Angin malam makin menyeruak. Dinginnya mulai menusuk ke relung jiwa. Rasanya malam ini tak sedingin biasanya. Apalagi, keadaan canggung yang kini tengah dirasakan oleh Giara dan Nicko. Setelah Nicko berpura-pura pada Anita, tentu saja hal ini membuat ia malu pada Giara.
Nicko mengajak Giara berjalan menuju keramaian, ia mencoba melupakan kejadian yang memalukan barusan. Nicko tentu saja malu pada Giara, karena hanya Giara yang tahu jika Nicko tengah berbohong.
Apalagi, ucapan Nicko itu seakan benar-benar nyata dan membuat Anita tak bisa berucap lagi. Nicko sangat hebat memainkan perannya, seakan-akan memang Giara adalah wanita yang sangat dicintainya. Perasaan tak nyaman terus menjalar di kepala Nicko, ia jadi bingung dan serba salah akan bagaimana.
"Maaf atas ucapanku tadi," Nicko memberanikan diri untuk berbicara.
"Tak apa-apa, bukankah itu bagian dari rencana kita, Pak? Kenapa harus minta maaf?"
"Karena itu terlalu berlebihan. Aku tak sangka, jika Anita akan seperti itu."
"Mungkin dia aneh saja, aku seperti anak kecil, dan Bapak sudah terlihat dewasa, sepertinya kita lebih pantas menjadi Kakak Beradik, bukan sepasang kekasih. Makanya dia bertanya seperti itu," Giara tertawa kecil.
"Kamu tak merasa risih karena ucapanku barusan?" tanya Nicko.
"Kenapa harus risih, coba? Kita kan sedang berakting, Pak. Bahkan, saya tak sangka, Pak Nicko jago banget aktingnya. Bener-Bener natural dan seakan-akan itu nyata, loh. Bapak terlihat serius banget, pokoknya aku acungin jempol deh buat actingnya Bapak barusan. Kenapa Bapak malah jadi dosen fakultas hukum? Kenapa gak coba casting jadi bintang sinetron saja? Bapak pasti akan keterima dan bisa jadi aktor!" Giara lagi-lagi tertawa.
Nicko terdiam, ia merasa jika Giara sepertinya sama sekali tak terganggu dengan ucapan dirinya dihadapan teman-temannya. Bagaimana actingnya tak natural? Nicko menggunakan perasaan dan emosi ketika mengucapkannya.
Sebenarnya, jika Nicko tak dipancing Anita, ia tak akan mengatakan kata-kata setajam itu. Ia juga malu pada Giara, karena apa yang diucapkan Nicko tentu saja tak sama dengan kenyataannya. Apalah hubungan Giara dan Nicko? Tentu saja hanya sebatas kepura-puraan saja.
Kukira kamu akan terenyuh mendengar ucapan yang kukatakan pada Anita. Syukurlah jika kau tak terbawa perasaan akan ucapan tersebut. Anita sepertinya sengaja bertanya seperti itu padaku. Entah kenapa, jika dia bertanya menyudutkan seperti itu, rasanya aku ingin sekali membalas ucapannya dengan sangat lantang. Kuyakin, Anita dan Diana pasti masih berhubungan. Kuyakin Anita seperti itu karena Diana. Ucap Nicko dalam hati.
"Aku hanya terbawa perasaan karena pertanyaan Anita yang memancingku," tegas Nicko.
"Sepertinya Pak Nicko sangat mencintai mantan istri Bapak ya,"
"Maksudmu?" Nicko mengernyitkan dahinya.
"Ucapan yang Bapak lontarkan tadi itu penuh penekanan sekali. Sepertinya Pak Nicko ingin membuktikan, jika tanpa mantan istri Bapak, Anda tetap bisa survive, dan bahkan menemukan penggantinya, begitu kan? Padahal, kenyataannya, semua itu bohong. Anda belum menemukan pengganti istri Anda sama sekali. Hal itu membuktikan, jika Pak Nicko sebenarnya masih sangat mencintai mantan istri Bapak. Kenapa gak balikan aja sih Pak? Bapak bukannya punya anak?" sambar Giara, membuat Nicko kaget bukan main.
Giara ternyata malah berpikir seperti itu. Nicko tak habis pikir, kata-kata itu akan keluar dari mulut Giara. Hal ini yang membuat Nicko malas, yaitu membahas tentang mantan istrinya. Jika boleh dibahas terus, harusnya pertanyaan itu dilontarkan bukan padanya, melainkan pada mantan istri Nicko.
Diana yang pergi dan meninggalkan Nicko juga anaknya. Diana yang pergi tanpa permisi dan menoreh luka mendalam di hati Nicko. Semua karena Diana, dia yang tahu alasannya. Nicko tak tahu apa-apa, Nicko tak salah sama sekali. Entahlah, hanya Diana yang bisa menjelaskan ini semua.
"Ah, sudahlah, kamu ini apaan sih. Kenapa malah jadi kayak peramal gitu? Kita ke anak-anak saja, bukankah ada satu hal lagi yang harus kita lakukan? Kali ini kamu jangan baper dan gede rasa ya, aku akan menyatakan perasaan dan berperilaku romantis untuk misi kita nanti,"
Giara terkekeh mendengar ucapan Nicko, "Apa? Baper? Pak, aku itu sering banget mendapatkan gombalan, rayuan, bahkan hadiah mewah dari para pria atau sugar daddy yang membayarku. Tapi, tak sedikitpun aku tersentuh. Aku sudah kebal dengan rayuan dan kata puitis. Apalagi dengan Bapak, aku tak mungkin akan tersentuh sedikitpun. Soalnya Pak Nicko kan nyebelinnya seribu kuadrat!"
"Itu kan pria-pria tua yang sudah berumur. Berbeda denganku, yang tampan dan penuh pesona!" Nicko melekatkan kerah kemejanya, sambil mengangkat bahunya.
"Hahaha, Pak Nicko, sifat narsis Anda luar biasa ternyata. Sumpah ya, aku gak nyangka banget, Pak Nicko bisa ngelawak, dan menghibur pokoknya!" Giara benar-benar tak sangka, jika Nicko akan narsis seperti ini.
"Narsisku tentu saja sesuai dengan standarisasi pria tampan. Kamu belum tahu saja pesonaku!"
"Iya, iya, Pak Nicko dosenku yang tampan!" Giara seakan menyindir.
"Dasar pecicilan!"
"Hish, Pak Nicko!"
Mereka berdua pun datang kembali ke tempat api unggun, Nicko malas berdebat terus-menerus dengan Giara. Akhirnya ia lebih memilih untuk bertemu dengan teman yang lain. Acara misi dan tugas setiap pria akan dimulai sebentar lagi, para peserta diminta untuk duduk dan menyiapkan semuanya.
Tak ada yang aneh, bagi Giara semuanya terasa biasa-biasa saja. Ia hanya perlu berdiri mendengarkan Nicko berbicara. Hanya itu saja, bukan? Giara menyanggupinya, karena baginya itu adalah sebuah hal yang mudah.
Satu-Persatu, setiap peserta tengah menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Kini, giliran Nicko Alandani, yang menjalankan misinya. Nicko dan Giara diminta untuk maju ke tengah lingkaran di dekat api unggun. Panitia meminta agar Nicko segera melakukan tugasnya.
"Kebagian apa kamu Nick?" tanya panitia.
"Mengungkapkan perasaan pada pasangan," jawab Nicko,
"Wah keren ini sih. Oke tukang sound, tolong putar musik yang romantis ya, agar menambah suasana hangat saat menjalankan misi mereka,"
"Siap brooo,"
Akhirnya, ditemani lantunan musik yang romantis, Nicko diminta untuk segera memulai aktingnya. Jantung Nicko bergemuruh kencang, ia benar-benar gugup karena di sinilah peran Nicko sedang diuji.
"Giara sayang, wanitaku, kekasih hatiku, dan pujaan hatiku ...,"
"Ciyeeeeee," sorak sorai semua teman-teman Nicko.
"Giara Divania, perlu kamu tahu, kita memang belum lama saling mengenal. Aku tahu, cinta kita belum seluas samudera, hati kita masih segenggam berlian. Aku Ada sebuah waktu, di mana aku jatuh cinta kepadamu di titik paling dalam. Ialah di antara tengah malam dan senyummu."
Nicko memegang tangan Giara, akhirnya mereka pun saling berhadapan. Nicko mulai melancarkan aksi romantisnya, untuk memukau semua teman-temannya dan juga Giara, yang katanya tak akan tersentuh sama sekali oleh ucapan Nicko.
Rasanya seperti seisi alam semesta ada untuk menyatukan kita berdua. Aku sangat mencintaimu, mungkin lebih dari siapapun yang bisa mencintai orang lain.
Aku harap kamu tahu bahwa setiap kali aku memberitahumu semoga selamat sampai rumah, jangan sampai kedinginan, semoga harimu menyenangkan, atau tidurlah yang nyenyak, apa yang aku maksud adalah aku mencintaimu.
Jika kamu mendengarkan suara angin dengan seksama, kamu akan mendengar bisikan cintaku untukmu. "Aku tidak menangis karena kita terpisahkan oleh jarak dan waktu. Karena selama kita masih berbagi langit yang sama dan menghirup udara yang sama, kita masih akan terus bersama.
Kata-Kata Nicko sangat-sangat puitis. Banyak sekali temannya yang tak menyangka jika Nicko bisa sepuitis itu. Giara tersenyum, ia harus nampak bahagia saat ini. Mereka harus melancarkan akting mereka dengan totalitas penuh.
Tak terlihat drama ataupun pura-pura. Semua nampak seperti nyata, seperti kekasih yang tengah dimabuk asmara. Tiba-tiba saja, mulut nakal salah satu teman Nicko membuat suasana makin riuh, ketika ada yang mengatakan, "Cium, cium, cium ..."
"Ah, bener tuh bener! Cium, cium, cium. Ayo dong cium, gak usah malu-malu," teriak semua teman-teman Nicko.
Deg. Cium? Mana mungkin Nicko bisa melakukannya pada Giara?
Astaga, kenapa mereka harus berkata cium? Mana mungkin aku menciumnya! Ini jelas tak ada dalam misi. Ini akan sangat memalukan. Oh Tuhan, tolong aku, jangan sampai aku menciumnya. Batin Nicko dalam hati.
Giara hanya menatap Nicko yang terlihat kebingungan. Mungkin hal ini akan sangat membuat Nicko canggung. Giara tersenyum manis, rupanya ia memiliki suatu rencana, agar misi aneh ini cepat selesai.
Tanpa Nicko tahu, ternyata diam-diam Giara mendekati Nicko, lalu Giara mencium pipi Nicko dengan lembut dan romantis. Melihat perlakuan Giara, sontak saja seluruh teman Nicko bersorak sorai melihat adegan yang baru saha terjadi.
'Wow! Keren! Ceweknya nyium duluan tuh! Wah, Nicko menang banyak nih," seru teman-teman Nicko.
Giara hanya tersenyum lembut setelah memberanikan diri mencium pipi Nicko. Entah apa yang ada dibenaknya, yang jelas soal cium-mencium ini, Nicko tak mengetahuinya sama sekali.
Gila, dia berani menciumku. Astaga Giara, kau tak salah? Batin Nicko dalam hati, dia kaget bukan main mendapati Giara menciumnya.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄🙄🙄😎😲
2023-05-08
0
susi 2020
🥰🥰😍🥰
2023-05-08
0
Yesi Triyanto
baru dicium pipi nya dah mingkem gimn klu lebih bs pingsan pak dosen
2022-02-21
0