7

"Mbok Karti, dimana Henrick ?" tanya Sita.

"Sudah pergi non" jawab mbok Karti.

Sita terlihat heran mendengar bahwa Henrick sudah pergi pagi sekali, biasanya ia selalu pergi pukul 07.30.

"Ini non sarapannya" mbok Karti membawakan nasi serta daging yang di gulai.

"Apa mbok sudah makan?" tanya Sita.

Mbok Karti hanya tersenyum dan menggeleng - geleng kepala.

"Ayo mbok makan dengan Sita” Sita mempersilahkan wanita paruh baya itu untuk duduk.

"Tidak usah non, saya tidak pantas duduk disini apalagi ini rumah Meneer" ujar mbok Karti .

"Jangan seperti itu mbok, aku menganggapmu seperti ibuku sendiri" Sita menyunggingkan senyuman pada mbok Karti.

"Terima kasih non" ujar mbok Karti.

**Batavia , 1941**

"Sekarang perang sudah tidak terbendung lagi" ujar Willem sambil menghisap cerutu miliknya.

"Terlebih lagi Ratu Wilhemina sepertinya sedang kesulitan mengatasi jerman yang sejak tahun lalu menginvasi" Willem tampak sangat serius dengan ucapannya sehingga tidak memperhatikan henrick yang melamun .

"Apa yang kau pikirkan Henrick ?" Tanya Willem.

"bukan apa - apa" ujar Henrick sedatar mungkin.

"Kau memikirkan gadis itu lagi? Sudah aku katakan bahwa .."

Belum sempat Willem berbicara, Henrick menyahut terlebih dahulu.

"ze is niet zo'n meisje! "

(Dia bukan gadis seperti itu ! ) tegas Henrick .

Willem tidak berani membalas Henrick, sehingga dirinya pergi dari hadapan Henrick.

Tahun 1941 adalah tahun awal masa dimulainya perang dunia ke II dimana saat itu banyak negara yang terjadi konflik. Bahkan NAZI sudah mulai menguasai eropa secara perlahan - lahan.

"Mbok mau kemana ?" tanya Sita .

"Mau kepasar sebentar non" jawab mbok Karti .

"Aku ingin ikut" ujar Sita.

"Tidak usah non, saya hanya sebentar saja"

"Tapi mbok janji akan ajak sita keliling, setuju?" tanya Sita .

"Iya mbok janji non" jawab mbok Karti, kemudian wanita paruh baya itu mengayuh sepeda ontel miliknya.

Sita yang saat itu terlihat bosan memilih untuk berjalan - jalan di daerah pemukiman yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

"Kita bertemu lagi nona"

Seorang pria menghentikan langkahnya yang ternyata adalah Pria yang menemaninya ketika menangis di pesta.

"mag ik je naam weten ? "

(Bolehkah aku tahu namamu?)

Pria tersebut mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan, awalnya Sita terlihat bingung dengan yang diucapkan pria itu, untunglah ia mengulurkan tangannya sehingga Sita mengerti apa yang pria itu maksud. Sita hanya menundukan kepalanya sambil membalas uluran tangan Larry.

"Namaku Larry Van Rooselvelt" ujarnya pada Sita.

"Sita ajeng, senang berkenalan denganmu" jawab Sita.

Senyum tipis terlihat dari raut wajah Larry saat itu, matanya tidak berwarna biru seperti Henrick melainkan cokelat terang dan rambutnya sedikit bergelombang berwarna cokelat gelap serta tingginya sama persis seperti Henrick.

"Kau mau kemana ?" tanya Larry

"Hanya berjalan - jalan sebentar" jawab Sita .

"Ngomong - ngomong dimana kau tinggal nona ?"

"aku tinggal disana" Sita mengadahkan telunjuknya ke rumah berdinding putih .

"Rumah Perwira Henrick ?" Larry sedikit meyakinkan ucapannya.

"iya benar, kau kenal dia ?" tanya Sita .

"Tentu saja , dia adalah seorang perwira dan mana mungkin tidak ada yang mengetahuinya" ujar Larry terkekeh.

Sita hanya tersenyum sedikit malu, dirinya tidak tahu ternyata Henrick memiliki jabatan yang lumayan tinggi.

"Ngomong - ngomong kenapa kau bisa tinggal disana?" tanya Larry.

Sita sedikit bingung dengan pertanyaan Larry.

"Umm karena aku bekerja disana" ujar Sita yang sedikit ragu .

"Apa kau Nyai?" kini Larry sedikit serius dengan pertanyaannya.

"Apa?! Jaga ucapanmu !" emosi Sita tersulut saat Larry menyebutnya Nyai.

"maafkan aku nona, sangat jarang sekali wanita pribumi sepertimu tinggal di rumah Belanda jika tidak seorang nyai" ujar Larry.

"Kau pikir hanya seorang nyai saja yang bisa tinggal disana ?! Londo gila !" Sita pergi meninggalkan Larry dengan tergesa - gesa.

"Maafkan aku nona atas kelancanganku" Larry menahan sita pergi dengan memegang tangannya .

Dari kejauhan rupanya Henrick melihat sita dan Larry yang kemudian dirinya menghampiri mereka berdua .

"Sita ?" ujar Henrick .

Kemudian sita berlari menghampiri Henrick .

"Apa yang kau lakukan padanya ? " tanya Henrick pada Larry.

"Aku hanya ingin berkenalan dengannya" jawab larry

Henrick tidak melanjutkan pembicaraanya lagi dan membawa Sita pergi.

\*\*\*\*\*\*

"Apa yang terjadi Sita ?" tanya Henrick selepas membawa Sita di ruang tamu.

"Tidak apa - apa Henrick " Sita hanya tersenyum namun henrick tahu bahwa senyuman itu terlihat palsu .

"Kau tahu? Aku mencarimu sedari tadi" ujar Henrick.

Henrick menepuk kedua bahu Sita.

"Sejujurnya aku tidak suka apabila seseorang menyembunyikan sesuatu dariku" ujar Henrick.

Sita hanya tertunduk saja bahkan untuk menatap henrick pun rasanya tidak sanggup.

"Non ?”

Dikala keheningan suasana, mbok Karti memecah keheningan itu. Untung saja mbok Karti segera datang jika tidak, maka Sita tidak bisa menghindar dari pertanyaan Henrick.

"Permisi, aku akan membantu mbok karti" Sita menghindar dari hadapan Henrick walaupun Ia menatap sita dengan rasa sedikit kecewa.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Sita pada mbok Karti .

"Tidak usah non" jawab mbok Karti.

"Jangan begitu , biarkan aku membantu" ujar Sita.

"Biarkan saja sita membantu

mbok" celetuk Henrick sambil menatap Sitaa lalu pergi.

Sita merasa bahwa Henrick terlihat sedikit kesal pada dirinya sehingga dirinya berpikir untuk membuatkan kejutan.

"Mbok karti? Apa yang Henrick suka ?" tanya Sita.

"Tuan muda suka soto dan daging panggang gitu, mbok lupa" ujar mbok Karti.

"Maksud mbok itu steak ?" tanya Sita.

"Nah itu dia non" ujar mbok Karti sambil tertawa.

"Ayo kita masak itu mbok" ujar Sita yang begitu antusias untuk memasak sehingga tidak menyadari bahwa sebenarnya Henrick memperhatikan dirinya sambil tersenyum. Entah kenapa ada sesuatu yang menarik dari diri Sita yang membuat Henrick tidak bisa berhenti memandangnya.

\*\*\*\*\*\*\*\*

Malam itu Henrick terlihat hanya termenung di teras rumah, Sita yang melihatnya mencoba menghampiri Henrick.

"Henrick, lihatlah apa yang aku dan mbok Karti buat untukmu" Sita menarik pergelangan tangan Henrick yang berada di teras rumah.

"Apa itu ? " tanya Henrick.

"Ikuti saja aku sekarang " ujar Sita.

Di meja makan sudah tersedia soto dan juga steak kesukaan Genrick. Terlihat dari wajah Henrick begitu senang sehingga melupakan masalah mereka.

"Kau membuat ini untukku?" tanya Henrick.

"Tentu saja, menurutmu untuk siapa lagi?" ujar Sita.

Henrick mencoba soto yang terlihat menggiurkan tersebut, lalu steak yang dimasak dengan kematangan yang pas sehingga dapat memanjakan lidahnya.

"Sita terima kasih" Henrick tersenyum pada Sita.

"Oh ya dimana mbok Karti? Aku ingin mengucapkan terima kasih juga padanya" tanya Henrick.

"Ia sudah pulang, akan aku sampaikan besok " ujar Sita.

"Ayo makanlah" Henrick mengadahkan sendok pada Sita .

"Kau menyuapiku?” tanya Sita.

"Tentu saja sita, ini sangat enak" ujar Henrick.

Sita kemudian membuka mulutnya dan membiarkan henrick menyuapi dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!