Sebelum Nicko datang ....,
Queen masih menangis, dan ia menangisi es krimnya yang jatuh. Giara bingung, mana gak ada jua orang tua yang mencarinya. Akhirnya, mau tak mau Giara mengalah dan mencoba agar Queen tak menangis lagi.
"Kamu mau es krim baru lagi? Biar Kakak pesankan," ajak Giara.
"T-tapi, tapi aku tak punya koin lagi untuk membeli es krim itu," Queen masih menangis.
"Biar Kakak yang belikan, asalkan kamu jangan nangis lagi, ya? Setelah dapat es krim yang baru, kita cari orang tua kamu ke pusat informasi. Okay?" Giara merayu gadis kecil itu.
Dia mengangguk, lalu berjalan menuju mesin es krim otomatis yang berada tak jauh dari restoran tempat Giara memesan makanan. Setelah es krimnya selesai kembali didapatkan, ternyata makanan Giara sedang disajikan di atas meja, mau tak mau Giara pun kembali ke mejanya dan berbincang pada pelayan.
"Ikut Kakak dulu, makanan Kakak sudah tersaji."
"Baik, Kak," dia mulai sumringah kembali karena es krimnya telah utuh kembali.
Giara menemui pelayan yang tengah menyiapkan pesanan Giara, "Mbak, tunggu sebentar ya, saya pasti bayar makanan ini, cuma ini lho, saya mau antarkan anak ini dulu ke pusat informasi,"
"Oh, iya, Mbak, silakan ... tak apa-apa,"
Giara kembali terfokus pada gadis kecil itu. Walau sudah tak menangis ,tapi masih terlihat sisa air mata yang masih membasahi wajahnya.pl
Tiba-Tiba, saat Giara tengah mengusap air mata gadis kecil itu, suara dari belakang mereka, teramat sangat mengagetkan, dan terdengar khawatir sekali.
"Queen, Queen ... ini Ayah, Ayah di sini ..." suara yang tampak familiar, dan sering Giara dengar.
Giara pun berbalik. Seorang pria di belakang mereka, yang tengah berlari mendekati Giara dan gadis kecil tersebut terliha terengah-engah, sepertinya telah kehabisan tenaga.
"Astaga, P-Pak N-Nicko?" mata Giara refleks melotot, mendapati pria tersebut, adalah orang yang sangaòt dikenalnya.
"G-Giara?" kekagetan itu pun jelas nampak terlihat, ketika pandangan mereka saling beradu.
Gadis kecil itu berlari menghambur ke Ayahnya. Ternyata itu adalah Queen, anak Nicko. Giara amat kaget, saat gadis kecil itu berlari kearah Nicko.
Baru Giara sadari, jika gadis ini sebenarnya adalah anak Nicko. Giara tak menyangka sama sekali, kenapa bisa-bisanya Nicko abai pada anaknya, hingga membiarkan gadis itu berlarian sendiri.
Apa yang Nicko lakukan sampai ia melupakan anaknya? Giara jelas tak habis pikir, kenapa Nicko berbuat seperti itu. Bagaimana kalau ternyata anaknya bertemu dengan orang jahat? Beruntungnya, Queen malah bertemu dengan Giara, yang notabene mengenalnya.
"Loh, ini anak Pak Nicko?" Giara kaget, tak percaya.
Nicko mengangguk, lalu ia memegangi badan putrinya, "Kamu gak apa-apa kan, sayang? Tadi Ayah cari-cari kamu, Queen,"
"Ayah lama, padahal kan aku ingin es krim!" Queen tak mau mengalah.
"Bapak ke mana aja, Pak? Kok Pak Nicko teledor banget sih? Anaknya lari-larian sendiri lho, Pak. Dia cari-cari Bapak dari tadi, terus es krimnya jatuh, dan dia nangis. Kok bisa-bisanya sih ngebiarin anak berkeliaran sendiri. Bapak ngapain aja?" Cerocos Giara yang begitu khawatir melihat anak Nicko.
"Saya tadi lagi ngantri di Mc. D*nald. Ada menu baru dan Queen mau, jadi saya harus nunggu antrian yang lumayan panjang. Saya gak ngeh kalau dia tiba-tiba terlepas dari tangan saya. Dan tahunya, dia ke sini. Ya Tuhan, Queen, kenapa kamu buat Ayah khawatir terus sih?" Nicko sangat menyayangkan hal ini terjadi.
"Aku kan haus, Ayah, aku mau es krim. Aku punya koinnya satu, dan tahunya es krimnya malah jatuh. Untungnya ada Kakak baik ini, dia belikan aku es krim yang baru, dan mau bantuin aku cari Ayah. Ayah harus berterima kasih sama Kakak baik ini, dia sangat baik sekali ..." puji Queen pada Giara.
Ucapan Queen refleks membuat Nicko menatap Giara. Nicko jadi malu, karena ia merasa sangat bersalah. Baik pada Queen, juga pada Giara. Ia masih beruntung, Queen ditemukan oleh Giara. Bagaimana jika Queen dipertemukan dengan orang yang berniat jahat?
"Maafkan Ayah yang lengah ya sayang ... Ayah salah, Ayah teledor jagain kamu. Lain kali, kamu jangan main pergi gitu aja ya? Kan bisa bilang dulu sama Ayah. Ini, Ayah juga sudah belikan Mc. D*naldnya untuk kamu ..."
"Makan di sini aja Ayah, sama Kakak baik ..."
Deg. Nicko kembali terfokus pada Giara.
"Giara, terima kasih banyak telah menjaga anakku. Maaf, hal ini pasti sangat merepotkanmu." ucap Nicko begitu lembut.
"Tak apa-apa, Pak. Lain kali, hati-hati. Ini tempat umum, kita gak tahu karakter orang-orang di sini itu seperti apa. Apalagi anak seusia anak Pak Nicko, pasti gak tahu apa-apa," Giara menceramahi Nicko.
Nicko memang sadar, ia lengah menjaga anaknya. Biasanya, Nicko selalu membiarkan anaknya jalan-jalan bersama Ibunya, namun sang Mama kali ini tengah ada acara bersama teman-temannya. Sehingga, Queen harus bersama Nicko.
Namanya laki-laki, tentu saja ia tak seperti naluri seorang Ibu jika sedang menjaga seorang anak. Seperti Nicko saat ini, ia tetaplah seorang pria, yang tentu saja akan sulit untuk menjadi sosok Ibu bagi Queen.
"Queen, ayo kita pulang, makanannya kan sudah Ayah beli," Nicko ingin segera berlalu dari hadapan Giara, ia benar-benar malu pada Giara.
"Gak mau, Ayah ... Queen maunya makan di sini sama Kakak baik. Nih lihat, Ayah, meja Kakak baik baru saja diisi makanan sama pelayannya. Kakak baik juga mau makan ya? Kita makan di sini aja Ayah, sama Kakak baik. Ya, Ayah, so please ...," Queen terus merayu Nicko.
Nicko jadi serba salah. Tentu saja jika bisa, ia ingin menolak Queen yang banyak maunya. Mana bisa Nicko makan bersama Giara. Menatap wajahnya saja sudah membuat Nicko malas.
Perasaan malu tak dapat ia tutupi saat ini, karena keteledorannya pada sang anak. Seorang Nicko yang selalu tampil perfeksionis dihadapan para mahasiswanya, ternyata memiliki kekurangan.
Keteledorannya tentu saja membuat Nicko malu lada Giara. Apalagi, Nicko selalu saja membuat Giara marah dan mengatai Giara. Bahkan, seringkali Nicko memarahi Giara dengan kata tak serius dan teledor. Jika seperti ini, apa bedanya Nicko dengan Giara?
"Kakak baik, Kakak mau makan, kan? Kita makan bersama yuk?" Queen begitu mudah akrab dan hangat pada Giara.
"T-tapi, Ayah kamu, katanya adek mau pulang?" Giara seakan tak ingin jika ia dan Nicko harus makan bersama karena permintaan Queen.
"Biar aja Kakak, Ayah pasti nurutin kemauan aku. Apa Kakak gak mau makan bareng sama aku?" Queen terlihat sedih.
"Eh, enggak gitu maksudnya. Ya udah, ayo kita makan bareng sayang. Kebetulan Kakak juga mau makan kok. Semua ya tergantung Ayah kamu," Giara jadi sangat-sangat serba salah.
"Tuh kan, Ayah ayo ... ayo makan bersama sama Kakak baik. Bukankah Ayah sama Kakak sudah saling mengenal?" Queen terus memaksa.
"Sayang, t-tapi kan siapa tahu Kakak baiknya sedang bersama seseorang. Kita gak boleh ganggu sayang," Nicko berusaha merayu Queen.
Queen melihat menu yang tersaji di meja makan. Semuanya hanya satu, dan sepertinya memang porsi untuk satu orang.
"Apa Kakak sedang bersama orang lain? Tapi, aku lihat di meja ini makanannya sepertinya hanya untuk Kakak saja. Kakak sendirian kan?" Queen berharap jika Giara memang sendirian.
Giara menggaruk kepalanya. Tak mudah sekali membohongi anak kecil ini. Kenapa juga Giara harus dipertemukan dengan anak kecil ini? Apalagi, ini adalah anak Nicko. Tentu saja sangat canggung rasanya.
"Aku sendirian, kok," Giara tak bisa berbohong.
"Yeay, Kakak sendiri. Ayah, ayo kita makan di sini saja!" Queen segera duduk ke meja restoran tempat Giara memesan makanan.
Nicko akhirnya menuruti keinginan Queen. Mau tak mau, Nicko akan duduk bersama Giara di satu restoran yang sama. Semua ini karena kecerobohannya, hingga kejadian tak terduga ini, haruslah terjadi.
Tapi, sebenarnya, Nicko juga patut bersyukur, karena jika tak ada Giara, entah akan bagaimana nasib Queen. Hanya saja, Nicko sangat-sangat malu kali ini. Menatap wajah Giara saja, rasanya Nicko tak sanggup.
"Giara, maafkan anakku, aku tak bisa melarangnya," bisik Nicko yang masih berdiri.
"Ah, iya, tak apa-apa, Pak. Namanya juga anak kecil. Lain kali, Pak Nicko lebih hati-hati saja, ya,"
"Iya, aku tahu aku salah. Maafkan keteledoranku ini, yang pada akhirnya malah mengganggu makan siangmu," ucap Nicko menunduk.
"Tak apa-apa, Pak. Kebetulan saya memang sendiri. Tak enak juga rasanya jika makan sendirian," refleks Giara berbicara seperti itu, walau suaranya agak diperkecil.
"Ha? Apa Ra? Aku tak bisa dengar ucapanmu barusan," tanya Nicko.
"Ah, t-tidak apa-apa, Pak. Ayo, kita makan. Makanan saya sudah disiapkan sejak tadi. Pasti sekarang hampir dingin," Giara malu, benar-benar malu.
"Baik, Giara." Nicko pun mau tak mau duduk di restoran yang sama dengan Giara.
Ya Tuhan, malunya aku ... Queen, kenapa kamu begitu mudahnya dekat dengan orang yang baru saja dikenal? Kenapa kamu harus seperti ini pada Giara? Tahukah kamu, Nak, wanita dihadapan kita ini, adalah wanita yang selalu Ayah marahi di kampus. Ayah jadi merasa bersalah, karena ternyata, dia begitu baik padamu. Ucap Nicko dalam hati.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
susi 2020
🥰😎🥰🥰🙄😲🥰
2023-05-09
0
susi 2020
🙄😲😘😘😍
2023-05-09
0
Rhina sri
hayoo bucin dong pak nicko 😍
2022-01-17
0