"Ini sudah jalan hidupku, dan aku menikmatinya." jawab Giara tanpa basa-basi.
"Really? Kamu menikmati pria-pria tua yang bermain-main denganmu?" tanya Nicko.
"As a simple question too. Bapak mau tahu jawabannya? Seperti begini, Pak Nicko memiliki seorang anak, kan? Bukankah anak itu akan bahagia jika dia memiliki seorang Ibu? Kenapa Bapak tak berusaha mencari Ibunya untuk anak Bapak? Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak bahagia? Apakah sesuatu seperti itu patut dipertanyakan? Kurasa, pertanyaan Bapak terlalu ambigu. Kita memiliki jalan hidup yang berliku dan berwarna. Tidak bisa selalu lurus menjalaninya. Tentunya setiap apa yang kita lakukan, ada alasannya, Pak. Pertanyaan Bapak, seperti pertanyaan, Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak memiliki seorang Ibu?"
Nicko tercengang mendengar penjelasan Giara.
Giara berbicara lagi, "Ini adalah jalan yang kupilih. Kita memiliki jalan hidup masing-masing yang begitu bervariasi. Ada yang A, ada yang B, dan ada yang C. Aku begini, Bapak begitu, apa harus Bapak mengomentari kehidupanku, sementara kehidupan Bapak juga belum sempurna?"
Nicko terdiam lagi. Giara ternyata pintar berbicara. Ia memang benar, jalan hidup setiap orang tak sama. Nicko tak berhak mengomentari kehidupan Giara, karena kehidupannya juga perlu dikomentari. Nicko akhirnya sadar, ia bukan siapa-siapa Giara. Ia tak berhak terlalu ikut campur pada keputusan Giara.
"Baiklah, sorry. Aku tak akan membahasnya. Mari kita bahas perjanjian itu. Sesuai janjiku, aku beri kamu DP setengah dari nominal yang telah disepakati. Bagaimana?"
Giara mengangguk. Ia mendengarkan penjelasan Nicko tentang bagaimana dan apa yang harus ia lakukan saat di Bali nanti. Giara sudah biasa melakukan penyamaran demi penyamaran. Hal itu akan sangat mudah baginya.
Hanya saja, mungkin akan terasa sedikit canggung, karena kali ini Giara akan berakting dengan Nicko, dosennya sendiri. Entah akan bagaimana nanti jadinya. Namun yang jelas, Giara akan tetap profesional menjalankan tugasnya. Apalagi, Nicko memberi uang yang sepadan untuk pekerjaannya.
"Kamu paham kan apa yang harus kamu lakukan?" tanya Nicko serius.
"Paham, Pak. Aku sudah sering menyamar menjadi kekasih orang lain. Mudah bagiku untuk melakukannya." jawab Giara enteng.
"Satu hal yang aku ragukan padamu," imbuh Nicko.
"Apa? Apa yang membuat Bapak ragu?"
"Mulutmu!" Nicko mendelik.
"Mulutku? Ada apa dengan mulutku? Bapak aneh!"
"Aku khawatir kau tak bisa menutup mulut! Apalagi, dengan temanmu si Belva itu. Kamu selalu menggosip bersamanya! Bahkan, sering sekali membicarakan aku." balas Nicko.
"Untuk urusan ini, aku juga malu jika dia mengetahuinya. Aku akan tutup mulut, Pak. Aku tak akan membicarakan hal ini pada siapapun." Jawab Giara sambil melihat jam di tangannya.
"Baguslah! Tapi ingat, Giara, perjanjian kerja sama ini tak ada hubungannya dengan mata kuliah kamu! Kamu harus tetap belajar dan kuliah dengan benar. Aku akan tetap mengajarmu dengan tegas, karena ini adalah amanat dari Pak Gandi padaku!" Tegas Nicko.
"Eh, eh, eh, gak bisa gitu dong! Enak di Bapak, gak enak di saya. Pokoknya gak mau tahu, mulai dari sekarang, Bapak harus bebaskan saya!" sambar Giara penuh emosi.
"Memangnya saya polisi, main bebasin kamu. Kamu sudah bebas kok. Buktinya, gak pakai borgol, kan? Sudah ya, pertemuan kita cukup sampai di sini. Saya harus segera pulang. Sampai nanti, Giara!" Nicko melambaikan tangannya sembari berlalu pergi meninggalkan Giara.
"Eh, Eh! Ish, dasar nyebelin! Memang dasar dosen rese nyebelin! Aarrgghh, dia memang licik banget!" Giara menggerutu seorang diri.
Mulutnya Giara bak bimoli, monyong lima mili, karena Nicko meninggalkannya seenak jidat. Nicko memang telah memberi amplop berisikan uang DP-nya, namun Giara tak senang, jika Nicko masih saja menyebalkan jika di kampus.
Akhirnya, Giara memutuskan untuk meninggalkan taman anggrek. Ia telah mengantongi uang untuk berobat jalan sang Ibu. Ada perasaan tenang dalam hatinya, karena Giara juga bisa membelikan Ibunya makan malam yang enak.
"Ibu, hari ini aku dapat uang lagi. Aku akan belikan pakaian baru untuk Ibu. Aku juga akan belikan makanan yang enak, agar Ibu tak bosan. Tunggu aku di rumah, Ibu ... tak lama lagi, aku akan segera pulang." Ucap Giara seorang diri, ia begitu bahagia karena telah mendapatkan uang lagi.
.....
Tiga hari kemudian ....
Sesuai perjanjian, mereka akan berangkat ke Bali hari ini. Seluruh angkatan menaiki pesawat yang sama. Setibanya di Bali, mereka akan diberi tumpangan oleh kendaraan dari hotel yang telah mereka sewa.
Beberapa jam telah berlalu, pesawat akhirnya mendarat di Bandara Ngurai Rai, Bali. Sesuai nomor kamar hotel, Fadli dan Nicko berada dalam satu mobil yang sama. Untungnya, Fadli hanya membawa istrinya, dia tak membawa serta anaknya, karena kedua anaknya tengah pergi ke rumah sang Nenek.
Giara dan Istri Fadli tengah berbincang bersama menuju kedalam hotel. Tertinggal Nicko dan Fadli, yang masih berada di belakang karena membawa barang bawaan mereka.
"Nick, tak sangka sekali aku, ternyata sugar Baby yang diberikan atasanku sangat cantik seperti ini. Apa kamu tak sadar, dia sangat cantik dan menawan. Anak-anak saja sejak tadi terus memerhatikan kalian. Mungkin karena dia, Nick," bisik Fadli pada Nicko.
"Halah, cantik apanya, pecicilan gitu. Banyak gaya, banyak omong, pokoknya bukan tipeku sama sekali, Fad. Untungnya hanya pura-pura, tak terbayang jika dia memang benar-benar kekasihku!" Nicko mengangkat bahunya.
"Masa sih, cantik dan kalem gitu, kok ..." Fadli memerhatikan Giara yang tengah berbincang bersama istrinya.
"Dia kan pintar acting, Fad. Kamu belum tahu saja sifat aslinya." balas Nicko.
"Lah, memangnya kamu sudah mengenalnya? Bukannya kalian baru bertemu tiga hari yang lalu ya?" tebak Fadli.
Astaga, aku lupa. Aku tak mengatakan pada Fadli kalau dia adalah mahasiswiku. Aarrghh, Giara, dari sekian banyak wanita bayaran, kenapa harus kau? Ucap Nicko dalam hati.
"Ya, terlihat dari penampilannya dan juga gaya bicaranya, Fad. Ah sudah, jangan membahasnya. Ini sekarang aku gimana? Aku sama sekali belum memesan kamar hotel untuk dia. Tak mungkin kan jika aku satu kamar dengannya?" tanya Nicko.
"Anak-Anak memang tahu jika kamu dan wanitamu belum menikah. Tapi, rasanya akan sangat aneh jika kalian berbeda kamar. Pasangan zaman now, you know lah, Nick? Sudah lazim jika satu kamar berdua walau belum SAH." Fadli terkekeh.
"Ah, kau gila, Fadli. Mana mungkin aku bisa satu kamar dengannya." Nicko tak sanggup membayangkannya.
"Bagaimana kalau mereka curiga kalau kalian pisah kamar? Justru mereka akan terlihat biasa saja, jika kalian satu kamar berdua! Sudah, kalian satu kamar saja. Yang penting tidak melakukan apa-apa kan? Eh, tapi, jika melakukan juga, memangnya kenapa? Kamu kan telah membayarnya, Nick? Kamu juga pasti sudah lama sekali tak pernah menyentuh seorang wanita, kan? Kamu pasti merindukan sentuhan dari seorang wanita." Fadli terkekeh puas menertawai Nicko.
"Gila, kau benar-benar sudah hilang akal, Fad! Tak mungkin aku merusaknya! Aku sudah tak tertarik lagi pada wanita. Jangan bahas tentang hal seperti itu dihadapanku." balas Nicko cepat.
"Kau yakin tak tertarik dengannya? Sebagai pria normal, aku bisa menilainya. Dia sangat cantik, Nick. Coba saja kau tatap dari atas ke bawah. Dia memiliki postur tubuh yang sempurna dan sangat ideal. Wajahnya sangat good looking. Dan isinya, coba lihat dadanya, padat berisi, Nick! Pasti sangat luar biasa rasanya! Ah, tak mungkin kau tak tergoda. Kecuali, jika anumu sudah tak bisa bangun lagi, kau pasti tak akan tertarik padanya." gelak tawa Fadli pecah, ia sangat puas telah menggoda Nicko.
Glek, Nicko menelan salivanya. Ucapan yang dideskripsikan Fadli, refleks dilihat oleh mata Nicko. Memang benar, benar sekali jika Giara sangat cantik dan menawan. Nicko masih normal, ia bisa melihat, jika yang diucapkan Fadli tentang fisik Giara memang benar adanya.
"Cielah, dipandang juga kan? Hahahah, Nicko, Nicko, jujur saja padaku, kau tertarik kan padanya?"
"Sialan, kau, Fad! Berisik! Jangan banyak bicara lagi! Aaarrgghh, lebih baik aku pergi saja!" Nicko melengos, ia kesal pada Fadli yang terus mengejeknya.
"Waduh, sensitif bener dia kayak cewek lagi dapet! Cuma gitu aja maen pergi-pergi. Nicko, Nicko, dasar duda labil ..." Ucap Fadli sambil terkekeh.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
susi 2020
😎😎😎
2023-05-08
0
susi 2020
😲😲😲
2023-05-08
0
Yesi Triyanto
hey you pak dosen jgan judes2 ntar bucin akut lho
2022-02-21
0