pada Ratih. Ratih yang tahu Nina sedang marah hanya membaca sekilas nggak berani komentar.

Nina mengabaikan pesan dari Erick tanpa membalasnya. Dia lalu menyimpan hand phonenya ke dalam tas dan menyimak pelajaran yang sedang berlangsung.

Ratih diam tak berani berkata apa-apa dia takut sahabatnya itu semakin marah kepadanya gara-gara ini.

***************

Malam hari di rumah Nina dia sedang bercengkrama dengan mamanya sambil menonton tv di ruang keluarga.

"Mah..., emang punya cowok itu penting ya?" tanya Nina.

Mama Nina memandang anaknya dengan heran, tidak biasanya anaknya membahas soal cowok.

"Anak Mama sudah punya pacar?" mama Nina balik bertanya.

"Mmm belum, tapi temen Nina sibuk nyomblangin Nina. Mereka kan sudah punya pacar karna Nina belum punya jadi di jodoh-jodohin gitu,"

Mama Nina tersenyum melihat kepolosan anaknya itu.

"La Nina sendiri bagaimana? kan hati gak bisa dipaksain juga sih,"

"Nah itu dia, kalau Nina masih suka sendiri kan gak salah,"

"Ya nggak salah sih, emang cowok yang dijodohin sama kamu gak ganteng?" tanya mama Nina penasaran.

"Lumayan, ganteng juga orangnya tapi kan hati Nina gak berdebar kayak yang Mama bilang," jawab Nina.

"Ya kamu temenan aja dulu, mana tau nanti lama-lama suka. Kalau Mama sama Papamu dulu malah awalnya kami musuhan eh malah jadi suami istri. Jodoh kita gak pernah tahu,"

"Mmm tapi apa perlu Nina punya pacar Mah?"

"Yah itu terserah Nina, masa Mama yang ngatur kehidupan pribadi Nina. Anak Mama sudah besar keputusan memilih pasangan itu ditangan Nina,"

Mama Nina mengelus lembut rambut anaknya, bagaimanapun Nina tetap menjadi putri kecilnya. Rela tidak rela suatu saat anak semata wayangnya itu pasti akan meninggalkannya.

drttt...

drttt....

Hand phone Nina bergetar ada pesan masuk dari nomor tak di kenal, dengan malas Nina membuka pesan masuk di hand phonenya.

"Selamat malam Nin, sudah tidur?"

Nina menunjukkan pesan itu pada mamanya, mamanya mengambil hand phone Nina dan membacanya. Dia tersenyum lalu mengetik balasan.

"Malam, belum lagi nonton tv sama mama," balas mama Nina.

"Lah kog Mama balas sih,"

"Ya dibalas dong masak di biarin aja,"

"Ihh... Mama," Nina menggerutu.

"Eh ganteng juga anaknya,"

"Mama ini, kog lihatin foto profilnya,"

Nina dengan cepat mengambil hand phone dari tangan mamanya. Mamanya tertawa cekikikan melihat tingkah anaknya yang lucu.

"Sudah jabanin saja kenapa, ya kalau gak cocok ya gak usah jadian, beres kan!"

"Nina gak tahu mau ngomong apa Mah,"

"Ya biasa aja ngobrol kayak sama temenmu yang lain,"

"Ya kan ini cowok Mamah, beda ngobrol sama cewek," Nina semakin kesal.

"Duh anak Mama urusan pelajaran pinter, urusan balas chat cowok kagak ngarti. Heran Mamah,"

"Ya emang gak ngerti mau ngomong apa coba,"

tut...

tut...

tut...

Hampir saja Nina membuang hand phonenya karna kaget tiba-tiba bunyi.

"Mah...!" Nina menunjuk layar hand phonenya.

"Terima saja jangan sombong jadi cewek,"

"Aku ngo..."

belum selesai ngomong, mama Nina sudah menekan tombol terima di hpnya. Nina melotot karna tak menyangka mamanya melakukan itu.

Dengan cepat mama Nina meletakkan hp Nina ditelinga Nina.

"Hai Nin!" sapa Erick.

"Mmmm ha... hai Rick,"

Mama Nina meninggalkan anaknya sendirian, dia tahu Nina pasti akan malu kalau dia ada disana ikut mendengarkan.

"Ku pikir kamu udah tidur?"

"Mmm belum kog, masih nonton tv sama Mamah. Kamu dimana?" Nina mencoba menguasai dirinya.

"Aku lagi sama Adit ini di kos,"

"Hai Nin!" terdengar suara Adit menyahut.

"Mmm kalian udah kayak pasangan guy aja neh,"

"What? asem lo Nin, gua normal ya," balas Erick.

"Hi hi kan gua bilang kayak," Nina sudah mulai akrab.

"Ya gimana lagi temen deket gue cuma Adit, maunya sih sama kamu deketnya,"

"Mmm mulai deh gombalnya keluar," balas Nina.

"Ya gak mungkin gue gombalin Adit, ya gombalin elo lah,"

"Isshh nyebelin tauk," balas Nina ketus.

"Ya udah gak gombal lagi deh, tanks ya udah mau berteman sama gue yang remahan peyek ini," kata Erick.

Nina tersenyum mendengar Erick berbicara, rupanya Erick ini lucu juga orangnya. Ya gak apa-apalah temenan sama dia gak ada ruginya juga bathin Nina.

"Mmm Rick, udah malam aku belum nyusun buku buat besok. Udah dulu ya Rick," Nina mengakhiri percakapan mereka.

"Ok my sweet friends, good night," ucap Erick sebelum menutup panggilan telponnya.

Erick melonjak girang di kosnya, sampai membuat Adit terkejut.

"Gimana?" tanya Adit.

"Ya dia mau terima gue jadi temannya," jawab Erick.

"Sabar aja dia emang susah dideketin cowok, siap-siap aja lo patah hati," kata Adit.

"Hmmm gue jadi penasaran," balas Erick.

Sementara di rumah Nina setelah mematikan tv di ruaag tamu Nina masuk ke kamarnya, dan menyusun buku mata kuliah besok, lalu bersiap untuk tidur.

************

Note : jika suka cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.

Terpopuler

Comments

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

aduh psti ad yg mrah nie nntu

2020-12-15

0

Yanti Yul

Yanti Yul

lanjoooottt 😁

2020-09-22

0

Namaku Cahaya

Namaku Cahaya

Hdir thor,kubawain like,vote dan my favorit😍😍😍
Ceritanya keren,alurnya runtut,aq syukaaa♥️💝💖
Mmpir jga di cerita aq yeah : Misteri alam lain,yukk kita saling dukung...🙏🙏
Kutunggu thor...🤚💃💃

2020-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Liburan
2 Teman baru
3 Telaga angker
4 Mimpi
5 Mbah Siti
6 Pulang ke Jakarta
7 Menjadi mahasiswa
8 Dia datang lagi
9 Sisi kelam Ratih
10 Bertemu om Hendra
11 Jadian dengan Adit
12 Siapakah dia?
13 Pengakuan Ratih
14 Bertemu dengan Erick
15 Lelaki misterius itu bernama Rekso
16 Erick jatuh cinta
17 Tentang Dian
18 Kabar dari mama Dian
19 Kembalinya sang mama
20 Babak baru kehidupan Dian
21 Bersama mereka
22 Peringatan dari Rekso
23 Di rumah saja
24 Firasat Erick
25 Jalan dengan Erick
26 Inikah rasanya cinta
27 Kabar dari Erick
28 Bangunlah Erick
29 Perjuangan Erick
30 Berpisah dengan Erick
31 Kembalinya Erick
32 Patah Hati
33 Siapakah Fatih?
34 Masa lalu Fatih
35 Saling terbuka
36 Teman lama
37 Bertemu dengan Erick
38 Nikah siri
39 Bayang masa lalu
40 Siapa ayah Fatan?
41 Antara Maya Fatih dan Fatan
42 Sebuah janji
43 Kembali merajut kepercayaan
44 Hasil test
45 Pisah ranjang
46 Bertemu Marcel
47 Selamat tinggal kota penuh luka
48 Membuka lembaran baru
49 Mengejar mimpi
50 Jatuh hati pada Erick
51 Kembali ke Jakarta
52 Opening cabang baru
53 Mendekati Nina
54 Kita sama
55 Di Singapura
56 Menikmati waktu berdua
57 Hiduplah bersamaku
58 Perjodohan
59 Akad Nikah
60 Bulan madu
61 Kembali ke Singapura
62 Telat
63 Mengunjungi dokter kandungan
64 Home sweet home
65 Syukuran rumah baru
66 Bertemu dengan Fatih
67 Reuni alumni SMA
68 Wujud asli Rekso
69 Depresi
70 Tentang Nabila
71 Cemburu
72 Dia datang lagi
73 Mengawal nafsu
74 Teraphi
75 Rasanya berbeda
76 Pelarian
77 Bersatunya Fatih dan Dian
78 Akhirnya mereka tahu
79 Mencari kedamaian
80 Pura-pura tidak mengenalnya
81 Mengusir sepi
82 Tentang dia
83 Melihatmu bersamanya
84 Mencari Ronald
85 Pembalasan
86 Sekeping kenangan
87 Ronald yang rapuh
88 Kabar suka di tengah duka
89 Sejarah yang terulang
90 Memulai hal baru
91 Kembalinya Ronald
92 Sebuah permohonan
93 Memulai hidup baru
94 Balas Dendam
95 Kembali terluka
96 Menjaga Nina
97 Ke makam Ronald
98 Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99 Surat dari Ronald
100 Pelabuhan terakhir
101 Dari author buat reader tersayang
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Liburan
2
Teman baru
3
Telaga angker
4
Mimpi
5
Mbah Siti
6
Pulang ke Jakarta
7
Menjadi mahasiswa
8
Dia datang lagi
9
Sisi kelam Ratih
10
Bertemu om Hendra
11
Jadian dengan Adit
12
Siapakah dia?
13
Pengakuan Ratih
14
Bertemu dengan Erick
15
Lelaki misterius itu bernama Rekso
16
Erick jatuh cinta
17
Tentang Dian
18
Kabar dari mama Dian
19
Kembalinya sang mama
20
Babak baru kehidupan Dian
21
Bersama mereka
22
Peringatan dari Rekso
23
Di rumah saja
24
Firasat Erick
25
Jalan dengan Erick
26
Inikah rasanya cinta
27
Kabar dari Erick
28
Bangunlah Erick
29
Perjuangan Erick
30
Berpisah dengan Erick
31
Kembalinya Erick
32
Patah Hati
33
Siapakah Fatih?
34
Masa lalu Fatih
35
Saling terbuka
36
Teman lama
37
Bertemu dengan Erick
38
Nikah siri
39
Bayang masa lalu
40
Siapa ayah Fatan?
41
Antara Maya Fatih dan Fatan
42
Sebuah janji
43
Kembali merajut kepercayaan
44
Hasil test
45
Pisah ranjang
46
Bertemu Marcel
47
Selamat tinggal kota penuh luka
48
Membuka lembaran baru
49
Mengejar mimpi
50
Jatuh hati pada Erick
51
Kembali ke Jakarta
52
Opening cabang baru
53
Mendekati Nina
54
Kita sama
55
Di Singapura
56
Menikmati waktu berdua
57
Hiduplah bersamaku
58
Perjodohan
59
Akad Nikah
60
Bulan madu
61
Kembali ke Singapura
62
Telat
63
Mengunjungi dokter kandungan
64
Home sweet home
65
Syukuran rumah baru
66
Bertemu dengan Fatih
67
Reuni alumni SMA
68
Wujud asli Rekso
69
Depresi
70
Tentang Nabila
71
Cemburu
72
Dia datang lagi
73
Mengawal nafsu
74
Teraphi
75
Rasanya berbeda
76
Pelarian
77
Bersatunya Fatih dan Dian
78
Akhirnya mereka tahu
79
Mencari kedamaian
80
Pura-pura tidak mengenalnya
81
Mengusir sepi
82
Tentang dia
83
Melihatmu bersamanya
84
Mencari Ronald
85
Pembalasan
86
Sekeping kenangan
87
Ronald yang rapuh
88
Kabar suka di tengah duka
89
Sejarah yang terulang
90
Memulai hal baru
91
Kembalinya Ronald
92
Sebuah permohonan
93
Memulai hidup baru
94
Balas Dendam
95
Kembali terluka
96
Menjaga Nina
97
Ke makam Ronald
98
Pengalaman Pertama Merawat Bayi
99
Surat dari Ronald
100
Pelabuhan terakhir
101
Dari author buat reader tersayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!