Rumah Dian sudah ada yang menyewa kebetulan ada saudara tetangga Dian yang baru datang dari kampung sedang mencari rumah kontrakan.
Dian bersama mamanya tinggal di ruko tempat usaha punya mama Nina.
"Nah kalian tinggal disini ya, untuk anak PT yang belum dapat job mereka kita tampung disini, tugas mama Dian menjaga mereka biar tidak keluar-keluar."
"Untuk makan kita ada catering, tapi kalau mama Dian pingin masak ada dapur kecil juga,"
Mama Nina menerangkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh mamanya Dian sambil menunjukkan ruangan yang ada di kantornya.
"Disini tempat praktek, sebelum kita salurkan mereka yang belum punya sertifikat belajar dulu disini. Oh ya Dian ruangan ini kan bisa kamu jadikan kelas buat mengajar, kamu bisa buka les disini kalau kamu mau,"
"Beneran Tante Dian boleh pakai ruangannya?"
"Pakai saja toh kita juga pakainya siang hari, kamu bisa sebar brosur ke perumahan sekitar sini, lumayan juga kan duitnya,"
"Saya juga rencananya mau ngelesin gitu tante tapi door to door," terang Dian.
"Kalau door to door waktumu habis di jalan, kalau disini bisa sekaligus banyak murid, nanti kalau kamu kewalahan bisa ajak Nina atau temenmu yang lain,"
"Tante trimakasih sekali, Dian gak tahu bagaimana bisa membalas kebaikan Tante dan keluarga pada kami," Dian terharu dan meneteskan air mata.
"Balaslah dengan membuat mamamu bangga, dan jagalah sahabatmu Nina,"
"Trimakasih Tante,"
"Baiklah Tante harus ngantar yang mau kerja, karna Tante harus benar-benar yakin anak didik Tante mendapat majikan yang baik. Kalian silahkan berkemas saya pergi dulu,"
Mama Nina berangkat bersama supirnya dan Dian mulai mengemasi kamar barunya bersama mamanya.
***********
Dian sudah membuat brosur untuk di sebar ke rumah-rumah di sekitar kantor mama Nina, Dian berharap bisa meringankan beban mamanya setidaknya dia ingin membayar uang kuliahnya sendiri.
Kesempatan yang mama Nina berikan tidak dia sia-siakan, dia juga membantu membersihkan dan merawat kantor mama Nina sebagai ganti telah dikasih tempat tinggal gratis dan tempat les gratis.
Seminggu setelah Dian menyebarkan brosur sudah ada dua anak yang datang mendaftar untuk ikut les, Dian sangat senang biarpun baru dapat dua anak, ini merupakan awal yang baik buatnya.
Dian juga sudah merelakan perceraian kedua orang tuanya, Sekarang Dian hanya ingin melihat mamanya bahagia, setelah sekian lama disakiti hatinya oleh papanya. Dian juga berharap bisa secepatnya berkumpul dengan adiknya Dino.
"Mah kalau suatu hari Mama ketemu laki-laki yang baik, Dian nggak melarang Mama untuk menikah lagi," kata Dian suatu malam sebelum tidur.
"Kamu ngomong apa Dian,"
mama Dian merasa risih mendengar anaknya bicara seperti itu.
"Mama berhak bahagia Ma, Papa saja sudah bahagia kenapa Mama harus berlarut dalam kesedihan, Mama juga harus bahagia dong," hibur Dian pada Mamanya.
"Tidak semudah itu untuk menikah lagi, Mama sudah tua,"
"Ya Mama carinya jangan yang muda dong, pokoknya harus semisi dan sevisi sama Mama, gak mungkin juga Mama mau punya anak lagi kan?"
"Ah jangan ngaco kamu, yuk cepat tidur besok kamu kuliah kan?"
"Dian cuma ingin melihat Mama bahagia Ma," suara Dian berubah lirih.
"Kebahagiaan Mama adalah hidup bersama dengan kalian," jawab Mamanya.
"Bagaimana kalau kami suatu hari nanti pergi?" sambung Dian.
"Maksudmu kalian mau ninggalin Mama?"
Mama Dian bangkit dari tidurnya dan memandangi wajah Dian.
"Ma setelah Dian lulus, Dian akan bekerja tentunya Dian tidak lagi bersama Mama. Kalau Mama menikah Mama ada yang menjaga Dian tidak khawatir lagi,"
"Mama belum berfikir kesana, soal hati itu kan perasaan apa lagi Mama baru bercerai dari Papamu, trauma itu masih ada,"
"Dian yakin Tuhan akan memberikan ganti yang terbaik buat Mama,"
Dian memeluk mamanya, dengan lembut mamanya membelai tubuh Dian. Ternyata anaknya sudah besar dan dewasa. Mama Dian berharap kelak Dian menemukan pasangan hidup yang baik dan tidak mengalami hal yang sama dengan dirinya.
***********
Di rumah Nina dia sedang bermain dengan laptopnya berselancar di dunia maya dan menonton drama korea kesukaannya.
"Boleh kutemani?"
"Hai Er! kog kamu bisa di kamarku?'
Tiba-tiba Rekso sudah berada di kamar Nina duduk di ranjang Nina.
"Aku tahu kamu kesepian makanya aku datang," jawab Rekso.
"Sstttt... jangan berisik nanti di dengar Mamaku,"
Nina menutup mulutnya dengan jari telunjuk agar Rekso diam. Rekso tersenyum melihat tingkah Nina yang lucu.
"Mereka sudah tidur Nina, gak bakalan mendengar kita bicara," ucap Rekso.
"Hmmm kamu ini sejenis apa sih Er, apa kamu seperti hantu, tapi bukannya kalau hantu menakutkan,"
"Kalau aku terlalu ganteng untuk menjadi hantu kan?" Rekso menggoda Nina.
"Ish... kamu terlalu memuji dirimu sendiri,"
"Ya aku memang ganteng kan, jawab jujur?"
Rekso sudah mendekatkan wajahnya pada Nina, nafas Rekso yang dingin menyapu lembut wajah Nina. Sedekat itu dengan Rekso membuat jantung Nina berdebar-debar.
"Apa kamu selalu seperti ini pada setiap wanita?" Nina balik bertanya.
"Hanya dengan yang aku suka,"
"Apa semua wanita yang kau sukai juga menyukaimu?"
"Tanyakan hatimu kalau kamu tak suka aku pasti pergi. Kamu mau aku pergi? baiklah aku akan pergi,"
Rekso membalikkan badannya hendak melangkah pergi, Nina dengan cepat menahan tangan Rekso.
"Jangan pergi, aku senang kamu datang," suara Nina lirih.
Rekso memandang tajam ke mata Nina, wajah mereka kembali berdekatan. Nina tak tahan beradu pandang dia menutup matanya, dan menengadahkan wajahnya.
Rekso mencium lembut bibir Nina, Nina tersentak mendapat ciuman namun tak menolak. Rekso menghujani wajah dan leher Nina dengan ciuman dan kecupan lembut.
"Err... jangan pergi," Nina mendesah.
Rekso melepaskan baju Nina, Nina juga melepaskan kaos yang membalut tubuh rekso. Dada Rekso yang dipenuhi dengan bulu membuat darah Nina berdesir saat menyentuhnya.
Kini mereka sudah berada diatas ranjang saling telanjang, Nina memandangi tubuh kekar Rekso yang menindihnya.
"Aku belum pernah melakukannya," bisik Nina.
"Aku tahu, apa kamu menginginkannya?" bisik Rekso sambil menciumi telinga Nina.
"Apa nanti akan sakit?"
"Aku tidak akan menyakitimu,"
"Ough Errr...,"
Nina mendesah panjang saat Rekso memasukkan miliknya, Rekso melakukan dengan sangat lembut dan mesra. Nafas mereka saling beradu memburu.
Mereka melenguh saat sampai di puncak kenikmatan, Nina memeluk erat tubuh Rekso menekan miliknya semakin dalam, hingga terlelap karna kelelahan.
"Err..."
Nina membuka mata saat suara adzan subuh dari masjid berkumandang, tidak ada lagi Rekso di dalam kamarnya.
"Apa itu cuma mimpi?" Nina membathin.
Bagian bawah Nina terasa sangat basah, Nina merabanya masih terasa dan rasanya begitu nyata seperti sesuatu telah memasuki miliknya. Nina bingung apakah ini nyata atau mimpi.
"Apa besok dia datang lagi," Nina bertanya dalam hatinya.
Nina segera kekamar mandi membersihkan cairan bening dan kental pada alat vitalnya, Nina masih bertanya-tanya dalam hati, apa ini cairan dia sendiri ataukah milik Rekso.
*************
note :
Hai kemarin ada yang nanya kenapa gak seram kayak judulnya, ini bukan kisah seram kisah manusia yang dicintai oleh jin, nah orang yang disukai jin biasanya tanda-tandanya sering mimpi bercinta, dan biasanya akan susah menikah atau kalau menikah selalu bermasalah.
Nah itu sekedar bocoran saja ya. Trimakasih sudah membaca jangan lupa like dan jejak komen ya, karna itu membuat author semangat menulis lanjutannya. semoga sehat selalu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Oka Luthfia
hoo ,jauh jodoh kalo d cintai jin ,jinnya yang menjauhkan
2021-03-30
0
Wati Simangunsong
ouwss
2020-12-16
0
Poo
baguss.. lanjut kak
semangatt..
2020-10-20
1