"Hai...!"
Seseorang menepuk pundak Nina. Nina menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya.
"Ah kamu?" Nina kaget melihat laki-laki yang tiba-tiba saja berada disampingnya.
"Kamu kangen ya?" kata pria misterius itu.
"Hmmm kangen apaan, kamu ini siapa sih datang sesuka hatimu saja, kamu tuh kayak hantu tau?"
entah kenapa bersama pria ini Nina merasa begitu akrab dan nyaman.
"Kamu mau tau apa mau tau banget," jawab pria itu sambil nyengir menggoda.
"Ya aneh saja sih, kamu tahu namaku tapi aku tidak tahu namamu,"
"Apakah sebuah nama itu penting?" kata pria itu.
"Ya penting dong, aku manggil apa kalau gak tau namamu, hei pria misterius gitu atau Mr. X gitu kan gak lucu," balas Nina sewot.
"Panggil aja Sayang he he,"
"Idih Sayang, ogah ah!"
"Ya kamu mau manggil aku apa dong?"
"Emang kamu gak punya nama apa?" tanya Nina kesal.
"Ada tapi namaku gak keren kayak namamu,"
"Ya setidaknya kamu punya nama, keren dan tidak itu kan pemberian orang tuamu," kata Nina.
"Namaku Rekso," pria itu akhirnya menyebutkan namanya.
Nina memandang wajah pria disampingnya, wajah sekeren ini namanya Rekso bathin Nina.
"Kenapa, namaku aneh ya?"
"Mmm tidak, sepertinya orang tuamu sangat kuno hingga menamaimu dengan nama itu," kata Nina.
"Ya begitulah, kalau kamu susah memanggil namaku kamu boleh panggil aku dengan nama lain," kata Rekso.
"Ah... nggak juga, aku akan panggil kamu sesuai namamu Rekso, hmmm sepertinya emang agak ganjil yah,"
Nina menggaruk kepalanya, dia mulai memikirkan panggilan yang nyaman buat nama Rekso.
"Mmm bagaimana kalau aku panggil pakai inisial namamu saja?" kata Nina lagi.
"Apa?"
"Namamu Rekso jadi aku panggil aja kamu Er gimana?"
"Er...?" Rekso mengernyitkan keningnya.
"Iya Er dari huruf depan namamu R,"
Rekso manggut-manggut tanda dia setuju, Er tidaklah buruk pikirnya. Diapun suka kalau Nina menyukai panggilan itu.
"Er kenapa kamu suka menemuiku?"
"Karna aku adalah penjagamu," jawab Rekso.
"Tapi aku tak melihatmu dimanapun,"
"Tapi aku mengawasimu,"
"Kemanapun aku pergi?" tanya Nina.
"Iya, aku selalu mengawasimu,"
"Orang yang aneh," bisik Nina.
"Aku tidak aneh Nina,"
"Hah, kau mendengarku?"
Nina memandang heran pada Rekso. Rekso tersenyum dengan senyuman yang sangat mempesona.
deg...
Hati Nina bergetar melihat senyuman Rekso, getaran yang tidak pernah dia rasakan saat bersama pria lain.
"Kamu menyukaiku Nina?"
Pertanyaan Rekso membuat Nina terkejut, dan segera membuang pandangannya ke arah lain.
Nina baru menyadari suasana sekelilingnya, dia berada di suatu tempat yang belum pernah dia datangi, seperti taman dengan berbagai macam bunga warna-warni bermekaran.
Tak ada orang lalu lalang disitu, sepertinya hanya dia berdua bersama Rekso. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang, perasaan aneh seketika muncul di hatinya.
"Kita dimana Er?" tanya Nina.
"Di taman, kenapa kamu gak suka dengan tempat ini?" tanya Rekso.
"Kita hanya berdua disini, kog gak ada orang lewat dari tadi," Nina heran dengan suasana sekelilingnya.
"Aku bisa membawamu kemanapun kamu suka Nina,"
"Bagaimana kalau kita ke Paris saja Er," Nina bercanda.
Rekso mengusap wajah Nina, saat Nina membuka mata dia sudah berada di tempat lain yang mirip menara eifel.
"Hah... kita dimana sekarang?" Nina kembali heran.
"Lihat saja menara itu,"
Rekso menunjuk pada bangunan menara, didepan mereka.
"Apa itu menara eifel?" tanya Nina heran.
"Kamu suka?"
"Tapi kenapa tidak ada orang lain selain kita disini?" tanya Nina bingung.
"Karena aku tidak suka keramaian, aku cuma ingin menikmati waktu berdua denganmu saja,"
"Hah... sayang sekali aku gak bawa Hp," dengus Nina kesal.
"Untuk apa benda itu?" tanya Rekso.
"Buat fotolah kan nanti bisa diupload di sosmedku,"
Wajah Nina yang manyun membuat Rekso tertawa. Andai kamu bisa kubawa ke duniaku, bathin Rekso.
"Apa kamu punya Fb juga?" tanya Nina.
"Apa itu?"
"Ih... kamu benar-benar kuno Er," sungut Nina.
"Aku tidak memerlukan itu, buat apa aku punya?" jawab Rekso.
"Ya buat berinteraksi dengan orang lain, kita kan mahluk sosial perlu dong punya teman banyak," terang Nina.
"Aku hanya suka berteman denganmu," jawab Rekso datar.
"Hah... manusia aneh,"
"Yang penting aku ganteng,"
"Kamu terlalu percaya diri Er,"
"Tapi memang aku ganteng kan?"
"Harusnya kamu sudah punya pacar kalau kamu ganteng,"
"Kamu juga belum punya pacar, jadi kita sama-sama belum punya pacar,"
Nina melotot pada Rekso, dia merasa pria itu sedang meledek kejombloannya selama ini. Rekso tersenyum dan membaringkan tubuhnya di rerumputan.
"Kog kamu malah tiduran disitu sih?" kata Nina kesal.
"Lihatlah langit diatas sana Nina, sungguh indah di pandang dari sini. Berbaringlah dan nikmati keindahan ini,"
Rekso menarik tangan Nina agar ikut tiduran di rumput bersamanya. Nina mengikuti ajakan Rekso, diapun berbaring di samping Rekso.
"Bukankah sangat indah pemandangan diatas sana Nina, lihatlah itu,"
Rekso menunjuk langit dengan rangkaian awan membentuk sesuatu yang indah. Nina memandang langit benar kata Rekso sungguh indah pemandangan langit saat itu.
"Er... apa kamu tidak punya teman selain aku?" tanya Nina.
"Ada tapi tidak semanis dan se asik berteman denganmu," balas Rekso.
"Jadi kamu juga jomblo akut kayak aku ya?"
"Apa itu jomblo?"
"Kamu gak gaul banget jadi orang, jomblo itu tidak punya pacar Er,"
"Bangsaku tidak mengenal apa itu pacar," jawab Rekso.
"Bangsa..., kamu ngomong apa sih?"
Tak ada jawaban dari Rekso, tiba-tiba hening dan sepi.
"Er... Er... Er...!" Nina mencari Rekso yang tiba-tiba menghilang.
Nina melihat kesekeliling dia seperti mengenali tempat itu.
"Hah..., ini kamarku. Ah rupanya aku bermimpi lagi,"
Nina melihat jam di meja belajarnya jam 02.00. Nina melanjutkan tidurnya berharap bertemu dengan Rekso lagi.
************
"Sayang, bangun Nak udah siang kamu gak kuliah," mama Nina membangunkan anaknya.
Nina mengerjapkan matanya, melihat mamanya duduk di ranjangnya.
"Mmm jam berapa Mah?" tanya Nina malas.
"Udah jam setengah enam Sayang, cepat bangun nanti kamu terlambat,"
Nina bangun dari tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Mama Nina pergi menyiapkan sarapan untuk anaknya.
Setelah sarapan Nina berangkat diantar papanya sekalian berangkat ke kantor. Nina masih terbayang-bayang wajah Rekso, pria misterius yang selalu hadir dalam mimpinya.
Apakah Rekso akan datang lagi menemuinya, Nina berharap bisa bertemu lagi dengan Rekso. Banyak hal menarik pada diri Rekso, termasuk wajah tampannya yang tidak pernah membuatnya bosan memandangnya.
Rekso seperti mengisi relung hatinya yang kosong, seandainya Rekso benar-benar hadir di dunia nyata mungkin dia akan mengenalkan Rekso pada teman-temannya.
************
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Oka Luthfia
jin kalo menjelma jadi ganteng ,tapi wujud aslinya gak segateng itu
2021-03-30
0
Roro Ayu Murwani
mbah rekso hahaa
jadul bgt namanya
2021-01-17
0
Wati Simangunsong
visual donk
2020-12-15
0