Seribu Masa
“Percayalah kepada mimpimu, karena mungkin saja itu tidak hanya sekedar bunga tidur” - Sita Ajeng
“Sita!!” Panggil seorang gadis dengan rambut coklat tersebut.
“Via, tolong jangan berteriak” gadis bernama Sita tersebut merasa kesal apabila sahabatnya bertingkah tanpa peduli dengan sekitarnya.
“Bagaimana dengan tugasnya? Pak Heri selalu saja mengomel” Via mengkerlingkan matanya.
“Sudah aman, jangan khawatir dengan itu”
“Oh Sita, aku sangat yakin bahwa kamu adalah calon lulusan dengan Cumlaude” Ujar Via sambil cekikikan”
“Sudah dulu ya, Reno minta ketemuan” Via melambaikan tangannya kemudian berlari.
“Selalu saja begitu” Sita menghembuskan nafasnya.
Via yang merupakan sahabat dari Sita sendiri, terkadang tidak terlalu mementingkan pendidikan karena sudah tentu bahwa ia akan mewarisi perusahaan Ayahnya dan itu berbanding terbalik kepada Sita yang harus belajar dengan giat karena ia anak satu satunya, dan ia harus membahagiakan kedua orang tuanya.
seperti biasa, Sita selalu datang ke Kedai Kopi milik temannya yang merupakan tetanggany sendiri, Sita berpikir untuk membantu agar kedai kopi tersebut laris.
“Aku pesan seperti biasa” ujar Sita sambil membuka ponselnya.
“Hey cantik, pelanggan disini bukan cuma kamu saja”
“Tapi aku spesial karena akulah pelanggan setia disini” Sita tersenyum.
“Cappucino bukan?”
“Nah tepat sekali, ini uangnya lalu ambil saja kembaliannya” Ujar Sita.
Harga kopi di kedai tersebut tidak terlalu mahal untuk seorang perantauan seperti Sita, dibandingkan dengan harga kopi kekinian yang biasa terdapat di mall. Sita sangat menyukai kopi karena selain menghilangkan rasa ngantuk juga dapat menambah stamina untuk mengerjakan semua deadline, walaupun terkadang maag yang ia derita kambuh tetapi tidak membuatnya berhenti untuk meminum kopi, bahkan sahabatnya Via pun sangat kesal apabila Sita sudah merengek ketika sakit sehingga harus menghabiskan uang untuk memeriksa ke dokter.
“Dasar bandel, lanjutkan saja minum kopi dan makan mie instannya” begitulah kalimat yang diujarkan Via sahabatnya apabila Sita mengalami maag.
Setelah mendapatkan kopi yang ia pesan kemudian ia pergi untuk segera menyelesaikan tugas lainnya.
Suasana kota Jakarta sangat panas terlebih lagi Sita tidak memiliki kendaraan Pribadi sehingga mengharuskannya untuk menggunakan kendaraan umum, contohnya saja Trans Jakarta. Airpod telah menyala lantas Sita Segera memutar lagu Favoritnya yaitu “Leaving On a Jet Plane” mungkin untuk saat ini ia disini, tapi suatu saat nanti Sita berharap akan bisa berkeliling Dunia. Tidak terasa Sita sudah dua tahun di Jakarta sejak ia pindah dari Jogyajakarta untuk menempuh pendidikan, walaupun ayahnya dan Sita sempat sedikit berdebat karena orang tua Sita termasuk Strict Parent yang dimana lebih banyak melarang Sita karena khawatir putrinya tersebut mengalami kejadian yang tidak diinginkan seperti Kakak pertama Sita yang telah tiada.
So kiss me and Smile for me \~\~
Tell me that you’ll wait for me \~\~
Hold me like you’ll never let me go\~\~
Cause i’m livin on a jet plane\~\~\~
Don’t know when i’ll be back again\~\~
Oh babe, i hate to go\~\~
Sita sedikit mengingat kenangan bersama mantan kekasihnya yang meninggalkannya lantaran pergi dengan alasan pendidikan namun ternyata pria tersebut memiliki kekasih baru. Sejak saat itu Sita fokus untuk mengejar karir tanpa mempedulikan orang diluar sana.
Bus telah berhenti di halte, kemudian Sita segera Turun untuk melanjutkan langkahnya yang tidak jauh untuk sampai di apartemennya. Ayah Sita tidak membolehkan putrinya untuk kos dikarenakan khawatir bahwa kos tersebut kemungkinan akan dihuni oleh anak laki-laki.
Sita memasuki kamarnya lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur sambil menutup matanya dan menghela nafas.
“Haahhh nikmat mana yang kau dustakan” Sita melihat jam dinding yang menunjukan pukul 16.00 Wib.
Kemudian ia mencoba tidur sebentar untuk mengistirahatkan badannya.
\*\*\*\*\*\*\*\*
Pelan - pelan ia mengusap kedua matanya lalu segera dilihatnya jam dinding tersebut yang sudah menunjukan pukul 19.00, Sita terkejut karena baru terbangun ketika maghrib sedangkan besok ia memiliki kunjungan ke museum bersama teman sekelompoknya namun Sita belum mempersiapkan apapun.
“Anjir”
Sita mengambil beberapa buku yang diperlukan lalu pakaian dan sepatu, tidak lupa kamera untuk mengambil gambar ketika di museum.
“Akhirnya selesai” setelah menyiapkan semuanya, cacing perutnya berbunyi.
Untung saja Sita memiliki stok mie instan sehingga ia tidak perlu repot dalam menyiapkan makanan ketika dirinya malas untuk keluar rumah ataupun tidak memiliki uang untuk membeli makanan.
Tidak perlu waktu yang lama untuk membuat mie instan, kemudian Sita segera melahapnya sambil menonton drama korea favoritnya.
“Tok Tok Tok” ketukan pintu dari luar membuatnya sedikit terkejut.
Sita membuka pintunya lalu sudah berdiri tetangga pemilik kedai kopi tersebut.
“Adi? Kenapa? Tumben” Tanya Sita heran.
“Ada kue kesukaanmu, kebetulan nih lagi ada sisa” jawabnya.
“Black Forest? Terima kasih ya” Sita sangat menyukai kue coklat tersebut.
“Dimakan ya, kalau begitu aku balik dulu” ujar Adi
Kemudian Sita menutup pintunya lalu segera melahap kue Black Forest tersebut.
Sita sangat menyukai Black Forest dikarenakan kue tersebut adalah kue pertamanya ketika ulang tahun, sehingga Black forest menjadi kue yang sangat spesial baginya.
“Astaga tugas” hampir saja ia lupa dengan tugas yang diberikan Pak Heri kepadanya.
Pak Heri merupakan dosen yang sedikit killer dalam mengajar mahasiswanya terlebih lagi jika mahasiswa tersebut telat atau hanya absen saja, bisa saja Pak Heri tidak memberikan izin untuk mengikuti ujian.
“Banyak sekali tugasnya”
“Pak Heri kejam” Ujar Sita yang menggerutu.
Namun biarpun ia kesal, tetap saja Sita mencoba menyelesaikan tugasnya yang begitu banyak tersebut walaupun ia barengi dengan membuka sosial media.
“Ayo Sita semangat, yuk bisa yuk” Ia memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Sita sudah merasa cukup mengantuk walaupun dirinya sudah tidur sejak sore, sehingga ia memutuskan untuk mengejarkan tugas tersebut hanya setengah dan untung saja deadline tugas tersebut tiga hari lagi, sehingga ia yakin bahwa dapat mengerjakan tugasnya tanpa terkendala apapun.
Sita membereskan perlengkapan kuliahnya lalu mencuci piring bekas mie instan dan Black Forest. Tidak lupa ia merapikan tempat tidurnya lalu mencuci muka kemudian memasang alarm agar tidak terlambat datang ke museum. Sita bukan tipe yang suka membuat orang lain menunggu, karena ia tahu bahwa menunggu itu sangat menyebalkan terlebih lagi kebiasaan orang indonesia yang selalu mengabarkan bahwa mereka sudah jalan namun ternyata belum berangkat.
“Alarm sudah, lalu apalagi ya?” Sita mencoba mempersiapkan banyak hal dengan baik.
“Sepertinya sudah dan hanya itu saja, baiklah sekarang aku sudah dapat tidur dengan tenang”
Sita meraih bantal dan guling kesayangannya lantas menarik selimut dengan karakter beruang kesukaanya yaitu We bare Bear kemudian memejamkan matanya mencobs untuk tidur terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
re
Mulai
2022-10-15
1